Chapter 35

3.3K 143 3
                                    

"Sudut pandang Shyrena"

Aku melihatnya pergi dari kamarku, aku hendak meraihnya. Mencegahnya, tapi sesuatu di ujung tubuhku seperti tidak bekerja. Aku tersentak, ada apa dengan kakiku ? Aku membuka selimut ku, aku melihatnya..
Kedua kakiku di gips dan berbalut perban putih dari ujung kaki sampai diatas lutut. Astaga ?? Apa yang terjadi, aku tidak mungkin cacat kan ?? Tidak mungkin !! Aku mulai menangis, sendirian di dalam kamarku. Kakiku...

Meratapi kedua kakiku, bagaimana ini ? Oh shit !! Aku benci mereka.. Mereka semua yang telah menghancurkan misi ku !! Aahhkkk aku tidak terima, aku benci kalian !! Aku terus menghujat sesorang yang bahkan mereka tidak pernah tahu bagaimana keadaanku..
Kepedihanku..
Ini tidak mungkin..

Beberapa jam kemudian aku mulai berhenti menangis, tapi dadaku masih sesak. Astaga, kepalaku langsung pusing. Pening !! Sakit sekali, aku mengambil nafas perlahan. Menenangkan diriku, dan mencoba mengurangi rasa pusing di kepalaku..

Seseorang membuka pintu kamarku, ia tidak menatapku. Hanya masuk dan terdiam duduk di sofa panjang di depanku, aku tahu ia masih marah. Aku juga tahu andrew tidak akan tega membiarkan aku sendirian di dalam di kamar.

Aku telah menyakiti hatinya dengan perkataanku tadi..
Hatiku semakin sesak, kerongkonganku kering dan sangat menyiksa. Aku ingin berkata tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirku.. Aku memutuskan untuk diam dan hanya termenung, lama sekali kami dalam kebisuan..

Aku tidak tahan lagi, setidaknya aku harus minta maaf. Aku akan berbicara lebih dulu, kalau nanti tidak ada balasan maka itu pantas aku terima.. Aku mengerti.
"Andrew ?!" sapaku. Lirih sekali, dan tidak ada respon.
"Andrew !!" sapaku lagi sedikit lantang, ia mendengar tapi tetap duduk dengan tenang disana.
"Andrew aku tahu kamu pasti mendengarkan aku, ku mohon.. Kemarilah" pintaku lagi, aku sangat memohon kali ini.
"Aku minta maaf, ku mohon maafkan aku. Baiklah aku ini memang keras kepala, menyebalkan dan apalah terserah !! Aku hanya ingin kau berada di sisiku.. Tolong maafkan gadis nakalmu ini, bisakah ??" ucapku panjang lebar dan sedikit terisak. Aku tidak ingin menangis, tapi kalau ia seperti ini. Aku tidak bisa, aku mulai mengerucutkan bibirku..
"Damn !! Baiklah. Kalau kau tidak ingin menemuiku, aku yang akan datang ke tempatmu.. Aku tidak peduli lagi dengan kakiku, kau yang memaksa !!" teriakku, aku harus berani. Aku mulai muak saat ia tidak menggubrisku, aku mencoba turun dan aku menarik paksa selang infusku dari tanganku.

"Apa yang kau lakukan ?!!" ia meraih tanganku, menghentikan tindakkan ku. Dan ia memeluk tubuhku, aku menerimanya.
"Aku ingin menemuimu" balasku.
"Aku disini" ucapnya masih dingin, astaga ia masih marah. Aku semakin kesal, aku ingin mengahkiri semuanya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud. Aku mengakui kesalahanku.. Ya aku memang pergi tanpa pamit, aku kembali bertindak gila dan sekarang aku celaka !! Tuhan menghukumku, dan aku berterima kasih !!" jelasku lagi, aku sekarang menangis. Aku menyentuh gips di kakiku.
"Kenapa kau menangis ?!" ia nampak khawatir.
"Karena aku cacat. Aku tidak bisa berjalan, aku tidak bisa !!" balasku, aku semakin menagis.
"Siapa yang bilang kakimu cacat ?! Shy, kau akan sembuh. Kakimu akan kembali seperti semula, percaya padaku !!" ucapan andrew itu seperti sebuah harapan. Benarkah ? Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan kakiku..
"Tidak mungkin, jangan berbohong andrew. Aku tidak merasakan apa-apa, sungguh.." balasku tidak percaya, ia masih menatapku. Aku merindukan tatapan nya ini, aku sangat merindukannya.
"Dokter bilang padaku, kau akan sembuh. Mungkin butuh banyak waktu, tapi percayalah. Ini hanya retak" jelasnya lagi, suaranya yang dingin berubah lembut. Aku senang mendengarnya..
"Benarkah ?!" aku mulai menghapus air mataku.
"Ya, kau akan sembuh" ia menyakinkan ku. Aku senang mengetahui bahwa aku masih bisa berjalan.

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~

Kami sudah berhenti di depan rumahku, aku sudah lama tidak melihat rumahku. Aku pergi hampir seminggu dan aku sangat merindukan rumahku. Aku menunggu andrew di dalam mobil, ia keluar dan mengambilkan kursi roda untuk ku.
Ia mengangkat tubuhku dari mobilnya lalu duduk di kursi roda ku. Kami masuk sama-sama ke dalam rumah, andrew menaruh tas barangku di kamarku lebih dulu. Kemudian ia turun dan sekarang ia membopongku naik ke atas, astaga ini sangat memalukan.

"Kenapa dengan wajahmu ?!" tanyanya. Aku tertangkap basah sedang memerah padam, astaga. Aku jadi bingung harus berkata apa..
"Tidak papa" balasku buru-buru.
"Jangan menyembunyikan apapun dariku" koreksinya. Ia sedikit tegas saat mengucapkan kata menyembunyikan .
"Aku merasa sangat konyol. Kau tidak perlu repot-repot membopong ku seperti setiap hari" balasku jujur.
"Bukan masalah. Aku menyukainya" ia sedikit tersenyum.
"Dasar.." gerutuku.
"Kau tidak menyukainya ?!" tanyanya kemudian ia berhenti. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, nafas kami bertemu.
"Andrew.." pekikku, kemudian ia tertawa lalu kembali berjalan ke kamarku.

Ia menurunkan aku di ranjangku, kemudian ia mengambilkan obat untukku. Aku jijik melihat obat itu,
"Waktunya minum obat" ucapnya menghibur.
"Aku tidak mau, aku sudah banyak tidur !! Bagaimana jika aku overdosis ?!" gerutuku, aku segera menutup mulutku dengan kedua tanganku.
"Jangan konyol, ini obat memang untuk kesembuhanmu" ia sedikit meledek. Tapi aku tetap tidak ingin..
"Oh god !! No.." teriakku, aku menjauh dari andrew. Tapi ia segera memelukku kuat dan menarik tanganku.
"Kau harus minum !! Nanti aku akan memberimu hadiah" ucapnya.
"Hadiah ?!" aku penasaran.
"Minum saja dan jangan banyak tanya !!" perintahnya.

Baiklah aku penasaran dengan hadiahnya, kemudian aku meminum obatnya. Astaga rasanya sangat pahit, aku menjulurkan lidah. Aku mengeleng-gelengkan kepala, ini obat atau racun ?!! Huft..
"Puas ?! Sekarang mana hadiahnya" hardikku.
"Hadiahnya akan datang nanti malam !!" ia mengedipkan salah satu matanya, aku semakin penasaran.
"Kau curang !! Aku ingin hadiahnya sekarang" pintaku.
"Ini hadiah sementara" bisiknya.

Kemudian ia menempelkan bibirnya ke bibirku, aku terkejut karena itu sangat cepat. Melumatnya lembut dan seperti biasa aku akan tertarik dengan ciumannya. Hmm, ia mulai memasukkan lidahnya lebih dalam lagi. Saling mengigit dan mendesah, aku tidak melepas cengkraman ku di tengkuknya. Aku merindukan saat-saat seperti ini, saat hanya ada aku dan andrew, saat kami saling mencium dan mendesah. Hanya saat seperti ini..

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang