Chapter 18

4.1K 158 12
                                    

Aku berjalan menemuinya di ruang depan. Andrew duduk dengan memeluk handuk yang aku berikan, ia mendongak saat aku memberikannya susu coklat hangat.
"Aku akan mencarikan kaos untukmu" ucapku, aku bangkit dan berbalik mencari baju di kamar usang yang tidak pernah aku buka.
"Terima kasih" balas andrew.

Aku menemukan satu hem berwarna biru gelap. Aku segera keluar dari kamar itu. Dan memberikan hem itu pada andrew, ia mengambilnya dan memakainya. Kemudian kembali duduk,
"Jadi bagaimana ?!" tanyaku kami saling duduk bersampingan.
"Aku sebenarnya sudah mengerjakan tugasnya. Dan aku barusan mengeceknya, ternyata hasilnya tidak kehujanan" sahut andrew.
"Benarkah ? Boleh aku lihat ?" tanyaku tak percaya.
"Cari saja di tas" usul andrew.
"Wahh. Kau mengerjakannya dengan cepat dan rinci" aku menemukannya. Astaga hasilnya luar biasa, semua pertanyaan di jawab lengkap oleh andrew.
"Tentu, aku ingin dapat nilai A dari guru kesenian" sahut andrew ia tersenyum manis padaku.

"Boleh aku numpang nama di hasil kerjaan ini ?!" tanyaku malu-malu, semoga saja andrew berbaik hati padaku.
"Hmmm, tidak boleh. Tapi mungkin ada satu syarat" sahut andrew sambil berkedip padaku.
"Apa itu ?!" tanyaku penasaran.
"Kau yakin akan setuju dengan syaratku ?" tanyanya. Kedua matanya berkilat penuh kewaspadaan.
"Aku selalu menyetujui berbagai syarat, tidak peduli apapun itu" balasku yakin. Baiklah, aku butuh nilai ini. Jadi aku akan menuruti syarat andrew.
"Kau yakin ? Pikirkan ini baik-baik" saran andrew.
"Ya, kumohon katakan saja" lanjutku lagi.
"Baiklah" andrew memulai.
"Ya, apa ?!" sahutku tidak sabar.

"Aku akan menulis namamu di hasil pekerjaanku, asal kau menjawab 5 pertanyaan yang akan kuajukan. Dan itu harus jujur !!" ucap andrew perlahan tapi pasti. Dan aku sangat was-was.
"Oh, jadi ini yang pernah kau bilang padaku. Kau ingin tahu tentangku ?" tebakku. Aku teringat ucapanya malam itu.
"Ya" balasnya.
"Ok, hanya 5 bukan. Baiklah bukan masalah" sergahku, bodoh kenapa aku menganggap hal ini dengan mudahnya..
"Yang pertama, kenapa kau tinggal sendirian di rumah ini ?!" ucapnya.
"Lewati !!" balasku kesal, pertanyaan itu yang paling aku tidak suka. Apapun yang menyangkut kedua orangtuaku.
"Tidak bisa, kau harus jawab !!" gertak andrew.
"Shit, aku memang sudah berhak tinggal sendirian. Umurku 19 tahun dan aku bebas melakukan apa saja" balasku mengelak, semoga dia setuju.
"Yang kedua, kenapa kau malam itu mencuri berlian di pusat kota ? Untuk siapa kau bekerja ?!" lanjut andrew kini ia benar-benar sedang mengintrogasi diriku.
"Kau menjebakku. Aku tidak ingin menjawabnya, andrew jangan paksa aku !!" jawabku kesal.

"Kau sudah menyetujui, ini baru dua pertanyaan !!" ingatnya,
"Karena ini masih dua, kau sudah memojokkanku. Bagaimana jika pertanyaan berikutnya ?!!" sahutku mulai marah.
"Kumohon jawab saja, shy percaya padaku. Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa"
"Bagaimana bisa aku percaya padamu ? Aku baru mengenalmu 2 minggu yang lalu" ujarku, itu memang benar. Bisa saja ia memberitahu keluarganya. Matilah aku !!
"Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa. Meskipun itu keluargaku, ku mohon" bujuknya. Aku bisa melihat kedua matanya sangat memohon padaku, aku mengambil nafas perlahan-lahan. Dan ahkirnya aku menyerah.
"Aku bekerja untuk Michael Paymoon" sahutku lirih.
"Sudah kuduga. Kenapa bisa kau bekerja padanya ?" ia masih bertanya. Ia seperti hendak membentakku.

"Aku tidak punya pilihan. Aku hancur, aku tidak punya siapa-siapa. Kebahagianku, masa depanku, semuanya !!" sahutku, sekarang aku berdiri dan memarahinya. Air mataku mulai menetes, ia benar-benar mengorek semua masa laluku.
"Kemana kedua orangtua mu ?" ia ikut berdiri dan mencengkram kuat-kuat lenganku.
"Mereka,," aku terbata,
"Mereka ?!" andrew masih menungguku.
"Mereka sudah lama berpisah. Kedua orangtua ku bercerai !! Mereka sama-sama meninggalkanku" lanjutku, kini aku tidak bisa menutupi semuanya. Aku menangis tersedu - sedu, aku menyandarkan kepalaku ke dadanya. hatiku sangat perih, aku mengingat semuanya. Masa laluku yang aku tutup rapat-rapat semua terbuka dengan leluasa dan andrew lah orang pertama yang mengetahuinya.

"Maafkan aku, aku sudah mengungkit semuanya" ucapnya lirih, aku tidak menatap wajahnya. Aku masih menangis,
"Sudah puas ?! Sekarang bisa tulis namaku di kertas itu ?" ucapku sambil mengahapus air mataku dan menunjuk ke arah kertas PR itu.
"Lupakan kertasnya. Aku minta maaf, mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu sendirian" andrew menarikku ke pelukkannya. Hangat dan lembut, rasanya nyaman sekali. Aku membalasnya, aku melingkarkan tanganku ke tubuhnya.

Ku hirup aroma tubuhnya, wangi. Sejuk. Aku menyukai aromanya, kemudian andrew duduk disofa. Ia masih menarikku untuk duduk di pangkuannya, aneh tapi aku masih menurut. Ia memandangku lama sekali, menghapus air mataku yang masih tertinggal di pipiku. Aku tahu ia akan melakukan apa, aku sudah terbiasa dengan gelagat pria yang seperti ini..

Andrew menyusupkan tangannya ke tengkuk ku, aku memajukan kepalaku menutup mataku perlahan-lahan. Nafas kami saling bertemu, berhembus kencang. kemudian bibir kami saling bertemu, ia menciumku dengan sangat lembut. Aku menikmatinya, ciuman pertama kami. Kemudian tangan nya turun ke punggungku, mengusap-usap pungguku dengan lembut. Aku tidak ingin kalah, aku menarik kerah bajunya, aku ingin ia menciumku lebih dalam lagi. Lidah kami bertemu dan saling mengait, kami mulai tersedak.

Andrew menurunkan bibirnya ke daguku, aku mulai merasa kegelian. Kemudian ia turun lagi ke leherku, menciumnya dengan lembut. Aku menarik rambutnya kuat-kuat, astaga aku sudah lupa diri. Aku menikmatinya, ciumannya sangat kuat. Aku yakin ia meninggalkan bekas merah disana.
Kemudian ia berhenti, ia seperti sedang bingung.
"Ada apa ?!" tanyaku sebal, karena ia berhenti mencium ku. Padahal aku sudah sangat menikmatinya.
"Tidak. Maafkan aku, itu tadi kelewat batas" ucapnya wajahnya memerah. Aku menatap matanya.
"Oh kumohon jangan berpikir seperti itu. Tidak papa" ucapku.
"Aku rasa aku harus pulang" sahutnya, ia hendak menggeserku dari pangkuannya.
"Tidak. Kumohon jangan, di luar masih hujan" gertakku, mencari alasan. aku menahannya untuk berdiri.
"Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu shy" andrew terlihat bersalah. Tapi aku tahu, mungkin ia ingin menenangkan aku.
"Sshhhtt, shut up. Bisa kita lanjutkan lagi ?? Aku masih belum puas" usulku, ku tutup mulutnya dengan jari telunjuk ku. Kemudian ia tersenyum mendengar permintaanku.

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang