1

97 6 4
                                    

Angin bertiup kencang membawa dedaunan yang berjatuhan dari tiap-tiap pohon yang tersisa. Membawa segenap rasa dari tiap-tiap insan yang meratapi nasib mereka. Aku termasuk 1 dari miliyaran insan itu.

Meratapi nasib yang kian memburuk sejak ibu tiada. Ujian Tuhan sangat mengenai sasarannya tepat dilubuk hati yang paling dalam. Mengorek luka yang tak pernah sembuh. Dan tak akan pernah sembuh.

Tanganku enggan meraih sepucuk daun yang jatuh tepat di atas kepalaku. Membiarkannya mendarat dengan manja dibantu oleh angin yang kian nyaring terdengar siulannya. Berharap sepucuk daun itu dapat mengubahku menjadi orang lain yang lebih bahagia seperti kisah-kisah yang diceritakan didalam setiap novel happy ending. Jauh dilubuk hati yang paling dalam, aku berharap bahwa derita ini seketika lenyap. Berharap kisah piluh yang tak berkesudahan ini bisa berubah menjadi lebih baik. Walaupun aku harus luruh dari dunia ini dengan kisah yang teramat piluh.

Kini butiran air hujan membasahi pipiku. Menerpa tubuhku yang mematung hingga saat ini. Batinku memaksa beranjak dari tempat menyedihkan ini. Memaksa berhenti memandang gumbukan tanah yang berjajar rapi dihadapanku.

Aku menyusuri jalan dipinggiran kota setelah selesai melaksanakan ritual yang satu itu setiap harinya. Kembali ke sekolah setelah mengunjungi makam ibu di penguburan umum kota yang tidak jauh dari sekolahku.

Saat melintasi koridor sekolah, Denting piano di ruang musik mengubah suasana hatiku menjadi nyaman dan tentram. Sambil mendengarkan denting piano tersebut aku menutup mata berusaha masuk kedalam sebuah ruang. Semakin dalam... sebuah memori tentang ibu kini kembali dalam benakku.. hingga aku kemudian terbangun dari khayalan singkat dan memutuskan untuk mencari sumber denting piano itu.

Koridor yang mulai sepi hanya menyisakan aku dan denting piano itu serta yang memainkan piano tentunya.

Dengan perlahan aku membuka pintu yang setengah tertutup dihadapanku. Seorang siswa berkulit putih, berhidung mancung, dengan rambut berwarna coklat, serta warna lensa mata yang berbeda dari siswa lainnya yang sedang memainkan piano dengan penuh khidmat. Sungguh jelas ia bukan warga asli Indonesia. Alunan denting piano yang sangat nyaman membuat telinga semua orang yang mendengar hanyut dalam kenangan yang indah.

Aku mendekat kearah siswa itu. Dengan refleks siswa itu menoleh kearahku dan berhenti memainkan alunan alat musik piano yang indah itu. Aku berhenti saat siswa itu menoleh padaku. Masih cukup jauh untuk menggapai tangannya menyuruhnya untuk memainkan piano sekali lagi.

Aku terdiam sejenak sambil mengalihkan pandangan dari siswa itu sesekali menundukkan kepala.

"hmm.. maaf jika aku mengganggu. Silahkan lanjutkan permainan pianonya." Kataku sambil membalikkan badan ke belakang hendak pergi meninggalkan ruangan yang baru saja aku datangi beberapa menit yang lalu. Sepertinya siswa itu terganggu dengan kedatangan ku yang tiba-tiba.

"tunggu sebentar!" seru siswa itu menghentikan langkah ku yang hendak meninggalkan ruangan musik. Aku menoleh ke arahnya.

"ya?".

"aku tahu kau siapa. Pasti Vanila"
kata-nya sangat yakin. Ia kemudian berjalan mendekat kearah ku setelah beranjak dari tempat ia duduk.

Aku mengangguk samar. "Kau mengenalku?"

"tentu saja. Kamu heboh menjadi bahan pembicaraan para netizen dimedia massa."
Siswa itu tersenyum. Ia sangat tinggi bahkan aku hanya sampai dipundaknya. Hal itu pula yang membuatku sedikit mendongakkan kepala, merasa terancam atas keberadaannya.

"aku Franky Vincent. Biasa dipanggil Vincent. Kelas XII Science zwei." Kata siswa itu sambil mengulurkan tangan mengajak ku berkenalan. Tentu saja aku menyalami kembali tangan Vincent. Aku kemudian beranjak pergi meninggalkan Vincent tanpa sepatah kata-pun. Aku tak terbiasa mengobrol lama dengan orang yang baru saja aku kenal.

Mungkin saja Vincent hendak menghentikan langkah kaki ku tapi... Jika ia cemerlang, ia tak akan pernah lakukan itu karena akan membuatnya berkesan tak baik saat pertemuan pertama denganku.

"sampai jumpa dilain waktu!". Seru vincent dibelakangku.

Aku berhenti sejenak, berusaha menoleh kearah Vincent yang sudah lumayan jauh tertinggal dibelakang. Tersenyum.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Terima kasih bagi yang sudah baca! Semoga kalian suka dengan ceritanya. Don't forget to vomment guys! Love you! :*

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang