Bagian 16

78 2 0
                                    

Hari ke-54

Sudah 1bulan lebih Angel tak sadarkan diri, dan berarti Angel sudah mengalami masa koma. Hati Kirana miris melihat sahabatnya terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, Angel sudah seperti adiknya Kirana sendiri. Kirana tidak mau Angel pergi, Kirana tidak mau Angel meninggalkannya.

"Ngel, gue tau lo pasti kuat. Lo bangun yaa, bangun buat gue, buat mama papa lo, buat Rian, buat kita semua Ngel. Kita kangen lo, terutama gue, gue kangen lo Ngel, gue kangen, gue gamau lo pergi" ucap Kirana menangis.

Suara pintu ruangan Angel terbuka dan masuklah Dokter Rangga dan susternya.

"Permisi mba, saya mau ngecek kondisinya mba Angel" kata suster itu ramah.

"Oh iyaa silahkan sus" jawab Kirana mengusap air matanya.

Dokter memeriksa kondisi Angel dan suster pun menyuntikkan suntikan di tangan Angel mengambil darah Angel untuk di periksa di laboratorium.

"Maaf mba, orangtuanya Angel ada?" tanya Dokter Rangga.

"Nggak ada dok, mama papa Angel lagi dirumah. Ada apa ya memang dok? Kasih tau saya aja nanti saya sampaikan ke orangtuanya Angel" jawab Kirana.

"Baiklah, jadi sebetulnya saya ingin bicarakan tentang kondisi Angel yang semakin hari semakin lemah, belum ada tanda-tanda kalau Angel akan siuman. Maka dari itu saya meminta persetujuan orangtuanya Angel untuk mencabut semua alat bantu yang terpasang di tubuh Angel pada hari ke-61,"

"Nggak dok, gaada yang boleh nyabut satu pun alat pernafasan atau apalah itu dari tubuh Angel. Kalo dokter nyabut alat itu, Angel bertahan hidupnya dari mana dok kalo bukan bantuin dari alat itu? Dokter mau ngebunuh sahabat saya?" ucap Kirana menaikkan suaranya.

"Bukan mau saya membunuh Angel mba, cuma kalau terus dipasang akan ada dampaknya. Kemungkinan Angel bangun sangat kecil karna kondisinya yang lemah sekali" jelas Dokter Rangga.

"Angel pasti bangun dok, dokter jangan bilang kayak gitu sama aja dokter ngedoain sahabat saya mati!" kata Kirana emosi.

"Semua hanya kuasa Allah saja, saya hanya mendeteksi karna tekanan jantung Angel pun semakin melemah. Namun kita lihat saja nanti hari ke-61, jika Angel masih belum bisa bangun maka pihak rumah sakit akan mencabutnya atas izin dari orangtuanya Angel. Saya permisi dulu" ujar Dokter Rangga dan meninggalkan ruangan Angel.

Kirana terisak mendengar penjelasan Dokter Rangga. Tidak, ia tidak mau Angel pergi, Kirana sayang sama Angel. Angel lah penyemangat Kirana kalau Kirana sedang terpuruk, Angel sahabat Kirana dari kecil, dan siapapun tidak boleh mengambil Angel sekalipun maut memisahkannya.

"Angel bangun Ngel, gue gamau lo pergi. Gue gamau Ngel..hiks" tangis Kirana semakin pecah. Dan tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, dan berkata

"Kalo emang itu keputusan dokter ikhlaskan saja Kir, jangan memaksa kehendak Allah. Mungkin Allah lebih sayang sama Angel makanya dia mau Angel pulang, kita harus ikhlas" ucap Regi.

"Nggak Gi, Angel gak bo..leh per..gi" tangis Kirana menjadi-jadi. Regi mendekatkan tubuh Kirana ke tubuhnya memeluk Kirana untuk menenangkannya.

"Gue sayang Angel Gi, kita bareng-bareng terus dari kecil sampe sekarang. Gue gamau Angel pergi duluan Gi" Kirana semakin terisak di pelukan Regi.

"Gue juga sayang Angel Kir, tapi Allah lebih sayang Angel Kir, jangan ditangisin terus. Kita berdoa aja sebelum hari ke-61 Angel sudah bangun." ucap Regi.

Angel's POV

Aku ada dimana sekarang, semuanya putih. Tak ada siapapun disini yang menemaniku, dimana Kirana?

"Kiranaaa" teriak Angel.

