chapter 6

6.6K 451 2
                                    

Dan disinilah kami. Di kantor Nathan, G&G Corp.
Aku hanya bisa mengikuti nenek sambil menggenggam erat kantong kue yang kubawa.

Banyak spekulasi yang berkeliaran diotakku sekarang.

Bagaimana kalau Nathan marah karna aku tiba-tiba datang ke kantornya?
Bagaimana kalau di berfikiran, aku sudah lancang datang tanpa memberitahunya?

Aggghhhh!!

Hatiku belum siap menerima amukannya. Ku lirik nenek yang sedari tadi merangkul lenganku.

Ting.

Kami sudah sampai di lantai ruangan Nathan. Tanganku semakin berkeringat, bahkan suara jantungku bisa kudengar jelas.

Oh Tuhan, semoga dia tidak marah.

Aku dan nenek menghampiri meja yang berada disebelah ruangan Nathan, meja sekretarisnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya ramah. Tapi tunggu, apa-apaan pakaiannya itu?! Rok pendek, kemeja ketat dan make up yang... ya ampun. Jangan bilang dia berniat menggoda suamiku.

Apa Nathan tidak pernah protes dengan pakaiannya? Atau mungkin dia sudah biasa melihat hal seperti ini.
Memikirkan itu membuatku linglung.

"Kami ingin bertemu Nathan Alvedro" sahut nenek. Bibirku sedang kelu melihat wanita ini.

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Aku tak perlu membuat janji dengan cucuku sendiri kan?" Ucap nenek tak terima.

"Tapi maaf bu, itu sudah menjadi peraturan di perusahaan ini" balasnya lagi. Dan lihat, tatapannya memandangku tak suka. Seketika keramahannya hilang.

"Kupastikan kau tidak akan bekerja disini lagi jika kau tidak mengijinkan kami masuk" jangan melawan nenekku jika beliau sudah seperti ini, ku jamin itu.

"Maaf, tapi peraturan tetap peraturan. Silahkan pergi dari sini atau akan saya panggilkan sequrity" kau salah mengambil langkah nona.

"Riana, telpon suamimu sekarang" ucap nenek dengan memberikan penekanan pada kata 'suami'.

Kau kaget nona? Iya, aku istrinya.

"Tapi nek, gimana kalau-"

"Sudah jangan membantah, cepat telpon suamimu" ucapanku sudah terpatahkan.

Dengan was-was aku menekan tombol panggil di hanphoneku, ku dengar sedikit panggilan tunggu dan kemudian...

"Hallo Nathan, maaf mengganggumu. Nenek ingin bicara" dan ku berikan handphoneku pada nenek.

"Nathan, keluar dari ruanganmu sekarang atau aku hancurkan muka sekretarismu ini" ucap nenek sambil melirik tajam wanita itu.

Jangan bilang aku tidak memperingatinya tadi.

Tak lama pintu di depan kami terbuka dan terlihat wajah Nathan yang sedikit kaget melihat kami. Hanya sedikit.

"Maaf nek, akan aku urus sekretarisku nanti" ucapnya yang juga tak kalah mengerikan.

Kami bertiga masuk kedalam ruangannya dengan nenek yang berjalan duluan. Nathan menatapku sekilas dan ku balas dengan tatapan 'maaf'. Dia hanya menggangguk singkat. Semoga dia mengerti.




Yaaah, akhirnya.
Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa vote kawan-kawan :)

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang