Sebuah Kebenaran

334 21 6
                                    

You told me,my darling
Without me you're nothing
You told me to look in your eyes
And fed me your sweet lies
("Livin' In A World Without You" - The Rasmus)

***

Everything is blurry.


Sore itu, Selva tengah mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, dan sudah pada umumnya orang-orang mandi sore. Tepat saat mesin pengering rambut itu ia arahkan ke rambut bagian belakang, sebuah dering telepon berhasil membuatnya terkejut. Maklum, ia begitu fokus untuk mengeringkan rambutnya.

Saat kepalanya menoleh, memastikan di mana letak ponsel yang berdering itu, ia lantas segera beranjak menuju nakas. Itu ponsel milik Dika, yang ditinggalkan pemiliknya ketika cowok itu tadi bertandang sejenak ke kamarnya.

"Karen?" gumamnya tak mengerti. Kedua alisnya mengerut bingung, merasa asing dengan nama cewek yang terpampang di layar ponsel Dika.

Tak mau mencurigai lebih lama lagi, Selva segera berjalan keluar kamar mencari Dika. Ia tidak mau dianggap kurang sopan lantaran rasa ingin tahunya yang tanpa sengaja mengangkat panggilan tersebut.

"Dikaaa."

"Di siniii."

Dika sedang membalikkan ikan yang masaknya ketika Selva memanggil dari lantai atas. Lengkap dengan celemek polos warna biru lautnya, ia perlahan membalikkan badan setelah memastikan masakannya tertutup kembali.

Sebuah ponsel berwarna hitam tersodor di depannya setelah Selva sampai di ambang pintu dapur. Dika lantas mengernyitkan dahi heran, kemudian menatap Selva penuh tanya.

"Ada telepon dari Karen," ujar Selva seraya menyodorkan ponsel ke tangan si pemilik. Selagi Dika berbincang dengan cewek entah siapa itu di ujung sana, Selva akan menggantikan laki-laki itu untuk memasak ikan yang masih setengah matang.

Ikan gurame yang Dika masak kali ini sama persis dengan resep mendiang ibunya, Emerald. Selva memberitahunya tadi, bahwa ibunya dulu jago memasak. Dan hal itu langsung disambut respon antusias oleh Dika. Kemudian cowok itu mulai asyik berkutat dengan ikan yang menjadi makanan kesukaan Selva sesuai dengan resep mendiang ibu Selva.

Selva menggulirkan kedua matanya mencari sebuah sendok. Mencicipi masakan Dika berdasar resep ibunya tidak ada salahnya, bukan? Selva malah penasaran, apakah rasanya bisa sama persis atau tidak.

"Hmm." Dengan pelan disesapnya bumbu asam manis yang dibuat Dika. Tak sampai lima detik kemudian, ekspresi wajahnya merespon dengan spontan. Kedua matanya membola terkejut, lantas berseru, "Ini, mah udah kayak masakan koki. Enak bangettt!"

Di belakangnya, Dika hanya memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi dengan tepukan dada bangga. Meski ia sedang bertelpon ria dengan Karen, tapi ia menyimak betul gelagat Selva dan seruan gadis itu.

"Yaudah, Ren entar gue ke sana. Oke, see you." Dika menatap layar ponselnya yang sudah berubah kembali seperti semula. Layarnya hitam, menunjukkan ia sudah selesai bertelepon ria dengan Karen.

Setelah ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, ia menatap Selva dari belakang. Cewek itu tampak sibuk mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang