20

6 1 0
                                    

Hai Hai.. Ketemu lagi ehehe. Semakin dekat dengan ending nih semoga readers suka yaa dengan endingnya nanti. Selamat membaca ^_^

##

​Calissa masih menatapku dengan tatapan penuh makna itu seakan berkata "sebenarnya kau adalah wanita yang beruntung".

​"aku sudah tau ia akan menjemputmu suatu hari nanti kak. Sudah ku katakan bahwa ia sangat mencintaimu" ujar calissa tersenyum padaku.

​"kau benar calissa. Bahkan aku mungkin manusia yang paling beruntung karena memiliki dia" kataku terharu.

​Calissa meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Genggaman yang sama saat ia menggenggam tanganku.

#

​Setahun berlalu, kami melangsungkan pernikahan. Dihadapan ribuan tamu undangan yang hadir. Kami lah insan yang berbahagia saat itu. Berdiri menggenggam satu sama lain, saling menatap satu sama lain. Sudah ku katakan bahwa kami lah insan yang berbahagia saat itu.

​Tiga bulan kemudian setelah kami mengikrarkan janji suci itu, kami mendapat kabar yang tak kalah bahagianya lagi. Aku mengandung anak kami yang pertama. Umurnya baru seminggu. Setelah mendengar kabar baik itu, ada kabar lain lagi yang menyelimuti keluarga kecil kami, yaitu Vincent diutus untuk misi perdamaian dunia diantara Negara yang berperang, tepat diperbatasan kedua Negara itu. Ia memang anggota kemiliteran dunia (utusan PBB). Aku tak tau kabar itu baik ataukah kabar buruk. Hanya saja dua hal kemungkinan yang akan terjadi kini terlintas di kepalaku. (1) Kemungkinan terbaiknya yaitu, Vincent akan naik pangkat setelah menyelesaikan misi tersebut sehingga anak kami berpeluang untuk mendapatkan masa depan yang lebih menjamin suatu saat nanti, dan (2) kemungkinan terburuknya yaitu, aku tak akan bisa bertemu dengan Vincent lagi bahkan ia tak akan sempat melihat anak kami lahir ke dunia ini. Oh tuhan, aku tidak akan membiarkan kemungkinan terburuk kali ini terjadi dalam hidupku yang sedang berbahagia.

​Delapan bulan sebelum kepergian Vincent menjalankan misi itu, aku berusaha setiap hari untuk meyakinkan dirinya bahwa aku punya alasan tertentu mengapa sampai melarangnya ikut serta dalam misi perdamaian dunia itu. Aku tak mau kehilangan orang yang aku sayangi bahkan untuk yang ke-tiga kalinya. Itu akan sangat sulit.

​"kumohon tetaplah bersama ku Vincent. Bersama anak kita. Aku bahkan tinggal mengitung hari kelahiran. Aku ingin bersamamu saat melahirkan putra kita" kataku memohon padanya.

​"vanila, aku akan selalu bersama kalian meskipun kita berjarak jauh. Percayalah vanila! Tuhan sudah menakdirkan kita bersama selamanya hingga maut memisahkan."

​"tapi Vincent aku---"

​"sudahlah vanila. Ini adalah misi yang sangat penting. Ribuan bahkan milyaran nyawa sedang berteriak memanggil bantuan."

​Aku hanya terdiam menatapnya. Berharap takdir yang akan menimpaku kali ini tidak lebih parah dari apa yang pernah menimpaku sebelumnya. Vincent benar. ribuan bahkan milyaran nyawa sedang berteriak memanggil bantuan. Satu nyawa, Vincent, tak ada apa-apanya dibanding mereka yang membutuhkan pertolongan diluar sana. Walaupun memang kemungkinan terburuk kali ini terjadi, aku harus menerimanya. Mengikhlaskan satu nyawa hilang demi menolong milyaran lainnya. itu adalah hal mulia yang akan dilakukan Vincent.

#

​Tepat seminggu sebelum aku menceritakan kisah ini kepada calissa, dan berdiri menatap hujan yang tak kunjung reda ini bersamanya, vincent telah berangkat dengan misi perdamaian dunia, dengan taruhan nyawa dan kehidupannya. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan sembari membalas lambaiannya, dan bergumam dalam hati "aku berharap anak kita mewarisi matamu yang indah itu karena aku tak akan sanggup jika suatu hari nanti aku menerima kabar bahwa aku kehilangan dirimu untuk selamanya. Karena Hidupku Ada di Matamu"

L I Y ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang