Chapter 17

4.3K 140 2
                                    

"Sudut pandang Shyrena"

Aku menuju sekolah seperti biasanya. Hari ini jumat dan jadwalku di sekolah tidak banyak jadi aku bisa pulang cepat. Pagi yang cerah, matahari bersinar terang. Jalanan mulai terlihat ramai dan banyak beberapa bus sekolah yang berhenti di pinggir jalan.
Aku berbelok dan masuk ke dalam parkiran sekolah, hari ini aku tidak datang kepagian. Beberapa mobil sudah terpakir dengan rapi, aku membanting pintu mobil dan berjalan menuju koridor sekolah.

Aku bertemu dengan ryan dan bob di depan koridor, mereka sedang merokok dan memakan snack. Aku menghampiri mereka,
"Hai !!" sapaku sambil memukul bahu ryan.
"Oh, hai ?!" balas ryan,
"Aku minta rokoknya ?!" tanyaku. Sambil tanganku menengadah pada ryan dan bob.
"Tunggu sebentar" balas bob, ia mencari sesuatu di dalam sakunya.
"Kenapa tidak masuk kedalam ?" tanyaku. Sekedar omong kosong biasa.
"Nanti kita tertangkap basah oleh mr. squer !! Kan tidak boleh merokok di dalam ?" jelas ryan, ia mengeluarkan asap dari kedua lubang hidungnya.
"Persetan !! Ya sudah aku masuk dulu" balasku, aku mengambil rokok dari bob lalu menyalakannya.
"Okay. Bye ?" jawab bob. Aku berjalan dengan santai, sambil memainkan rokokku. Huu, memang siapa yang akan menegurku pagi-pagi begini. Mr. Squer juga pasti belum datang.

"Dia sungguh memikat !!" bisik ryan dari kejauhan. Tapi aku bisa mendengarnya.
"Hah, dia itu menggiurkan !!" bob menimpali, kemudian tertawa lirih. Dasar otak mesum, kenapa banyak sekali anak laki-laki di sekolah ini yang mendekatiku bahkan jatuh cinta secara berlebihan padaku..

Apakah mereka tidak bisa melihat kalau aku ini liar ? Aku berantakan ? Aku luar biasa bitch ?? Mungkin hanya andrew saja yang waras. Ia menjauhi aku itu bagus, berarti ia bisa melihat mana gadis yang baik dan tidak. Tapi justru yang lainnya tidak berpikir seperti andrew..

Aku masuk ke dalam ruang seni. Ini salah satu mata pelajaran favoriteku. Di sini aku bisa bertemu rose dan emily, kami bisa bersama. Biasanya rose akan menyanyi dan emily memainkan piano sedangkan aku mengiringi mereka dengan bermain gitar. Genre musik kami tidak berbeda, kami suka rock dan itu menyenangkan.
Aku duduk di tengah-tengah ruangan sambil menghabiskan rokokku, di pojok kanan ruangan ini di penuhi oleh alat-alat musik. Sedangkan di depanku berdiri sebuah panggung kecil, yang berbentuk persegi panjang. Disini juga bisa di gunakan untuk karya seni yang lain, misalnya untuk melukis.

Aku merasa nyaman disini, aku membuang rokokku di tong sampah lalu berjalan menuju alat musik. Aku mengambil gitar, dan aku memainkannya. Sebenarnya tidak terlalu serius tapi bisa membuatku merasa senang dari pada melamun di ruangan sebesar ini.

Tak berlangsung lama. Seseorang masuk kedalam, ternyata itu zoey. Ia mengenakan short dress bermotif bunga-bunga yang sangat anggun, ia tersenyum padaku dan mendekatiku.
"Pagi kak shyrena !!" sapa zoey dengan ceriah.
"Hai, pagi" balasku ramah.
"Kakak ada jadwal seni hari ini ?!" tanyanya terkejut.
"Iya, please jangan panggil aku kakak. Panggil saja shy" pintaku, jujur saja seseorang yang memanggilku kakak itu sangat aneh. Seakan aku ini paling tua, jadi aku benci di panggil kakak.
"Oh benarkah ? Tapi itu tidak sopan" jawab zoey malu.
"Sudahlah. Tidak papa" aku menyentuh lengannya dengan lembut.
"Shy, apa kau suka bermain gitar ?!" ucap zoey lagi.
"Tentu" balasku yakin.

Kami mengobrol panjang lebar sampai ruangan ini di penuhi banyak siswa. Tak berlangsung lama, Aku sudah bersama emily dan rose. Kami bernyanyi seperti biasanya, kemudian di seberang ruangan zoey sedang melatih suaranya seperti paduan suara. Wajar inikan barden bellas, kemudian mataku menjelajahi seisi ruangan.
Aku berhenti saat menatap seseorang yang sedang sibuk melukis disana, Andrew. Lagi-lagi aku bertemu dengannya. Jujur saja aku tidak nyaman karena tatapan matanya yang mengintimidasi, tapi aku senang bisa melihatnya. Aneh..

Aku mengamatinya dari kejauhan. Ia dengan teliti sedang fokus melukis. Aku tidak tahu apa yang ia lukis, tapi ekspresi seriusnya itu sering membuatku tertawa. Ia kadang terlihat lucu meskipun sedang serius, aku jadi teringat kemarin malam saat balapan mobil dengannya.
"Shy !!" teriak emily.
"Ya ?" balasku terkejut.
"Kau melamun ?" tanya emily.
"Tidak" balasku buru-buru.
"Apa kau melihat andrew ?" emily menebak lagi, dan kali ini itu benar.
"Tidak !! Jangan konyol" dustaku. Aku kembali memainkan gitarku, mencari-cari alasan.
"Oh shy, jangan berbohong aku bisa mengenali wajah dustamu itu !!" ucap emily, ia sedikit tertawa.
"Andrew ?! Dia tampan. Sexy !! Aku suka" rose menimpali.
"Semua anak di sekolah ini sudah tergila-gila dengannya. Dan ternyata shy.." sahut emily. Aku mendongak dan menatapnya garam.
"Ku pukul kau !! Tidak. Aku tidak memandangnya" gertakku kesal.
"Tapi ia anak agen CIA kan ?!" rose masih melanjutkan ucapannya.
"Ya" balasku masam.
"Kau harus berhati-hati shy. Kau kan bagian dari kami, bagian dari mr. Michael Paymoon, bisa saja andrew melaporkanmu !! Agen CIA penuh dengan tipu daya" kritik rose tajam, aku mengamati raut wajahnya dan aku mengerti.
"Aku mengerti, tidak perlu khawatir" balasku.

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°

Kemudian pelajaran kami usai, tapi guru kesenian memberi banyak PR untuk hari ini. Dan minggu depan tugas harus selesai, ini tugas yang harus dikerjakan oleh 2 orang atau patner. Aku dengan berat hati harus mendapat patner dengan Andrew dan itu menyebalkan. Aku mulai tidak bersemangat.
Kami berjalan pulang, aku masuk kedalam rumah dan andrew mengikutiku.
"Sekarang apa yang akan kita lakukan ?!" tanyaku lalu aku menghempaskan tubuhku ke sofa.
"Kita kerjakan tugasnya" balas andrew. Ia masih berdiri dan melihatku yang sedang bermalas-malasan.
"Aku badmood. Kau saja yang kerjakan, nanti aku buatkan makanan" jawabku acuh.
"Ini tugas patner, berarti kita berdua harus kerja" andrew memerintah.
"Oh shitt ?!!! Kau ini !! Itu mudah. Bisa di manipulasi, apa susahnya ?!! Hah ?" bentakku marah,
"Kau keras kepala sekali !!"
"Kau penganggu !!"
"Kalau begitu aku akan pulang. Tidak masalah, besok tugas ini hanya akan ada namaku. Bukan namamu, karena kau tidak ingin membantuku" tantang andrew, aku tidak peduli.
"Silahkan !! Siapa yang peduli" balasku angkuh.
"Ok, bye" ucap andrew lalu berjalan keluar rumah.
"Bye !!" balasku masam. Ia sudah pergi dari rumahku, aku duduk dengan termenung. Lalu aku mengambil sebungkus opium yang aku sembunyikan di bawah sofa, aku membukanya dengan kasar dan menghisapnya dalam-dalam. Rasanya sakit tapi kemudian aku merasa tenang.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 tapi aku masih bermalas-malasan. Aku bingung harus mengerjakan apa, dirumah sebesar ini aku sendirian. Tidak ada lawan bicara, tidak ada sesuatu yang menyenangkan. Aku kesepian. Aku jadi merasa bersalah telah mengusir andrew, aku rasa kalau aku dan dia mengerjakan PR disini mungkin aku tidak akan bosan. Jadi ku putuskan untuk menghubunginya dan mencoba menyuruhnya datang ke rumahku.

