Poison

431 26 18
                                    

I picked my poison and it's you
Nothing can kill me like you do
You're goin' straight to my head
And I'm headin' straight for the edge
("Poison" - Rita Ora)

***

Kamu itu punya racun. Racun yang bisa menghentikan denyut jantungku sesaat, agar aku hanya menatap ke satu titik. Yaitu kamu.

          Ivan mengendarai mobil Ford Mustang-nya dengan kecepatan di bawah rata-rata. Terlampau pelan untuk mobil jenis sport seperti ini. Tapi Selva justru menikmatinya, apalagi suasana di dalam mobil tidak begitu canggung. Mereka berdua mengobrol bersama, alih-alih mendinginkan otak yang terasa penat karena menghadapi padatnya Kota Jakarta di sore hari.

          Bukan hanya itu yang membuat suasana di antara mereka semakin hangat, tapi lagu-lagu terbaik sepanjang masa yang sengaja diputar oleh Ivan. Cowok itu mengoleksi lagu dari tahun 70an hingga kini. Namun yang paling sering diputar cowok itu adalah lagu-lagu dari Bon Jovi dan The Beatles. Selva juga tidak bisa memungkiri bahwa ia sangat menyukai musiknya. Begitu hangat, penuh emosi, dan memabukkan.

          Bahkan ketika Selva ikut menyanyikan lagu dari Bon Jovi berjudul Runaway, cewek itu terlihat begitu gembira. Tubuhnya ikut menghentak ke kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, berjingkrak-jingkrak ria di atas jok mobil sport milik sahabat karibnya itu. Ivan yang melihatnya hanya mampu tersenyum tipis dengan kepala yang menggeleng pelan. Memaklumi bahwa pecinta musik rock pasti bertingkah sedemikian rupa.

          "♫A different line every night
          Guaranteed to blow your mind
          I see you out on the streets
          Call me for a wild time♫"

          Ivan menolehkan kepalanya menghadap Selva. Lampu lalu-lintas di depan sana sedang menyala merah, dan ia mempunyai kesempatan untuk memandangi wajah semangat Selva sembari menunggu lampu menyala hijau. Tanpa sadar, hati cowok itu tergerak untuk ikut bernyanyi. Kemudian dilantunkan olehnya bait lagu berikutnya.

          "♫So you sit home alone
          'Cause there's nothing left that you can do
          There's only pictures hung in the shadows
          Left there to look at you♫"

          Selva tersenyum begitu lebar, hingga menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Lalu dengan antusias kedua tangan lentiknya menarik kedua tangan besar milik Ivan. Mengajak cowok itu untuk ikut menari di dalam mobil. Bukan menari dalam artian sesungguhnya, tapi dalam artian lain. Menari di sini maksudnya menari tangan. Karena tempat yang sempit, maka keduanya hanya bisa menggerakkan tangan ke segala arah juga tubuh yang meliuk-liuk.

          Bagi penggemar musik rock, hal itu tentu sudah biasa dilakukan orang-orang ketika mendengarkan lantunan lagunya. Musiknya yang menghentak tentu terdengar mengajak siapa saja orang yang mendengarnya untuk ikut menghentakkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, juga ke atas dan ke bawah.

          "Ivan, ayo nari, ihh! Lo jangan kaku gitu, dong gayanya apaan masa cuma ngangguk-ngangguk doang. Ini musik meskipun artinya dalem tapi instrumennya asik banget, gue suka," Selva teriak di sela-sela tariannya yang masih tampak semangat. Musiknya sengaja ia keraskan, agar hatinya yang beberapa hari ini sedang kesepian itu merasa bahagia.

          "Liat lo nari aja gue udah seneng banget, Sel," celetuk Ivan dengan senyum yang ikut mengembang sempurna. Selva benar, ia sejak tadi memang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya ke atas dan ke bawah. Sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya seperti Selva. Ia kaku dalam hal menari musik rock, meski kerap kali mendengarnya.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang