You Are My Everything

187 8 5
                                    

There's nothing like us
There's nothing like you and me
Together through the storm
There's nothing like us
There's nothing like you and me together, oh
("Nothing Like Us" - Justin Bieber)

***

Kamulah pusat energi dan kerinduan itu berasal, yang tak akan pernah habis rasanya. -Selva Argani


PS : Kalo mau feelnya lebih dapet, diharapkan memutar video yang ada di media.


          "Maaf, ada keperluan apa, ya Anda datang kemari?"

          Laki-laki berkemeja flanel warna tosca itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Terkejut atas pertanyaan itu, seolah dia adalah orang asing dan mereka sama sekali belum bertemu. Sampai-sampai, napasnya ia tahan sejenak menerima rasa kagetnya.

         Julian lantas berdeham beberapa kali mengusir kegugupan yang melandanya begitu besar. Mulutnya terbuka, sebuah sapaan ingin ia lontarkan kepada gadis itu. Namun, sebuah suara khas ibu-ibu tiba-tiba saja menyela dari dalam rumah.

         "Siapa itu, Sonia?" Bebarengan dengan itu, sang ibu keluar dari rumah. Ia masih memakai celemek warna biru laut. "Loh, Julian?" Wanita paruh baya itu terlihat terkejut setelah ia mengetahui sendiri siapa yang bertamu di siang terik begini.

          Julian meraih tangan kanan Mama Sonia dengan sebuah senyum lembut. Melihat wanita itu sekarang setelah sekian lama, membuat rasa rindu Julian terhadap Rena langsung membuncah. Ia menyapa dengan riang, "selamat siang, Tante."

          "Iya, selamat siang. Ini... oh ya ampun, Sonia!" Rena menggeram di akhir kalimat sambil memelototi putri semata wayangnya. Sedangkan yang dipelototi tetap memasang wajah datar seolah tak mau tahu apa yang dipermasalahkan oleh mamanya itu. Samar, Rena memasang senyum berusaha sabar, lalu kembali mengalihkan pandangan ke arah laki-laki tampan di depannya. "Um, mari masuk, Julian. Kebetulan Tante baru selesai masak untuk makan siang keluarga kami. Kamu sekalian makan ya?"

          Kepala Julian hanya mampu tertunduk, bingung ingin menjawab apa. Jika ia menerima, Sonia pasti tak suka dengan kehadirannya di meja makan. Namun jika ia menolak, Rena akan kecewa.

          Sedikit geregetan dengan sikap Julian yang malu-malu kucing, Rena segera menarik tangan mantan pacar putrinya itu masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan bersama menuju ruang makan sembari berceloteh ria seperti mama dan anak sungguhan. Dapat Julian lihat di sana terdapat Papa Sonia, Aldo. Dan Redo sebagai kakak Sonia satu-satunya.

          Melihat dua pejantan Mawardi ada di sana, membuat nyali Julian menciut seketika. Sejak dulu ia tak pernah akur dengan Redo, karena laki-laki itu tahu sifat buruknya di belakang Sonia. Apalagi sekarang Sonia pindah ke Moscow karena dirinya, bisa saja Redo tambah membencinya.

          Sedangkan dengan Aldo, Julian mempunyai hubungan yang baik dengan beliau. Karena pria paruh baya itu adalah rekan kerja papanya sebagai dokter di rumah sakit yang sama di Indonesia dulu. Sekarang Aldo sudah dipindah tugaskan. Entah beliau lupa degannya atau tidak.

          Yang jelas, dengan kehadirannya sebagai orang asing di sini, Julian gugup setengah mati. Ditambah sekarang dua pejantan itu menatapnya dengan ekspresi yang berbeda.

          "Pa, Kakak, ini Julian. Kalian masih ingat, kan?" Rena membuka suaranya pertama kali sesampainya ia di meja makan. Ia mendudukkan Julian tepat di hadapannya, dan bersisian dengan Sonia yang langsung melengos melihatnya.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang