chapter 5

7.2K 445 1
                                    

Sudah berapa kali ku tekan remot tv mencari chanel yang seru, tapi tetap tidak ada.

Lagi-lagi sinetron.

Aku bosan berada di apartemen sebesar ini sendiri. Aku sudah membersihkan rumah, membuat makan siang untuk diriku juga sudah.

Jangan tanya kenapa aku mengerjakan itu semua. Aku yang memintanya. Aku tak tau harus melakukan apa jika menyewa asisten rumah tangga, jadi biar aku saja yang melakukannya. Dengan begitu aku juga punya sedikit kesibukan.

Tapi lihatlah, sekarang aku bosan. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 2 siang. Nathan pulang masih 5 jam lagi itupun kalau dia tidak banyak pekerjaan.

Kuraih handphoneku yang tergeletak diatas meja, mencoba mencari kesibukan lain. Siapa tau, dengan melihat-lihat olshop di instagram sedikit menghilangkan bosan.

Dan ternyata, sama saja. Aku masih bosan!

Kurebahkan kepalaku di sandaran sofa, menarik nafas dalam mencoba relaksasi sendiri. Dan sepertinya relaksasi ngawurku membuahkan ide.

Nenek.

Ya, sudah lama aku tidak mengunjungi beliau.

Dengan tergesa-gesa kupersiapkan diriku. Mengunci pintu dan keluar dari apartement menunggu taxi.

Butuh 30 menit perjalanan menuju rumah nenekku. Berbekalkan kue yang sempatku beli di jalan, aku memasuki perkarangan rumah orang tuaku.

Semuanya tampak sama, hanya ada penambahan beberapa tanaman. Pasti itu nenek yang menambahnya.

Ku telusuri rumah ini, lengang sekali, pikirku. tentu saja, dirumah ini hanya dihuni nenekku dan beberapa asisten rumah tangga. Orang tuaku? Mereka sibuk bekerja, tak tau kapan mereka pulang dan tak tau juga kapan mereka pergi lagi.
"Nenek" ucapku seraya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Nenek... nek"

Kemana semua orang.

"Nona riana" seseorang mengagetkanku.

"Bik, nenek ada di rumahkan?" Tanyaku.

"Ada non, beliau ada di perkarangan belakang"

"Oh pantas. Baiklah, terima kasih bik" ujarku dan langsung menuju taman belakang.

Kulihat, nenek sedang asik menyirami tanamannya itu. Indah sekali semua tanaman-tanaman ini. Sudah seperti taman bunga Kew, di Inggris.

"Assalamualaikum, nek"

Lihat raut wajahnya, seketika matanya memandangku tak percaya. Ayolah nek, aku ini cucumu. Bukannya hantu.

"Astaga Riana, ya ampun. Cucuku, iya ya Wa'alaikum salam" ucap beliau sambil menghampriku dan kemudian memelukku erat.

Oh, betapa aku merindukan pelukan hangat ini.

"Nenek sehat?"

"Alhamdulillah, nenekmu ini yang paling sehat di antara nenek-nenek yang lain. Jangan lupakan itu"

Beginilah beliau, agak sedikit... Humoris.

"Syukurlah, nenek udah makan siang? Riana bawakan kue kesukaan nenek" ujarku sambil menunjukkan kantong yang sedari tadi kupegang.

"Sudah cucuku. Oh, apa yang membawamu kesini nak?"

"Aku merindukan nenek, tidak bolehkah kalau aku kesini?" Tanyaku sambil berpura-pura marah.

"Hei, kau tidak cocok merajuk seperti itu. Ingat, kau sudah menikah. Bukan anak SD lagi" ucapnya tak memperdulikanku.

"Bagaimana hubungan kalian? Apa semakin romantis?" Godanya. Ya Tuhan, sifat jahil nenekku kambuh.

"Kami baik-baik saja nek" sejauh ini memang seperti itu kan.

"Kau sudah mengantar makan siang buat suamimu?"

"Nathan biasa makan di kantornya nek. Disiapkan sekretarisnya atau delivery"

"Kau ini. Yang istrinya itu kan kau, kenapa malah sekretarisnya yang menyiapkan?!"

"Kau tau, jika ingin menakhlukan suamimu, takhlukan dulu perutnya, mengerti? " sambungnya lagi.

"Mengerti nek, tapi Riana tidak mau mengganggu Nathan"

Tak mungkinkan aku tiba-tiba datang ke kantornya dan mengatakan 'hai Nathan, ini aku bawakan makan siang'

"Sudah jangan banyak alasan. Bawa kue yang yang kau beli tadi, dan ayo kita ke kantornya sekarang"

Ha?
Ke kantor Nathan?
Sekarang?
OH GOD!!

Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa vote ya
Peluk hangat dari saya

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang