2

62 7 0
                                    

Selamat malam readers! Saya lanjutkan ceritanya yaaa.. Happy reading! ^_^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku membuka laptop, hendak melanjutkan cerita yang sedang aku kerjakan sejak satu minggu terakhir ini. Sambil menghela napas panjang, aku mulai menulis part selanjutnya.

            Pukul 02.00am, aku masih saja hanyut dalam tulisan-tulisanku. Sesekali merenung memikirkan ibu yang telah wafat 2 tahun silam. Denting piano tak lagi terdegar dari lantai bawah rumah semenjak kepergian ibu. Hanya ibu lah yang selama ini menjadi moodbosterku. Sungguh tak ada yang lain tak terkecuali  ayah. Aku Menoleh menatap sebuah foto yang tergantung didinding kamar. Festival musik musim semi di Australia beberapa tahun yang lalu kini hanya bisa menjadi sejarah yang masih ku kenang. Festival itu merupakan festival terakhir yang sempat Aku dan ibuku ikuti.

Aku mengusap wajah, setelah beberapa saat termenung. Aku mengalihkan pandangan dari foto tersebut. Bergegas menuruni anak tangga berjalan menuju kearah dapur.

            Gelap gulita. Aku menyalakan lampu dapur kemudian bergegas membuka lemari es melihat apa saja yang bisa aku makan ditengah larutnya malam. Aku memilih menyiapkan makanan sendiri tanpa harus merepotkan bi ijah yang pasti sudah terlelap nyenyak dalam tidurnya.

Jika saja ibu masih ada, pasti ia masih bermain piano saat ini. Hati kecil ku berkata kemudian duduk sendirian dimeja makan.

Lengang tersisa.
Tak siang hari, malam hari, atapun pagi hari, aku tetap saja selalu sendiri merenungi ibu. Sementara itu ayah sibuk keluar negeri mengurus pekerjaannya sendiri.

Aku bergegas menaiki anak tangga kembali setelah menghabiskan makan malam dengan terburu-buru kemudian memilih melanjutkan cerita yang sedang aku kerjakan. Tepatnya ini adalah makan sahur dan bukan makan malam. Hingga matahari terbit kembali, aku bahkan belum sempat tertidur walaupun hanya satu menit.

            Aku bergegas memasuki kamar mandi kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aku memang seperti ini setiap harinya semenjak ibu meninggal dunia. Entah memang benar yang orang-orang katakan bahwa aku seperti kehilangan segalanya yang berharga dalam hidup. Tak ada lagi hal yang indah bagiku.

#

            Seperti biasa, pak joko mengantar dan juga menjemputku di sekolah atau pun ke tempat bimbel. Kemanapun aku pergi pasti diantar oleh pak joko begitu pun saat aku hendak pulang kerumah.

            "terima kasih" kata singkat terucap dari mulut ku yang pagi ini sangat terburu-buru turun dari mobil.

            "sama-sama non.. semoga hari-hari non baha---" belum selesai pak joko berkata, aku langsung menutup pintu mobil kembali. "gia..." potongan kalimat pak joko. Tapi itu hal biasa bagi pak joko. Aku memang bertingkah aneh sejak ibu meninggal dunia. Itulah yang orang-orang katakan. Aku  bahkan hampir tak pernah tidur. Jangankan tidur, beristirahat sejenak merilekskan pikiran tanpa air mata saja aku hampir tak pernah melakukannya. Kelopak mataku bahkan mulai menggelap.

            "hiyyaaa!" teriak teman sebangku-ku berusaha mengagetkan saat aku sedang terdiam.

            Aku hanya menatap temanku yang setiap hari bertingkah konyol. Ia bahkan selalu melakukan itu setiap hari selama 2 tahun terakhir demi melihat senyum ku kembali. Tapi sayang semua itu sia-sia karena aku sama sekali tidak merasa kaget sekalipun. Kiana. Itulah namanya. Cewek berambut pendek sebahu, berkacamata, dan ciri khasnya yang selalu membawa kamus biologi kemanapun ia pergi.

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang