"Biarkan aku menebak!"
Aku menatapnya penuh harap bahwa ia menebak dengan benar.
"Kakak mulai tertarik padanya kan?" Tanya calissa menggodaku.
Aku tertawa dari tangisku saat membahas tentang ayah sebelumnya.
"Ahh.. Senyuman kakak berarti 'iya'."
"Tertarik belum berarti aku mencintainya bukan?" Aku bertanya padanya berniat membalas godaannya yang mulai membuatku tersipu malu.
"Ya sudahlah aku ingin mendengar kelanjutannya."
Aku tertawa ringan, Melanjutkan cerita.
##
Suasana cafe sangat sepi malam ini. Tentu saja tak seramai saat sabtu dan minggu malam.
Segelas lemon tea, dan jus alpukat kini menemani kami yang sedang memasuki percakapan yang serius.
"Apa tujuanmu mengundangku ke cafe malam ini?" Tanya ku terheran saat melihat disekeliling suasana cafe yang tengah sepi pengunjung.
"Kau jangan khawatir. Koran pagi tak akan berceloteh tentang kita lagi. Wartawan tak akan mengira kau ada disini malam ini karena kami telah menutup cafe. Jadi bersantailah!" Kata vincent tersenyum padaku.
"Tapi bagaimana dengan kaca jendela yang besar ini?" Tanya ku menoleh kearah kaca di sebelah meja kami.
"Aku sudah memasangi riben yang sangat gelap diseluruh kaca cafe ini vanila."
"Tapi mengapa kau melakukan semua ini?"
"Tentu saja agar kau tak dihukum oleh ayahmu lagi karena kesalahanku."
Seseorang melakukan ini demi aku? Hal yang tak pernah terbayangkan dalam benakku sekalipun. Bahkan orang yang tak pernah aku anggap teman sekalipun melakukan hal yang ayahku sekalipun tak pernah lakukan demi diriku.
Mataku yang sayu kini membulat, menatap vincent dihadapan ku. Aku bahkan tak menyangka bahwa masih ada orang yang sayang kepadaku selain ibu. Seketika aku mengingat ayah. Kejadian beberapa hari yang lalu mungkin membuat ayah merasa tak berguna menjadi seorang ayah. Aku mungkin telah durhaka. Aku menyadari kesalahan dan keegoisan yang kian memuncak kepada ayah saat itu. Remaja egois yang selalu menyalahkan seseorang ditengah keadaan yang berubah menjadi rumit. Akulah sosok remaja itu. Vanila-Tapi.. Ah!. Aku cepat-cepat membantah pikiranku yang mulai terpesona memikirkan hal yang vincent lakukan untukku.
Itu hanyalah hal yang biasa saja. Aku yakin kiana juga akan melakukan hal yang sama jika ia menjadi vincent. Berkorban. Anggap saja ini sebagai gantinya karena telah menyebabkanku dihukum oleh ayah.
"Kau harus percaya vanila! Semua orang menyayangimu. Semua.. Termasuk ayahmu."
Aku hanya menatap vincent. Tatapan penuh makna. Mungkin karena aku dalam keadaan haru saat ini.
"Kau sudah tau semua. Lantas apalagi yang bisa aku sembunyikan darimu sekarang?" Kata ku sesekali menyeka ujung mata yang mulai basah. "Kau tau? Ku kira tak ada lagi orang yang menyayangiku termasuk ayahku sendiri. Aku minta maaf karena selama ini telah kasar padamu." Aku selalu lemah ketika bercerita tentang keluarga.
Hanya vincent yang bisa membuatku merasa aman. Hanya dia juga yang bisa mengubah pikiran ku. Ia pandai mengondisikan sesuatu yang orang lain tak bisa melakukan itu."Aku tau apa yang kau rasakan vanila. Menjadi publik figur tidaklah mudah. Aku pernah merasakan apa yang kau rasa dan itu memang sangat sulit. Kau harus memilih diantara dua pilihan yang tak kau inginkan. Kau harus memilih membanggakan keluargamu atau membahagiakan dirimu sendiri. Hal itu pernah terjadi kepadaku vanila. Tapi menghancurkan karirmu bukanlah jalan terbaiknya. Aku juga dulu sepertimu, tetapi aku berbeda denganmu. Aku tak menjadikan hal itu sebagai beban hidup vanila tapi kau melakukannya. Kau harus bisa mengubah dirimu." Vincent kini menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I Y E
Teen FictionDi dunia ini, hanya segelintir orang beruntung yang bisa menjalani hidup dengan mudah. Tak seperti aku yang hidup dengan penuh perjuangan, meskipun ku tahu bahwa hidup ini butuh semua itu, Perjuangan. Tak terlepas dari orang-orang yang beruntung itu...