chapter 3

9.3K 594 20
                                    

"Kenapa kau tidak meminta ijin bertemu dengan temanmu tadi ?" Cecarnya ketika dia memasuki kamar.

"Maaf" hanya itu yang bisa ku katakan, aku tau aku salah.

"Tidak sulitkan mengucapkan kata ijin, aku juga tidak akan melarangmu tapi jangan menyusahkan aku jika sesuatu terjadi padamu dan aku tidak tau"

Aku tak berani menatapnya jika sudah seperti ini. Hanya kata maaf yang bisa ku lontarkan. Tapi tak ada jawaban darinya. Jadi, perlahan ku angkat wajahku melihatnya.

Oh Tuhan, bagaimana kau menciptakan manusia seindah ini, gumamku. Kini kulihat Nathan sedang membuka baju kerjanya. Tak sadar, aku terus melihat setiap gerakan yang dia buat.

"Sampai kapan kau mau melihatku sepeti itu? " ucapnya sambil menatapku aneh.

"Ha? Em... maaf. A..aku siapkan air panasnya. Tunggu sebentar" ucapku dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

Aduh malunya aku, dipergoki melihat suami dengan wajah bodoh.

Setelah menyiapkan air panas, aku hendak keluar kamar mandi. Tapi, rasanya muka maluku belum mau hilang. Jangan sampai dia melihatku dengan muka merah bak kepiting rebus, lagi.

Aku masih berada di depan pintu tapi tak juga membukanya. Masih setia dengan pikiranku tiba-tiba pintu di hadapanku terbuka.

Ceklek.

"Kau sedang apa ?" Kulihat sepasang kaki berdiri tak jauh dariku.

Tatapanku menjalar semakin ke atas, celana nude pendek dan tanpa baju. Oh God, he's shirtless. Hampir saja air liurku menetes.

Melihatku tak juga bersuara, Nathan berjalan mendekatiku. Refleks aku memundurkan langkahku sampai ku rasakan benda datar yang dingin di punggungku.
Shit, aku terpojok.

Sudah tau aku tak bisa kemana-mana, Nathan malah terus mendekat. Sampai dia berhenti tepat ujung kakinya menyentuh ujung kakiku. Degupan jantungku terasa terdengar jelas. Mungkin dia juga bisa mendengarnya.

Tak ada kata yang terucap dari bibir kami. Tatapanku sudah sedari tadi dikunci dengan mata coklatnya itu.
Tapi lama-lama aku juga tak kuat menatapnya. Saatku tundukkan wajahku, sebuat tangan memegak daguku dan menghentikan gerakanku.

Mata itu kembali menatapku, terus menatapku dan aku tak mengerti arti tatapannya.
Perlahan wajahnya mendekat, terus dan terus mendekat sampai hidung kami bersentuhan. Refleks aku menutup mataku.

Dan dalam hitungan detik aku merasakannya, aku merasakan sentuhan yang membuat jantungku siap melompat dari tempatnya. He kiss me, oh My God!

Tak lama sentuhan itu menjauh meninggalkan deruan nafasku yang memacu cepat. Baru kusadari, sedari tadi aku menahan nafasku.

"Itu hukuman untukmu karna kau pergi tanpa ijinku" ucapannya kembali menyadarkanku.

Kulihat sekilas bibir itu menyunggingkan senyuman. Walaupun hanya sekilas tapi membuat hatiku menghangat.

"Kau ingin melihatku mandi? " ucapnya lagi.

"Ha? Ti..tidak. maaf, a..aku keluar sekarang" ucapku terbata-bata dan dengan berlari kecil aku keluar dari kamar mandi.

akan ku masukkan hari ini sebagai hari terindah yang pernah ada.





So, what do you think ? Semoga kalian suka.
Jangan lupa vote ya :)

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang