You got me scattered in pieces
Shining like stars and screaming
Lightning me up like Venus
But then you disappear and make me wait
And every second's like torture
Hell over trip, no more so
Finding a way to let go
Baby baby no I can't escape
("The Heart Wants What It Wants" - Selena Gomez)***
Biasanya, yang dianggaKak. asalah sepele akan berakibat fatal.
"Ibuuu!"
Suara lengkingan beserta pelukan tiba-tiba dari belakang membuat wanita paruh baya bermata sipit itu terhuyung. Terlonjak kaget dan menghela napas pelan. Putrinya itu pasti sangat bahagia sekarang, mau tau mau ia ikut tersenyum bahagia. Tak menghiraukan jantungnya yang berdetak cepat karena kaget.
"Kamu lagi bahagia, hm?" Sang ibu sedikit mendorong Selva untuk duduk di bangku taman. Masih dengan posisi Selva yang menggelanyut manja di lengannya.
Seakan teringat sesuatu, tangan Selva merogoh saku seragamnya. Menarik selembar kertas berwarna putih, dengan tulisan hasil ketikan di sana. Tangannya terjulur, memberikannya pada sang ibu yang mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Tadi aku ketemu Tante Meli di depan. Katanya itu undangan arisan buat Ibu, jadi Tante Meli nitip aku. Sekalian aku masuk rumah katanya." Wanita bermata sipit itu mengangguk mengerti.
"Kamu belum cerita ada apa dengan hari ini, sayang," ucap Emerald tanpa mengalihkan pandangan dari undangan yang tengah dibacanya.
Emerald menunggu sampai putrinya merespon pertanyaannya, tapi Selva bergeming. Alih-alih senyumnya tambah lebar ketika sang ibu menatapnya intens. Menspekulasi apa yang hari ini dialami putrinya.
"Masa kamu nggak mau bagi cerita ke ibu, sih."
Selva terkikik geli melihat gurat kesal di wajah ibunya, wanita paruh baya itu sedikit mengerucutkan bibirnya. Hal yang semakin membuat senyum Selva tambah lebar lagi. Matanya yang sudah sipit, tambah sipit karena rasa bahagianya yang tidak terkendali.
"Ibu, kan tau sendiri kalo princess kita itu nggak pernah mau jujur kalo dia lagi bahagia," sebuah suara datang dari arah belakang dua wanita itu. Mengerti bahwa Tami sudah pulang, Selva beranjak berdiri dan menghadap kakaknya. Tentunya dengan senyum konyol, senyum lebar, dan senyum gila yang membuat Tami sebal sendiri.
"... Tuh, kan, Bu. Princess udah gila, tuh."
"Kak...," Selva memanggil kakak perempuannya masih dengan senyum lebar. Tak sedikitpun terusik mendengar sebutan gila dari Tami.
"Lo jangan gitu, Sel. Ih, geli gue." Lama-lama Tami risih juga jika dipandangi terus-menerus seperti itu oleh Selva.
"Lo tau nggak, sih...."
"Aah, oh my God!"
"Gue lagi senenggg banget, hihi."
Tami berteriak tertahan, menahan sedikit suaranya supaya tidak menulikan pendengaran orang. Tubuh semampainya dipeluk dengan tiba-tiba oleh Selva, sangat erat, seolah adiknya itu tak mau berpisah satu senti pun dari Tami.
"Kak Tamaaaa!"
"Tami, kakakmu lagi tidur. Biarin dia istirahat dulu," tegur sang ibu yang diabaikan oleh Tami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Confused
Teen FictionIni, tuh rumit. Selva Argani suka sama Afrey Andhika, tapi Dika minta dia buat suka sama kakak kandungnya, Ivan yang jatuh cinta sama Selva sejak kecil. Sejak mereka belum bisa ngusap ingus dengan benar. Selva mulai bimbang. Ketika Dika memohon pada...