Andrew setuju, ia datang ke rumahku. Aku menantinya di ruang tengah, kemudian seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku berjalan untuk membukakan pintu, ternyata di luar hujan.. Andrew basah kuyub dan menggigil kedinginan.
"Kau kehujanan ?!!" tanyaku dengan panik. Andrew hanya mengangguk beberapa kali.
"Ayo cepat masuk" ajakku, aku menariknya ke ruang tengah. Disana dia duduk, aku segera membuatkan minuman hangat dan memberinya handuk tebal.
"Maaf aku tidak tahu kalau di luar hujan !!" ucapku, aku memandangi wajahnya yang pucat.
"Katanya ingin mengerjakan PR" balas andrew lirih.
"Tapi kalau hujan tidak perlu datang. Besokkan bisa ?" ucapku, aku memberanikan diri untuk mengusap wajahnya yang basah karena air hujan.
"Terlanjur basah, jadi aku lanjutkan saja kerumahmu" ucapnya sambil terkekeh.

"Kalau begitu lepas saja bajumu. Kau pakai handuk ini" saranku, aku menyerahkan handuk besar dan tebal.
"Memangnya kau punya baju lain yang bisa mengagantikan bajuku ?!" tanyanya sedikit syok, aku memikirkan ucapanku. Bodoh sekali, aku barusan memerintahkan andrew untuk tidak berpakaian. Astaga, mulutku ini asal ceplos saja.
"Hmmm, aku tidak tahu. Nanti akan kucarikan, lihat kau kedinginan !! Sudah lepas saja" ucapku, tapi itu benar. Dia sudah kedinginan, aku tidak mungkin membiarkan ia memakai baju basah.
"Apa kedua orangtuamu.." tanyanya khawatir.
"Tidak ada siapa-siapa. Jadi tidak perlu malu, aku sudah terbiasa" balasku. Ia bangkit dan melepas jaket dan kemudian kaos hitamnya.

Astaga apa yang aku pikirkan, aku terpukau melihat dada andrew yang bidang. Otot-otot yang lumayan sedang menjalar di kanan kiri lengannya, sungguh cool. Terlebih saat ia sedang telanjang dada ia semakin tampan, aku harus sadar. Apa yang terjadi padaku ? Aku segera mengeleng-gelengkan kepalaku.
"Dasar mesum" ledek andrew.
"Tidak !!" aku berteriak. Aku langsung nervous, aku ketangkap basah telah mengangumi dada andrew.
"Kau kenapa menatapku seperti itu, pasti kau memikirkan hal-hal" tebak andrew, ia tersenyum padaku.
"Sshhhss !! Tidak. Aku tidak papa, sudah jangan di bahas. Aku akan mengambilkan minum untukmu" ucapku sambil menggigit bibir bawahku, lalu aku berlari menuju dapur.
"Shy ?!" sahut andrew.
"Ya ?" aku menoleh sedikit.
"Terima kasih" ucapnya, kemudian aku menuju ke dapur. Aku membentur-benturkan kepalaku ke lemari dapur, astaga pikiranku ?!! "Tetap tenang shy. Jangan berpikir yang tidak-tidak, ingat andrew itu musuhmu" ucapku dalam hati. Aku mencoba menghirup nafas sebanyak-banyaknya dan kemudian aku berusaha tenang. Jangan sampai aku terlihat nervous di depannya.

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang