4. Saikai

2.1K 558 137
                                    

Touching him was like realizing all you ever wanted was right there in ront of you
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favorite song
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there's no right answer
Regretting him was like wishing you'd never found out that love could be that strong
("Red" - Taylor Swift)

***

Karena sahabat sejati itu, meskipun lost contact bertahun-tahun lamanya akan tetap sama. Sayang dan perhatian.

          Kaki jenjangnya berlari semakin cepat ketika melihat lawan larinya sudah hampir menyamai langkahnya. Untuk sejenak dia mengabaikan rasa pening yang sejak pagi menyiksanya, yang terpenting sekarang adalah sampai di garis finish.

          "Aaahh, yeay!!!" teriaknya begitu kaki kanannya sudah menginjak garis finish. Beberapa temannya yang menunggu giliran di pinggir lapangan ikut bersorak bahagia, menyerukan nama Selva sambil berjingkat-jingkat gembira.

          "Sel, selamat! Lo lari cuma butuhin waktu kurang dari 2 menit, gue aja kalah." Selva hanya tersenyum menanggapi pujian dari Karel -teman sekelasnya.

          "Iya, lo kok bisa sih? Padahal gue butuh waktu hampir 3 menit loh," sahut salah satu teman Karel yang posisinya berhimpitan dengan Selva.

          "Ciahh, si Nova kalah. Gimana, Nov? Bisa ngrasain, kan lomba lari sama Selva?"

          "Ya, gue akui baru kali ini gue ketemu cewek kayak Selva. Yang bisa ngalahin larinya cowok, wow ...," Nova -si cowok bertalenta dalam bidang atletik- berdecak kagum. Membuat rona merah di pipi Selva muncul.

          "Biasa aja, sih. Gue lari sebisa gue," balas Selva merendah. Pipinya sekarang bahkan tambah memanas hanya karena pujian teman-temannya.

          Di urutan nomor 31, Selva memang gadis terakhir yang memecahkan poin lari cepatnya. Apalagi lawannya tadi adalah laki-laki, tapi malah Selva yang menang. Hal itu membuat banyak murid kelasnya menganga melihat Selva berlari sangat cepat. Seharusnya, stamina laki-laki lebih kuat daripada perempuan.

          "Ehm, gue juga larinya kurang dari 2 menit loh." Salah satu cewek berbando teman Selva menyembul dari balik kerumunan, tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya. Teman-temannya yang mendengar hal itu hanya melengos.

          "Lo mau dipuji? Bilang aja, nggak usah pamer juga," komentar salah satu teman Karel. Cewek berbando itu menatapnya dengan sengit.

          "Yeee ..., bilang aja lo iri sama gue," balas si cewek berbando. Sembari mengibaskan rambutnya ala-ala gadis centil.

          "5 menit lagi kalian istirahat. Saya rasa kalian kurang waktu untuk mengerjakan teori, maka dari itu gunakan waktu istirahat kalian sebaik mungkin untuk mengerjakan soal di buku paket halaman 98, kerjakan yang A, B, dan C. Setelah selesai, ketua kelas diminta untuk mengumpulkan tugasnya di meja saya."

          Pak Santoso -guru Penjas- menjelaskan tugas yang akan dikerjakan kelas XI-1. Seluruh murid bersorak, mengeluhkan tugas yang banyak itu. Padahal mereka belum melihat soalnya secara langsung.

          "Ngerjain di mana, Pak?" Selva meringis sambil menutup sebelah telinganya. Pasalnya cowok yang baru saja bertanya itu, berteriak tepat di telinganya. Hal yang sangat dibenci Selva.

          "Di jidat lebarmu itu."

          "...Ya, di buku tulislah! "

          "Kan saya cuma nanya." Beberapa temannya berusaha meredam tawa. Mengasihani salah satu teman mereka yang serasa serba salah di mata Pak Santoso.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang