2. New Facts

2.9K 653 244
                                    

Now there's gravel in our voices
Glass is shattered from the fight
In this tug of war you'll always win
Even when I'm right
("Love The Way You Lie" - Rihanna feat Eminem)

***

Sebuah fakta adalah takdir.

          Bel pulang sekolah berdentang ke seantero sekolah. Seluruh murid Oldeos High School yang sudah lama menantikan surga dunia itu, segera berberes dan berdesak-desakan keluar kelas. Tapi tidak dengan kelas XI-1. Kelas itu masih penuh dengan siswa-siswi yang berkutat mengerjakan soal ulangan, peluh menetes deras membanjiri wajah mereka yang sudah pucat pasi. Antara terburu waktu ulangan akan habis dan ingin cepat-cepat pulang seperti teman-teman mereka.

          Beberapa murid yang lewat di depan kelas itu hanya mampu memandang iba tanpa berniat membantu sedikit pun. Sedangkan murid kelas unggulan itu terus berdecak sebal sesekali mengusap peluh mereka.

          Siang ini Selva dan teman-temannya mendapat ulangan harian Fisika di jam terakhir. Selva sangat mengeluhkan hal itu karena tadi pagi ia sudah hampir lemas mengerjakan Matematika, dan sekarang ia harus kembali mengerjakan soal yang lebih sulit lagi.

          "Sudah selesai semuanya?"

          "Belum, Bu ...."

          Serempak semua murid menjawab seraya sibuk mengerjakan soal. Bu Ika –guru mata pelajaran Fisika -memandangi satu per satu muridnya. Senyum tipis tercetak di bibir merahnya ketika melihat kesibukan anak-didiknya. Ada yang mencoret-coret rumus di kertas kosong, ada yang sibuk melihat tanpa melakukan suatu usaha apapun, dan ada pula yang hanya memandang kosong ke arah depan seperti sedang berpikir. 

          Mata hitamnya bergerak menuju barisan paling kanan, tepat di sebuah meja nomor 2 dari depan. Mata itu bertumpu pada mata coklat yang sedang menatapnya sambil berkomat-kamit, seakan sedang membaca rumus di wajah cantik Bu Ika.

          "Ayo segera kumpulkan kertas jawaban kalian!" Bu Ika menepuk-nepuk meja guru sambil merapikan taplak mejanya.

          Semenit kemudian beberapa murid yang sudah selesai segera mengumpulkan kertas ulangan mereka. Selva yang melihatnya terus menggerak-gerakkan kakinya gelisah, jari-jari tangannya bertaut sambil menggigit bibir, berusaha meredam ketegangan. "Kurang yang mana, Sel?"

          "Eh?"

          Selva mengerutkan kedua alisnya, kebingungan ketika mendapati seorang cowok dengan rambut dark brown yang acak-acakan berdiri di hadapannya. Cowok itu menarik kursi kosong di depan Selva dan ikut membaca soal ulangan harian gadis itu. "Kok lo ada disini?" tanya Selva keheranan.

          "Gue kasian liat lo yang pucet."

          "Pucet?" Selva membeo. Tanpa ragu ia mengambil cermin kecil favoritnya dari dalam saku seragam dan berkaca, mengecek apakah yang dikatakan Dika benar adanya.

          "Sekarang gue mau bantuin lo." Kontan si cewek Asia berambut coklat di depan Dika meletakkan cerminnya dengan asal, menimbukan bunyi berisik yang membuat sebagian siswa menoleh dengan pandangan tak suka ke arahnya. Ia hanya terkejut mendengar perkataan Dika.

          "Lo jangan bercanda!" balas Selva lirih, hampir menyerupai bisikan. Karena takut Bu Ika mendengarnya, dan mengetahui kelakuan Dika yang membantunya mengerjakan ulangan Fisika.

          "Gue nggak lagi bercanda," Dika berkata dengan nada datar. Wajahnya menunduk, sibuk mengerjakan soal-soal milik Selva.

          "Tapi nanti kalo dimarahin sama Bu Ika gimana?" tanya Selva was-was, matanya melirik ke arah guru Fisika yang sibuk berbicara dengan salah satu murid.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang