Vanila mengencani putra tunggal pemilik 'centthy cafe'.
"Beritahu ayah yang sebenarnya!" Suara lantang ayah kini menyapu telinga setiap orang didalam rumah pagi ini.
"I... Itu.. Itu hanya---"
"Hanya apa vanila? Apakah kau sadar? Kau merusak imej mu sendiri!" Suara lantang ayah kini terdengar lagi. Kali ini ia benar-benar tak suka dengan gosip murahan yang diedarkan dikoran pagi.
"Aku tidak berkencan dengannya ayah. Kami hanya makan bersama dan----"
"Dan apa vanila? Kenapa kau tidak memberitahu ayah terlebih dahulu? Hah?" Kalimat ayah memotong kalimatku.
Aku meneteskan air mata karena takut mendengar Suara lantang ayah dan marah melihat koran pagi itu. Marah ayah yang meledak-ledak bahkan membuatku tak bisa berkata apa-apa selain hanya bisa mengepalkan tangan sekuat mungkin berusaha meredam emosi.
"Aku akan ke sekolah ayah. Jika ayah masih ingin mengatakan sesuatu, nanti saat vanila pulang sekolah saja." Aku menyeka pipi.
"KAU TAK PERLU KE SEKOLAH HARI INI!" Bentak ayah membuatku gemetar ketakutan.
"Ayah aku---""SEKALI AYAH BILANG TIDAK, YAH TIDAK!" "Coba bercermin dan lihat dirimu saat ini! Kelopak matamu bahkan menghitam. Mata sayu, wajah pucat, badan mulai kurus, serta---"
"Apa peduli ayah padaku? Saat aku sendiri ayah dimana? Saat aku sedih ayah dimana? Ayah bahkan baru melihat kondisiku yang buruk seperti ini. Ayah hanya memikirkan karirku saja. Ayah hanya akan peduli padaku jika koran pagi membuat berita miring mengenai diriku atau bahkan media online berkomentar jelek tentang diriku yang bahkan tak pernah tertawa sejak ibu meninggal 2 tahun silam. Kenapa ayah membuatku merasa seperti boneka pencari uang ayah? Kenapa ayah sama sekali tak ingin melihat karirku hancur? Aku tau ayah adalah orang tuaku tapi bukan berarti ayah bisa seenaknya mengatur hidupku ayah. Aku sudah berumur 17 tahun!Aku bukan lagi anak berumur 5 tahun yang selalu saja ayah awasi. Ayah hanya sayang pada karirku tetapi tak sayang pada diriku sendiri. Ayah tau? Sejak ibu meninggal, ayah membuat rumah ini serasa seperti neraka dunia bagiku. Tak pernah ada canda tawa lagi dirumah ini dan tak ada lagi senyum didalam rumah ini bahkan ayah menyembunyikan piano yang menjadi kenangan terakhir ibu bagiku. Ayah sungguh sangat egois!"
Aku terisak. Entah apa yang akan terjadi mungkin saja aku akan kena tampar pagi ini setelah mengatakan hal itu.
Ayah yang terlihat sangat marah, membuat bi ijah dan juga pak joko yang berdiri mematung dibelakangnya merasa takut. Entah apa yang akan terjadi padaku setelah aku mengatakan hal itu dengan suara latang berusaha menandingi suara lantang ayah.
"KEMBALI KE KAMARMU! DAN JANGAN PERNAH KELUAR DARI SANA JIKA AYAH BELUM MENGIZINKANMU UNTUK KELUAR!" Bentakanayah menunjuk arah lantai dua kamarku.
Aku yang masih saja terisak tanpa berpikir panjang langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar. Berharap bisa menumpahkan segalanya dikamar itu.
Bi ijah, pak joko serta pekerja lainnya, hanya bisa menyaksikan kemarahan ayah padaku dipagi hari dan nasib ku yang kian memburuk. Mau bagaimana lagi, Berucap sepatah kata-pun mereka tak mampu. Mereka tak mempunyai hak untuk ikut canpur dalam masalah ini.
"Pak joko.. Tolong sampaikan surat izin ke sekolah vanila hari ini. Beritahu mereka bahwa vanila sedang keluar kota untuk menghadiri acara penting, maka dari itu ia tak sempat mengikuti pelajaran"
"Siap tuan!" Jawaban tegas pak joko.
"Anak itu sungguh tak tau diuntung. Hufff...." Keluh ayah seraya berjalan menuju kamarnya.
Aku tak goyah. Terus berjalan kekamar ku. Membanting apapun yang bisa kubanting, Melempar apapun yang bisa kulempar, menghancurkan apapun yang bisa kuhancurkan untuk mematikan api yang membara-bara dihatiku, Meskipun aku harus membakar kamarku. Maka aku akan membakarnya demi meredam emosi ini dariku mematikan semua rasa yang terus saja membuatku sedih sepanjang hidup ini. Berharap mati detik ini juga. Ayah keterlaluan. Memarahiku didepan semua pekerjanya dirumah ini.
Ia sama sekali tak peduli dengan ku kecuali mengenai KARIR. Entah mengapa dan sejak kapan karir menjadi nomor satu baginya. Reputasi adalah hidupnya dan keluarga BUKAN APA-APA baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I Y E
Teen FictionDi dunia ini, hanya segelintir orang beruntung yang bisa menjalani hidup dengan mudah. Tak seperti aku yang hidup dengan penuh perjuangan, meskipun ku tahu bahwa hidup ini butuh semua itu, Perjuangan. Tak terlepas dari orang-orang yang beruntung itu...