Chapter 36

3.2K 128 0
                                    

Malam ini andrew membuatkan makanan untuk ku, ia sangat lihai dalam memasak aku terkadang jadi merasa malu dengan pengalamanku memasak. Ya ia satu level lebih baik dari hasil masakanku.
Ia menemaniku sampai selesai makan, lagi-lagi ia akan selalu memperhatikan cara makanku. Dan aku tidak tahan di perhatikan seperti itu.. Sangat menganggu, selesai makan ia membawaku ke ruang tengah dan duduk di sofa.

Tok.. Tok.. Tok..
Ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku, aku ingin membukakan pintu tapi kursi roda ku berada jauh dari jangkuan tanganku. Andrew buru-buru menuju pintu, ia berbincang tidak jelas kemudian seseorang masuk bersamanya.

Dad ?? Ia datang dengan memakai seragam dinasnya, dan bagaimana bisa ia datang ? Apa andrew sengaja memberitahu ayahku ? Atau ia sengaja membuat ayahku datang dan mengurus ku ? Aku mulai menatap mata Andrew..

"Apa yang terjadi padamu ?" tanya dad, ia berlutut di hadapanku. Melihat kedua kaki termasuk kepalaku yang berbalut perban.
"Aku.." ucapku bingung.
"Dia tertabrak mobil di sekolahnya, dan pelakunya melarikan diri. Aku sengaja menghubungi anda mr. Frans supaya ada seseorang yang bisa menjaga shyrena di rumah" jelas Andrew, tapi itu cerita bohong. Aku masih menatap matanya tak percaya, sebenarnya ada apa dengannya.
"Terima kasih. Kau memang pemuda yang baik dan bertanggung jawab" dad menatapnya dan tersenyum ramah kepada andrew. Baiklah ini awal yang bagus, perkenalan yang menarik.

"Dad tidak perlu repot-repot. Aku bisa mengurus diriku sendiri" ucapku saat mereka selesai berbicara.
"Ia memang keras kepala, maafkan kelakuannya" sergah dad, ia menyentuh pipiku.
"Ia memang keras kepala, aku tahu. Kata dokter, shyrena harus meminum obatnya sehari 4x dan jangan lupa memberinya makanan yang lunak" andrew menjelaskan lagi, kali ini aku benar-benar kesal. Astaga bukan dia yang akan merawatku, melainkan ayahku.. No.. Aku tidak ingin !!
"Baiklah terima kasih. Ini sudah malam, silahkan pulang" saran dad, ia bermaksud mengusir andrew secara halus.
"Baiklah, sampai jumpa shy. Mimpi indah" balasnya. Ia tersenyum manis padaku lalu bergegas pergi..

Aku masih duduk di sofa, sedangkan ayahku pergi ke kamar mandi. Entahlah mungkin ia sedang sibuk mandi dan sebagainya, aku mengambil ponselku yang ada di sebelah lemari televisi. Aku melihat ada sebuah pesan disana..

Bagaimana ?? Aku senang ayahmu peduli kepadamu. Dengar, aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu. Tidak sama sekali, tapi aku ingin kau punya waktu bersama ayahmu..

Shy, mr. Frans itu orang yang baik. Jangan terlalu lama kau membencinya, ia ayahmu dan kau putrinya. Kalian keluarga..
Aku akan selalu berkunjung ke kamarmu malam hari. Bila kondisinya memungkinkan..

Andrew.

Shitt !! Apa-apaan ? Ia tahu apa soal keluargaku. Aku tidak punya keluarga, semuanya sudah hilang dan musnah saat aku berumur 10 tahun. Jadi sekarang statusku dengan ayahku hanya orang lain tidak lebih dari itu..

Aku mengerutu kesal, dan mengirim sebuah pesan padanya. Aku membalasnya dengan mencurahkan semua emosiku, seharusnya dirinya yang merawatku. Bukan ayahku..

Kau berjanji akan selalu ada di sampingku..
Tapi kau justru menyerahkan aku pada orang lain. Dia bukan ayahku !! Ia baik ? Hmm kau tidak mengerti apa-apa..

Kumohon kembalilah ke sini. Temani aku, jangan menghukumku seperti ini !!"

Shyrena.

Aku mengirimnya dan menunggu balasan dari pesanku. Lama sekali, sampai rasanya aku mulai bosan. Acara televisi malam ini sangat payah, hanya ada beberapa film romantis dan acara memasak.
Beep. Ponselku berbunyi, aku membuka pesannya.

Ini bukan hukuman. Aku memberikan hadiah kepadamu..
Aku tidak berhak merawatmu jika kau masih mempunyai keluarga. Aku akan merawatmu saat kau benar-benar menjadi milikku. Dan mencintaiku setiap hari..

Tapi aku tahu, perasaanmu masih bergantung pada si tua bangka itu !! Jadi anggap saja ini sebagai balasannya. Sudah jangan mengelak, istirahatlah. Ini sudah malam..

Andrew.

Oh jadi dia cemburu kepada si tua Michael itu !! Bagaimana aku akan menjelaskannya. Sebenarnya dirinya lebih berarti dari apapun yang pernah aku milikki, tapi..
Aku mengendus kesal. Kepalaku pening..

Dad segera datang dan ia memperhatikan wajahku. Ia khawatir dan kemudian meletakkan tangannya di wajahku, baru kali ini aku menolak sentuhannya.
"Ada apa ? Kenapa dengan kepalamu sayang ?!" tanyanya.
"Aku baik. Aku ingin tidur" balasku muram, aku lebih baik tidak memikirkan apa-apa. Dan berusaha menuruti perintah andrew, tidur dan jangan mengelak.. Fine !!
"Baiklah" dad meraih tubuhku membawaku ke kamar dan mebiarkanku tidur dengan tenang.

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~

Selama sebulan ini aku dirumah bersama ayahku. Baiklah ini bukan hal buruk, ia perhatian kepadaku. Menjagaku, menemaniku, berbicara padaku dan sesekali bercanda denganku. Aku bukan munafik..

Tapi aku mengerti, ayahku memang baik. Tapi aku sudah menghujatnya dan tidak ingin memaafkan kesalahan nya yang lalu. Dimana saat itu ia sedang tidak terkontrol dan benar-benar di luar kendali.

**Flashback on**

Aku bermain di ruang tengah bersama boneka teddy bearku. Berlarian kesana kemari, menyanyi riang. Aku mengambar dad dan mom sedang berpegangan tangan dan aku berada di tengah-tengah mereka tersenyum bahagia..
My family, begitu ucapku saat gamabaranku selesai.

Malam itu..
Malam dimana aku sedang menonton film kartun di televisi, tiba-tiba seseorang membanting pintu dengan kasar dan suaranya membuatku ketakutan. Mom and dad..

Mereka saling mengumpat, memukul dan berteriak !! Aku sangat takut menatap wajah mereka yang berapi-api. Aku menangis dan masih berdiri di ujung ruangan.. Yang aku ingat,

"Dasar kau pengkhianat !! Wanita pelacur... Jalang !!"

"Diam kau, kau laki-laki miskin tidak tahu diri.. Kau bisa apa ?! Kau sendiri juga tidak pernah pulang !! Suami payah, arogan !!"

Kemudian dengan jelas dad memukul wajah mom, mereka saling memukul sampai ahkirnya aku mendekatinya mencoba memisahkan.. Dan justru dad mendaratkan pukulan itu ke wajahku, sontak aku tidak mengingat apa-apa. Hal terahkir yang aku kenang, aku dirumah sakit sendirian..

Bahkan saat itu suster di rumah sakit yang mengantarkan aku pulang. Rumahku sudah porak polanda, seperti di terjang badai. Tsunami yang berskala besar, tidak ada siapapun di dalamnya.

Semua hancur, banyak pecahan gelas dan piring. Semua yang ada di kamar kosong, pakaiannya sudah bersih tidak ada. Foto - foto keluarga sudah hangus terbakar di perapian.. Dan semua selesai, aku sendirian tidak melanjutkan sekolahku hingga ahkirnya aku tumbuh sebesar ini di rumah kosong ini..

Aku kembali sekolah saat itu aku langsung masuk SMP dan mengejar kelas, semua itu atas kemauan mom. Ia datang dan tiba-tiba mengantarkan aku ke sekolah, tapi sayangnya aku sudah berada di bawah kendali orang paling terkenal di dunia..
Michael Paymoon, ia datang ke padaku. Melihatku menangis setiap malam di depan rumahku, dan entah mengapa ia begitu baik merawatku. Tentu aku tidak melupakannya..

Mereka berdua, orangtua yang meninggalkanku. Aku tidak pernah membalas kebaikkannya karena kenangan pahit itu lebih melekat di dalam pikiranku..
Mereka tidak pernah pulang ke rumah dan tidak pernah bersama kembali..

**flashback off**

Sekarang aku duduk di dapur bersama dad. Ia membuatkan makan malam untuk ku, dan bersenandung kecil. Aku segera menghapus air mataku, sudah cukup aku mengingat masa kelam itu..

Kami makan bersama dengan tenang, dan selasai makan. Aku menatap dad, dengan syok aku melihat darah segar keluar mengalir dari kedua lubang hidungnya.
"Dad, ada apa dengan hidungmu ?!" tanyaku panik.
"Oh,, ini bukan masalah. Ayah sering seperti ini" ia menyeka hidungnya, tapi tidak terkejut melihat darah itu.
"Apakah dad sudah pergi ke dokter ?! Biasa apanya, itu darah banyak sekali !!" bentakku, aku menawarkan sapu tangan untuknya.
"Kata dokter dad mengalami flu yang parah. Dan butuh istirahat total, tenanglah. Aku sudah minum obat" ia menjelaskan, wajahnya masih terlihat tersenyum. Aku tidak percaya, pasti ia berbohong.
"Kenapa dad tidak cerita padaku ?!" tanyaku kesal.
"Karena memang ini bukan masalah besar sayang ku.. Percayalah" ia menyentuh pipiku dan kembali tersenyum.
"Kalau begitu, dad juga harus segera istirahat. Aku bisa mengatasi lukaku, jangan terlalu sibuk denganku" saranku.
"Ya, baiklah" ia mengerti dan kami segera mengahkiri makan malam dan beristirahat masing-masing.

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang