15

27 2 0
                                    

Calissa tersenyum penuh makna. "Aku tau hari itu. Ia menceritakannya padaku. Apa kakak tau betapa bahagianya dia?"

Aku menggeleng.

"Jika aku bisa mengumpamakan, aku akan umpamakan ia sebagai orang yang paling bahagia yang pernah ada"

Aku tersenyum. "Ia memang orang yang selalu bahagia"

##

Matahari menyambut semangat ku pagi ini. Ini bahkan hari pertamaku merasakan tidur sejak beberapa bulan hampir tak pernah tidur.

"Terima kasih pak joko!" Seru ku menutup pintu mobil.

Pak joko hanya tersenyum melihat tingkah ku yang kini sangat berbeda dari biasanya.

Beberapa siswa(i) terlihat sedang berbisik-bisik sambil menatapku. Mungkin aneh bagi mereka karena Aku tak seperti biasanya.

"Eh vanila. Apa kabar hari ini?" Tanya vincent saat bertemu dikoridor sekolah.

"Aku baik. Lebih baik dari biasanya." Kata ku sembari tertawa ringan. "Ohiya.. Apa rencanamu hari ini?"

"Aku bentar ada kelas musik. Jika kau mau kau bisa ikut bersamaku."

"Hmm itu ide yang cukup bagus. Baiklah aku akan menemuimu seusai pelajaran selesai hari ini."

"Ok. Aku akan menjemputmu dikelas jadi, kau tak usah kemana-mana."

"Baiklah. Sampai jumpa!" Aku kemudian beranjak meninggalkan mereka. Vincent melambaikan tangan kearahku. Mungkin Ruben yang sejak tadi diam dan memerhatikan gerak-gerik ku yang berbeda terkejut. Ataukah saat itu ia sedang bertanya-tanya tentang -Siapa pahlawan yang telah berhasil mengubahku?.

#

Tak butuh waktu lama menyesuaikan diri dengan kondisi yang normal kembali. Aku sangat menyukai hidupku saat ini. Meski aku masih mengunjungi makam ibu tapi tak sesering saat aku belum mengenal vincent. Aku memilih berkunjung setiap bulan. Disisi lain, aku Bercerita lebih banyak pada kiana, kembali aktif dalam PBM, menyaksikan permainan musik vincent dan juga ruben. Aku bahkan mulai akrab juga dengan ruben. Kami menjadi sahabat. Aku malah berniat menjodohkan ruben dan kiana. Meski mereka berdua menolak mentah-mentah ideku. Aku berharap bahwa ruben bisa menghilangkan perasaanya terhadapku karena aku saat ini sangat takut mengecewakan siapapun.
Aku mencintai vincent.

​[Bel pulang berbunyi..]

​"vanila!" seru kiana di ujung koridor kelas XII Science Zwei.
​"hey! Kiana dari mana saja kau? Aku mencarimu sejak tadi. Kataku mendekat kearahnya.
​"vanila kau harus melihat ini!" kiana menarik tanganku. Membawaku tepat di mading sekolah.
​"ada apa kiana?" tanyaku terheran.
​"lihat itu!" kiana menunjuk sebuah pengumuman lengkap dengan stempel kepala sekolah.
​"Acara kelulusan sekolah!" seruku riang.
​"kita akan pergi keacara itu kan vanila? Aku sangat senang." Seru kiana yang juga gembira melihat pengumuman itu.
​Kami berdua bahkan berseru riang bersamaan. 1-2 melompat saking gembiranya. Sebentar lagi kami akan lulus dan melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
​"kita harus memberi tahu Vincent dan ruben. Ayo!" Seruku menarik tangan kiana membawanya keruang musik sekolah.

​"itu mereka!" kataku berseru riang menunjuk Vincent dan ruben yang tengah asik berlatih.
​Beberapa menit melihat latihan yang sudah seperti pertunjukan mereka. Aku dan kiana bertepuk tangan saat mereka telah selesai. Itu sangat mengagumkan.
​Kami mendekat kearah mereka.

​"mengapa kalian terlihat sangat bahagia?" Tanya ruben kepada kami.
​Aku dan kiana saling menatap seraya tertawa.

​Vincent sedang merapikan barang-barangnya. Buku panduan piano forte dan lain sebagainya sebagai bahan untuk berlatih.

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang