27. Relented

451 31 3
                                    

You're beautiful. You're beautiful
You're beautiful, it's true
I saw your face in a crowded place
And I don't know what to do
'Cause I'll never be with you
("You're Beautiful - James Blunt)

***

Kedengarannya pengecut memang. Mengalah sebelum bertempur atas nama cinta. Tapi pada dasarnya cinta itu saling merelakan.

           Rumah bergaya eropa itu terasa begitu dingin. Auranya menguar tatkala Selva pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini setelah sekian lama terbaring di rumah sakit. Gadis itu pulang disambut kekosongan, kehampaan, dan kehambaran. Ia tidak menemukan apapun yang membuatnya bahagia karena kembali ke rumahnya.

           Dirinya tercenung selama beberapa saat. Otaknya terpusat pada satu kata yang sesungguhnya bergelanyut sejak beberapa minggu lalu; 'aku sendiri'.

           Dia memang tidak sendirian di rumahnya yang besar itu. Masih ada banyak asisten rumah tangganya, ada Tama meski tanpa Tami, dan ada ayahnya. Tapi, Selva tidak bisa memungkiri bahwa kekosongan yang dirasakan hatinya begitu kentara ketika pikirannya melayang pada sosok wanita yang beberapa tahun silam melahirkannya dengan penuh perjuangan.

           Ibunya tidak ada di sini sekarang. Dan itulah alasannya mengapa dirinya merasa hampa, hambar, dan seolah sendirian di dunia ini. Permata hatinya yang begitu ia sayangi, panutannya yang ia banggakan, sekarang sudah tidak ada untuk menemani Selva berkeluh kesah lagi. Gadis itu tidak akan kembali menceritakan hal-hal kecil pada ibunya, karena wanita itu sudah kembali ke rumah asalnya.

           Bila ibu ke-dua yang dimaksud oleh ayahnya beberapa hari lalu, Selva tidak bisa. Ia tidak bisa berbagi pada wanita yang sudah jelas-jelas menjadi benalu dalam keluarganya. Selva memang tidak menyalahkan Molly dalam kematian ibunya yang sebagian besar disebabkan karena stres. Tapi, Selva juga tidak menduga bahwa kehadiran wanita itu membawa pengaruh buruk bagi keluarganya.

           Keluarganya dulu pernah harmonis, pernah berbagi dengan penuh kasih sayang dan kehangatan, pernah saling bertukar pikiran untuk berbagai masalah. Tapi sekarang, keluarga yang begitu diidam-idamkan Selva sejak dulu itu telah hancur. Ibunya sendiri sudah tidak ada di dunia ini. Ayahnya jelas menyeret Molly ke keluarga Argani untuk menggantikan posisi ibunya. Dan wanita kebangsaan Thailand itu akan dengan senang hati bergabung pada keluarga yang sudah hancur karena dirinya.

           Untuk saat ini Selva tidak mau terlihat bersedih lagi di hadapan siapapun. Ia tak mau membebani banyak orang hanya karena dirinya yang tidak bisa mengusir kesedihan. Tentu masih teringat jelas dalam pikirannya. Beberapa waktu lalu Tami rela membatalkan jadwal pertamanya belajar di Jerman demi bisa menjaganya yang sakit kala itu.

           Maka sekarang Selva tidak mau merepotkan siapapun lagi. Ia akan berusaha menjadi pribadi yang kuat seperti dulu, seperti yang diidam-idamkan banyak orang jika menyangkut dirinya. Ia akan menjadi kebanggaan ibunya di atas sana. Dan ia akan mencoba berdamai dengan masa lalu meski rasanya tak semudah mencoret tinta di atas kertas.

           "Selva, kamu mau makan apa, princess? Ayah punya juru masak baru yang handal dalam menu masakan apapun," suara berat itu membuyarkan lamunan Selva tentang isi hatinya yang terasa hampa.

           Lantas dengan senyum manisnya Selva menjawab, "Telur orak-arik bunga kubis aja, Yah. Itu sehat buat sarapan." Sang ayah ikut tersenyum manis setelah mendengar jawaban Selva. Lalu pandangannya ia gulirkan ke arah Tama yang duduk di sisi Selva masih dengan muka bantalnya.

           "Nah, Tama, ayah tau kamu nggak suka sayur. Jadi omelet aja, oke?" Dan si cowok muka bantal itu manggut-manggut setuju. Ia masih belum memiliki nyawa yang penuh untuk usul sarapan paginya.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang