Aku melihatnya menyantap makan malam dalam diam. Dia memang tidak suka berisik pada saat makan. Begitupun aku, aku memilih diam bukan berarti aku tidak suka berisik, melainkan lelaki dihadapanku ini sudah seperti bongkahan es, dingin bila di dekati.
Sekilas ku lirik dia menyudahi makannya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia meninggalkanku kemudian masuk keruang kerjanya.
Akupun menyudahi makanku dan meletakkan piring kotor kami di wastafel. Perlahan aku mengetuk pintu kerja yang dimasukinya 15 menit lalu sambil membawakan teh hangat untuknya. Aku tau dia lelah, tapi aku tak bisa melarangnya untuk beristirahat agar tidak bekerja di rumah.Apa dayaku, walaupun aku istrinya bukan berarti itu mengubah segalanya. Aku hanya istrinya, hanya.
Status itu sudah ku sandang 8 bulan lalu. Tidak ada yang spesial dari hubungan kami, dia suamiku dan aku istrinya. Kebanyakan orang akan berpikir bahwa kehidupan rumah tangga akan sangat indah bila dijalani dengan orang yang kita cintai. Apakah aku bahagia? Tentu aku bahagia bersamanya.Aku mencintainya, karna itu aku bahagia.
Tapi bagaimana dengan dia? Tentu tidak. Dia memang memintaku menikahinya, tapi itu semua hanya dilatarbelakangi sebuah perjodohan konyol nenekku dan kakeknya."Nathan?" Ku ketuk pintu itu untuk kesekian kalinya. apa dia tidak ingin di ganggu, pikirku. Tak lama ada sahutan dari dalam.
"Masuk"
Perlahan ku buka pintu itu takut teh yang kubawa tumpah di tangan kiriku. Kulihat dia sedang menatap laptopnya dengan serius, tidak memperdulikanku yang sudah berada di seberang mejanya. Kuletakkan teh itu tak jauh dari tangan kanannya.
"Ini tehnya, jangan terlalu malam bekerja" ucapku mengingatkan.
Ya walaupun aku tau dia tidak akan mendengarkan ucapanku, akupun hanya berbalik dan menutup pintu perlahan.Ku rebahkan tubuhku disalah satu sisi tempat tidur menghadap jendela, kutarik perlahan nafasku yang seakan menghimpit dada ini. Mengingat kembali kilasan pernikahanku dengan Nathan Alvedro, suamiku.
Seperti yang ku katakan tadi, aku menikah dengannya karena perjodohan. Dia cucu tunggal keluarga Alvedro. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Ibunya meninggal saat usianya 3 tahun dikarenakan sakit dan ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu.
Nathan menghormati kakeknya, sehingga dia setuju-setuju saja menerima perjodokan ini. Dan jadilah kami menikah 8 bulan yang lalu. Pernikahan yang diselenggarakan secara sederhana dan hanya mengundang keluarga dekat saja.
Aku juga menerima perjodohan ini dengan senang hati.
siapa yang tidak ingin hidup bersama orang yang di cintai? Pasti semua menginginkannya. Kecuali takdir berkata lain.
6 tahun lalu, aku satu Universitas dengannya. Lebih tepatnya, dia seniorku di kampus. Aku menyukainya karena dulu dia mudah tersenyum, dulu.Sejak ditinggalkan oleh Alexa, dia berubah menjadi dingin dan senyum itu hilang. Alexa meninggal karena kecelakaan mobil, dulu mereka sangat dekat. Bahkan disebut-sebut pasangan paling serasi. Pria yang tampan dan wanita yang cantik.
Aku selalu memperhatikannya dalam diam, mau bagaimana lagi. Aku bukan wanita yang agresif seperti teman-teman wanitanya yang lain yang dengan santainya mendekatkan diri padanya. Lagian pada waktu itu dia sudah milik Alexa. Jadilah aku hanya melihatnya dari jauh. Tapi tak apa, selagi aku masih bisa menikmati senyum indahnya.
Namun, perlahan rasa suka itu berubah. Berubah menjadi perasaan menghangat bila hanya mengingatnya, melihat senyumnya.
Aku sadar sejak saat itu, aku mencintainya.Anggaplah aku sedang di dalam guyuran hujan. Bukan untuk memunggu hujan itu reda, tapi bagaimana caraku menari di tengah-tengah hujan.
Cerita pertama dari seorang gadis penghayal, selamat menikmati hayalanku.
Untuk kalian yang membaca
A.N

KAMU SEDANG MEMBACA
Riana
RomanceSenyum itu yang membuatku terikat, sampai pada akhirnya aku terjebak dalam ikatan itu. Tapi, sampai kapan aku bisa bertahan? Riana Wulandari Bukan aku yang menyuruhmu untuk mendekat, jadi jangan salahkan aku bila kau sampai terluka Nathan Alvedro ...