5

31 5 2
                                    

Seseorang tiba-tiba saja datang menepuk pundakku. Membuat buyar pemikiranku seketika.

"Hey.. Bagaimana kabar kakak?" Tanya-nya kepadaku

"Astaga Calissa kau mengagetkanku." Kata ku menghela napas lega. "apa jam istirahatnya sudah selesai?"

Calissa menggeleng. "masih ada 60 menit. Nah sekarang, biarkan aku mengetahui masa lalu kalian kak. Ayo ceritakan!"

"Calissa.. Aku sedang tidak---"

"Shhhhh!". "Ayo cepat ceritakan! Aku tau kakak sedang memikirkan dia" serunya menyikut lenganku.

"Kau sama seperti dia. Aku tak akan pernah bisa menyembunyikan apapun darimu." aku tertawa ringan bersiap melanjutkan bayangan kenangan masa lalu. Kali ini seseorang mendengarkannya. Dan memang hanya ia yang selalu mendengarkan dan tentunya mengetahuinya.
##

Saat ini aku sedang sibuk menatap layar laptop sambil terduduk di dalam sebuah café pinggiran kota bertuliskan 'Centthy Café' sesekali mencicipi lemon tea-ku. Aku mulai hanyut dalam cerita dan mulai memasuki ruang yang baru 'imajinasi'.
Suara sok lembut, sok imut, alay, jijay dari seorang penyanyi café bernama kanza selalu saja membuat telingaku sakit. Aneh bagiku yang tidak menyukai-nya sama sekali. Rasanya sudah seperti gendang telinga yang hendak pecah. Aku bahkan kehilangan ide untuk meneruskan cerita.

"jika saja disini tak ramai pengunjung, aku bahkan tak segan-segan untuk menurunkannya dari atas sana". Keluh ku dalam hati menahan kesal menatap dirinya dengan sinis.

Aku kehilangan kesabaran, beranjak dari tempat ku duduk kemudian merapikan buku-buku tebal yang berada di atas meja. Lagi-lagi aku tak masuk kelas bimbel demi melanjutkan part dari cerita yang selama ini aku kerjakan sekaligus ingin menikmati suasana yang berbeda. Tapi bukan suasana inilah yang sebenarnya aku inginkan. Aku hendak berbalik menuju pintu keluar untuk meninggalkan café. Tiba-tiba seorang lelaki dari belakang menyentuh pundakku menyuruhku untuk tetap duduk. Aku yang tak nyaman dengan suasana tersebut refleks menoleh, menepis tangan lelaki itu dan berkata "apa yang kau lakukan?!". Aku terkejut melihat wajah yang hampir saja ku tampar barusan. "Vincent?" Kataku heran. Lagi-lagi Vincent. Lelaki yang selalu saja mengusikku.

"Yap. Bersediakah kau menemaniku di sini hingga makan malam nanti?" to the point. Itulah Vincent. Jelas sangat jauh bedanya dengan Ruben yang selalu saja berbasa-basi.

"APA?"

"Ohh... aku tau hal apa yang bisa membuatmu tetap bertahan di sini menemaniku hingga makan malam nanti. Tunggu sebentar yah!" Kalimat Vincent kini membuatku penasaran. Apa lagi yang akan ia lakukan kali ini?. Tanya ku dalam hati sambil memandang Vincent yang kian menjauh dari pandanganku dan justru menaiki tangga panggung. Ia sekarang bahkan sedang bercakap-cakap dengan si kanza penyanyi café itu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sedangkan aku masih saja memandang Vincent dari tempat ku berdiri. Mereka terlihat sangat akrab.

Kanza terlihat menuruni panggung saat ini, beranjak pergi meninggalkan café sore itu. Vincent langsung meraih standmic dihadapannya.

Apa yang ia lakukan? Mengusir penyanyi cafe di depan pengunjung? Memangnya siapa dia? Orang penting? Ah.. Mengapa aku malah memikirkan mereka? Lebih baik aku pergi dari sini.

Aku bergegas setelah vincent menghentikan ku tadi.

"Selamat sore para pengunjung centthy cafe! Apa kabar? Semoga semua baik-baik saja." Sapaan Vincent membuat seluruh pengunjung menoleh ke arahnya sambil bertepuk tangan membuat suasana kian meriah. Langkahku terhenti sejenak.

Mengapa pula mereka sangat antusias? Ia bahkan hanya menyapa.

Aku menatap sekitar dengan penuh selidik.

​"wah coba lihat dia! Putera tunggal ibu berthy pemilik café ini. Dia sangat tampan." Pujian salah seorang remaja pengunjung café sore itu yang sedang asyik menatap Vincent diatas panggung.

Putera tunggal pemilik café? Vincent?

"Baiklah, saya tidak perlu lama berbasa-basi. Karena hari ini merupakan hari special bagi Centthy café, dan pastinya juga bagi saya, maka saya akan perform hingga dinner malam nanti." Suara tepuk tangan tak terhentikan dan semakin meriah membuatnya berhenti sejenak sambil menghela napas. "But maybe you ask me why?????.... Jawabannya karena kita kedatangan seorang yang sedang berdiri disebelah sana." Vincent mengalihkan pandangan seluruh pengunjung café. Pandangan mereka kini tertuju padaku yang masih berdiri dengan terheran, ada apa ini?.

Aku berpikir cepat berusaha mengartikan suasana ini dengan dua hal yang terlintas dipikiranku : (1) karena aku terkejut pengunjung bahkan menatapku dengan penuh selidik, dan (2) apa maksud vincent mengeksposku di depan pengunjung lainnya?. Dia sungguh gila!

"kalian pasti sudah mengenalnya bukan? Yahh tentu saja. Tetapi kalian belum mengetahui apa hubunganku dengannya." Kalimat Vincent sambil menatapku sedikit tersenyum.

Apa? Hubungan? Hubungan apa yang ia maksud di sini?.

"perkenalkan, ia adalah sahabatku di sekolahku yang baru. Vanila." Kata Vincent seketika membuat ku bertanya-tanya. Aku bahkan menganga saat ini saking kagetnya.

Sahabat? Aku bahkan baru mengenalnya sejak 3 hari yang lalu. aku belum tahu siapa dia sebenarnya, dari mana asalnya, dan bagaimana kehidupan keluarganya. Apa yang ia inginkan dariku?.

Aku panik sendiri dalam pikiran sedikit takut. Bisa saja ia memata-mataiku selama ini. Ah dasar gila!

"Musik instrument ini saya tujukan langsung padanya.. semoga kau menyukainya. Untuk pengunjung lain, semoga kalian menikmatinya. Selamat mendengarkan!" kalimat penutup Vincent membuat suasana senyap seketika. Dengan penuh khidmat seluruh pengunjung menikmati alunan musik instrument Vincent.

​Omg! Kiroro – miraie. Lagu jadul tahun 90an kesukaan ku.

Astaga! Ia bahkan mengetahui aku menyukai lagu itu.
Aku menatap Vincent yang kini tengah memainkan musik instrument miraie tanpa menyanyi. Itu bahkan terlihat seperti piano show. Dengan nada-nada ciri khasnya, ia mengubahnya menjadi lebih slow. Ia membuat musik tanpa lirik lagu itu menjadi lebih istimewa. Tak sekalipun aku berpikir untuk beranjak pergi meninggalkan café sejak Vincent memainkan piano itu.

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang