21

9 1 0
                                    

Calissa menangis tersedu-sedu setelah aku selesai menceritakan tentang kisah ku bersamanya dan niat perjuangan Vincent demi menolong milyaran nyawa yang membutuhkannya di luar sana.

​"Aku merindukannya"

​"calissa, aku terlebih merindukannya. Kita harus tetap berdoa meski kemungkinan ia kembali sangatlah kecil." Kataku menyeka ujung mata yang mulai basah.
​Aku yang kini menggenggam tangannya yang berubah menjadi dingin. Aku tak tau apakah tangannya yang dingin atau bahkan tanganku. Aku merasa bayi ini bergerak menendang sepertinya ia hendak keluar.

​"kak vanila, kau baik-baik saja?" Tanya calissa menyeka pipinya.

​Aku meringis kesakitan. Menggenggam tangannya lebih kuat.

​"kak, apa yang terjadi?" Tanya calissa panik.

​"tolong ambilkan kelender itu calissa!" kataku menunjuk kelender yang terduduk rapi di atas meja kerjaku.

​Saat calissa meraih kalender di atas meja, aku menengok jam ditanganku. Ini adalah jam istirahat. Tak akan ada pasien yang diperiksa saat aku menceritakan kisah ini kepada calissa, itu memang benar. Tapi bukanlah itu permasalahannya saat ini. Aku merasakan sesuatu yang aneh.

​Aku melihat kalender yang diberikan calissa. Sepertinya hitungan rekanku tepat. Ini adalah hari kelahiran putra kami.

​Aku tak sadarkan diri lagi setelah melihat kalender itu. Aku pingsan tepatnya. Aku berusaha membuka mata setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Melihat alat-alat disekitarku. Ini adalah ruang operasi atau pembedahan. Aku berpikir cepat setelah melihat alat-alat disekitarku. Aku dioperasi sesar.

​Beberpa hari berlalu, aku bahkan sudah dipindahkan dikamar rumah sakit. Dan saat calissa, adik Vincent yang juga berprofesi sebagai seorang dokter dengan tingkatan yang lebih muda dari diriku, membantuku menggendong anak kami. ini adalah pertama kalinya aku menggendong anak kami setelah lewat beberapa hari aku melahirkannya. petunjuk yang ada di kepalaku saat itu benar. Anak kami laki-laki. Aku terharu saat melihatnya digendonganku. Begitu juga dengan calissa.

​"ia akan sangat bahagia jika melihat anak kalian lahir dengan selamat." Ujarnya menyentuh pundakku.
​Aku tersenyum kepadanya.

​[Handphone calissa berdering..]
​Aku tertegun menerjemahkan kode di kepalaku. Yaa.. kode yang sering kali ku terima lebih tepatnya petunjuk atas masa depan yang akan terjadi padaku atau takdir yang akan mengubah hidupku. Aku mengerti itu apa.

​Dua kemungkinan yang akan terjadi dan lagi-lagi aku mendapatkan kemungkinan terburuk kedua-duanya untuk kedua kalinya dalam hidupku. Sama seperti saat ayah meninggal dunia. (1) bahwa Vincent telah tiada, dan (2) bahwa Vincent benar-benar telah tiada. Ia gagal dalam misi itu.

​Calissa terduduk di seberang sana sambil menggenggam telpon yang masih menyala dari pemerintahan pusat kemiliteran atau pelaksanaan misi perdamaian dunia. Aku sudah tau kabar yang ia terima, sebelum ia tersedu-sedu sampai tak mampu mengangkat badan sendiri bahkan suaranya mulai parau.

​"kak... dia.. dia telah.. tiada" kata calissa menatap ku dengan berlinang air mata.

​Aku terisak lebih daripada dirinya.
​Calissa terlihat mengambil sebuah kertas. Aku tau kertas itu. Kertas yang hilang saat Vincent pertama kali menabrakku 5 tahun silam. Kertas yang selama ini aku cemaskan keberadaannya. Kertas itu..

​"Vincent memberikan ini padaku sebelum berangkat. Ia menyuruhku memberikan ini kembali padamu katanya ini adalah hal terpenting dalam hidupmu. Mungkin surat terakhirnya untukmu. Aku bahkan dilarang membuka lipatan kertas ini." Calissa memberikanku selebaran kertas yang terlipat-lipat itu.

​Calissa dan Vincent. Mereka bersaudara. Calissa juga sama seperti Vincent. Ia mampu membaca setiap pikiran orang termasuk aku, tetapi tetap saja ia tak bisa membaca pikiranku tentang masa depan itu. Calissa sebenarnya terlahir kembar. Ia mempunyai saudari. Oleh karena itu mereka menyebut Vincent sebagai putra tunggal ibu Berthy pemilik centthy café karena Vincent tak memiliki saudara lelaki. Tapi sayang, saudari kembar calissa meninggal dunia saat berumur satu setengah tahun. Hanya mereka berdua bersaudara dan pada hari ini, menit ini, detik ini juga, calissa kehilangan saudaranya setelah kehilangan saudari kembar sebelumnya. Yang terpenting ialah, calissa masih lebih beruntung jika dibandingkan dengan diriku yang merasakan pedihnya kehilangan orang yang sangat dicintai untuk ke-tiga kalinya berturut-turut.

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang