12. Painful Facts

1.1K 181 32
                                    

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Our hearts are never broken
And time's forever frozen, still
("Photograph" - Ed Sheeran)

***

Tuhan selalu punya rencana terbaik di setiap lika-liku hidup umatNya.

           Selva tidak akan pernah mengira bahwa seorang Andhika Burrel sangat menyepelekan waktu. Sudah hampir sepuluh menit dia berdiri di sini, di tepi sungai yang menampilkan jernihnya air mengalir.

           Matanya selalu memandang ke arah belakang, berharap Dika muncul di antara puluhan pohon tinggi di belakang sana. Lalu kembali menatap sungai di depannya. Kembali lagi menatap belakang, begitu seterusnya sampai ia melenguh panjang.

           "Harusnya gue tau kalo dia suka banget ngaret! Dan pastinya nggak mau jujur sama gue tentang semua itu," dengus cewek itu ketika kembali melirik arloji warna ungu miliknya.

           Rasa kecewa dan sakit kembali merangsek ke dalam hatinya. Menggerogotinya sampai berakar ke seluruh sistem sarafnya, membuat tubuhnya seketika melemas. Matanya pun sudah memanas, kristal bening siap meluncur bebas membentuk aliran anak sungai di kedua pipinya. Tapi semua itu langsung ditahan oleh Selva ketika tiba-tiba suara langkah orang berlari terdengar.

           TAP! TAP! TAP!

           Tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang mendekatinya.

           "Sel, sorry banget. Gue tadi ada urusan sebentar sama Davira. Jadi-"

           "It's okay! Gue tau kok kalo Davira itu lebih penting." Tanpa disadari cewek itu, nada ucapannya bergetar. Yang disadari Dika, tapi segera diabaikan oleh cowok itu.

           "Bukan gitu, Sel. Gue juga tau kalo lo nunggu, tapi tadi gue beneran ada urusan sedikit sama Vira."

           Selva membuang napas asal, samar ia mendengus mendengar alasan cowok itu. Kemarin ketika mereka berdua gagal pensi, alasannya karena Davira yang menemani Dika. Dan sekarang? Ketika ada kesempatan untuk keduanya saling memahami, masih ada Davira yang lebih penting.

           Tanpa disadari oleh cewek itu, hatinya seperti terbakar mendengar alasan yang menyerupai 'Dika memilih Davira'. Lihat saja muka Selva sekarang! Merah padam disertai deru napas yang tidak teratur. Menggambarkan emosinya yang mulai memuncak.

          "Kesempatan lo tinggal 5 menit. Cepetan cerita dari awal lo ingkar janji sampai alasan saat ini lo telat datengnya!"

           Titah dari Selva membuat Dika deg-degan. Sejujurnya cowok itu belum bisa memberikan alasan yang jelas. Di sisi lain ia sangat khawatir jika Selva akan menjauhinya.

           "Tapi lo janji jangan ngambek, ya," ucap Dika yang dibalas Selva dengan anggukan pelan.

           "... Gue punya sebuah kesepakatan sama Davira."

           Mata Selva masih menatap lurus ke depan, tapi telinganya ia pasang baik-baik. Wajah penasaran pun tak luput dari pandangan Dika, yang membuat cowok itu mengerti. Sekeras kepalanya Selva dan tingginya harga diri, cewek itu tetap memiliki rasa penasaran yang umumnya dirasakan semua orang.

           "Dia dijodohin ...."

           "Sama lo?" potong Selva cepat, yang membuat cowok itu terperangah sembari menggeleng. "Lo ngaco, deh. Makanya kalo orang ngomong, tuh dengerin dulu," sungut Dika tak terima.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang