Selamat siang readers! Maafkan author yang mungkin kurang menyapa ini :''. Tetap ikuti part selanjutnya ya :* karena sesungguhnya Apalah arti cerita ini tanpa readers. Selamat membaca! {}
***
Beberapa hari setelah acara kelulusan. Aku sedang menunggu kabar dari universitas kepada pihak sekolah.
Kepala sekolah memanggilku menghadap sendirian. Aku langsung bergegas."Kau merasa lebih baik vanila?" Tanya beliau padaku.
Aku mengangguk samar. Tersenyum.
Ia mengangkat tangan mengajakku bersalaman. Aku tak mengerti apa maksudnya.
Menyalami ku karena ayah telah tiada atau karena apa(?). Demi rasa hormat aku menyalami, membalas salamannya."Selamat vanila! Kau diterima tanpa seleksi dalam jurusan Kedokteran."
Aku terkejut setengah tak percaya. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
Vincent waktu itu hanya mengada-gada pada miss ella. Semua tujuannya hanya agar aku tak dipaksa menampilkan permainan piano yang menakjubkan 'katanya'. Sekarang mengapa semua itu menjadi nyata?"Bapak tidak salah orang?" Tanya ku berusaha memastikan bahwa aku yang mendapatkan keberuntungan itu.
Beliau mengangguk, tersenyum bangga. Aku membalasnya dengan menyalami kembali tangannya dan berterima kasih. Itu kabar baik pertamaku disepanjang tahun ini. Meskipun aku tak memikirkan hal itu sama sekali. Tapi itu tetaplah kabar yang baik yang tak dapat aku pungkiri.
Tentu saja aku sangat bahagia. Ini benar-benar kabar baik. Lihatlah ayah, ibu! Anakmu berhasil masuk jurusan kedok urutan pertama.Aku bergegas hendak menelpon vincent. Tetapi ia malah menelpon duluan.
"Halo vincent! Bagaimana kabarmu? Aku sedang berbahagia vincent.. Aku lulus ke universitas dengan ju---"
"Vanila, aku menunggumu di centthy cafe segera. Kiana dan ruben juga disini. Cepatlah!" Kalimat vincent memotong kalimatku. Vincent menutup telpon begitu saja.
Ada apa dengan dia? Bertingkah aneh seperti itu. Gumamku bertanya-tanya.
Aku menuju cafe dengan segera. Melintasi jalanan kota yang setengah macet. 2 hal kemungkinan terlintas cepat di kepalaku. (1) Kemungkinan terbaik menurut petunjuk untukku, ialah aku melihat masa yang akan datang bersama ruben, dan (2) kemungkinan terburuk untukku, ialah melihat vincent...Aku mematung. Shock dengan kemungkinan terburuk untukku Pertama kalinya aku mendapatkan kemungkinan terburuk tentang vincent.
Aku setengah berlari memasuki centthy cafe. Berhenti tepat dihadapan mereka. Suasana ini.. Ah itu tidak mungkin! De javu seketika. Oh tidak!. Bantah ku dalam hati merasa cemas kemungkinan terburuk itu akan terjadi.
Mereka berdiri seketika saat melihatku tiba dengan napas yang tersenggal-senggal. Kami saling menatap satu sama lain. Mengalihkan pandangan dari ruben, kemudian memandang kiana dan akhirnya aku memandang vincent. Menatapnya dengan penuh rasa cemas.
Kumohon jangan katakan itu!
Kau pastilah sedang membaca pikiranku saat ini. Kumohon Jangan lakukan itu!. Aku merengek dalam hati membiarkan ia memulai percakapan ditengah suasana yang ganjil ini.Ia tertunduk, berusaha meraih tanganku. Aku menepis tangannya.
"Maafkan aku vanila." Seru-nya ragu-ragu
Aku meneteskan air mata. "jadi hanya ini yang ingin kau beritahu sejak acara kelulusan itu? Apa setelah semua ini terjadi, menimpah ku tanpa ampun, kau bahkan hendak menambahkan semua itu? Mengapa kau tak mengatakanya bersamaan saat ayahku meninggal agar aku punya alasan yang kuat untuk mengakhiri hidup ini?" Kataku parau membentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I Y E
Teen FictionDi dunia ini, hanya segelintir orang beruntung yang bisa menjalani hidup dengan mudah. Tak seperti aku yang hidup dengan penuh perjuangan, meskipun ku tahu bahwa hidup ini butuh semua itu, Perjuangan. Tak terlepas dari orang-orang yang beruntung itu...