"Riaaaaannn" "kalian dimanaaa?" ucap Angel.

Angel mendengar suara tangisan dan orang berbicara seperti suara Kirana. Ya memang itu suara Kirana.

"Ngel, gue tau lo pasti kuat. Lo bangun yaa, bangun buat gue, buat mama papa lo, buat Rian, buat kita semua Ngel. Kita kangen lo, terutama gue, gue kangen lo Ngel, gue kangen, gue gamau lo pergi" ucap seseorang.

Angel mendengar setiap hari banyak orang yang menyebut namanya, namun tak ada satupun yang ia temui disini. Ada dimana ia sekarang? Siapa orang yang memanggil namanya, mengapa ia cuma memanggil namaku saja tapi gak mencari keberadaan ku dimana?

Angel menangis, air matanya menetes keluar dari matanya.

Author's POV

Sudah ke sekian kalinya Regi melihat Angel menangis, namun kenapa dia belum membuka matanya? Kenapa dia masih tertidur? Tapi Regi tak bilang ke siapa-siapa, dirinya takut salah lihat atau hanya halusinasinya saja karna terlalu merindukan Angel. Belum waktu yang tepat untuk bilang ke orangtuanya Angel tentang ini.

Pintu ruangan Angel terbuka dan masuklah Rian dan Anita(?).

"Gimana kondisi Angel Kir?" tanya Anita.

"Ngapain lo kesini? Siapa yang ngundang lo buat jenguk Angel?" tanya Kirana benci. Kirana memang tak menyukai Anita dari sewaktu SMA sifatnya Anita yang terlalu mencari perhatian kemana-mana bahkan pernah merebut kekasih Kira semasa SMA dulu tapi dengan begitu walaupun Anita sudah meminta maaf tapi Kirana masih benci dengannya.

"Ya gue mau jenguk Angel lah, masaiya gue jenguk lo" jawab Anita tak kalah sewot.

"Angel gaperlu lo jenguk dia baik-baik aja, mendingan lo keluar gausah kesini lagi kalo bisa lo lenyap aja dari bumi!" ancam Kirana.

"Siapa lo sayang ngelarang-larang gue kesini? Gue mau jenguk temen gue, oya lagian juga lo tadi nanya kan siapa yang ngundang gue kesini? Ya jawabannya Rian, Rian yang ngundang gue buat kesini. Udah puas?" ucap Anita.

"Jangan bilang kalian.."

"Ya kami sudah balikan dan sudah lama, kenapa? Kaget ya? Sayang kamu gak bilang ke mereka kalo kita sudah balikan?" kata Anita ke Rian.

"Lo beneran udah balikan sama cewe murahan kayak dia?" tanya Kirana sewot ke Rian.

"Iyaa Kir gue balikan sama dia" jawab Rian menunduk.

"Lo berdua keluar sekarang gue masih ngusir kalian baik-baik jangan sampe gue ngusir kalian make kekerasan! Gausah sok pengen tau keadaan Angel! Terutama lo Rian!" ucap Kirana menunjuk Rian dengan jari telunjuknya.

"Gue cuma pengen tau kondisi Angel doang Kir" ujar Rian.

"Gak gaperlu, Angel gabakalan seneng ngeliat lo apalagi bawa ini cewe! Gue gamau Angel sakit hati pas dia bangun nanti. Keluar sekarang juga!!" kata Kirana sedikit teriak.

Rian dan Anita pun menurut dan mereka keluar dari ruangan. Regi yang sedari tadi hanya diam melihat Kirana marah-marah, gapernah Regi ngeliat Kirana marah sampai begitu.

"Lo gapapa?" tanya Regi hati-hati.

"Iya gapapa, tadi cuma ke bawa emosi aja" kata Kirana mengatur nafasnya dan menenangkan dirinya.

"Mending kita keluar dulu makan, liat badan lo Kir udah kurus makin kurus aja mau tinggal tulang doang?" ajak Regi.

"Tapi Angel sendirian nanti" jawab Kirana.

"Gue bakalan nyuruh suster jagain dia tenang aja" kata Regi mengedipkan matanya sebelah.

"Dih genit, yaudah okey"

"Genit-genit yang penting ganteng" jawab Regi ringan dan meninggalkan ruangan Angel, "ish pede banget" cibir Kirana dan mengikuti Regi dari belakang.


Haiii gimana ceritanyaaaa? Gaje kah? Seru kah? Hahaha, voment jgn lupaaa:*

Comeback To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang