Chapter 25

3.6K 137 6
                                    

Kesempatan itu seperti emas. Kalau kita melihatnya di depan mata, maka tidak mungkin kita akan membiarkannya berlalu begitu saja.

Sebenarnya apa yang telah aku lewatkan selama ini, setiap jam, menit dan detik hidupku semakin mendekati kehancuran. Tapi sesuatu yang jauh di sana masih meraihku, menahanku dengan sekuat tenaga.

Tapi aku tidak segera memilih. Aku seperti terbelit dengan berbagai pilihan yang ada..

Aku meringkuk semakin dalam ke selimutku. Rasanya semalam begitu tenang, aku bisa tidur dengan pulas. Aku berguling ke sisi kiri dan aku terkejut sesuatu yang besar menghalangi ku untuk bergerak.

Aku membuka kedua mataku, tapi rasanya masih berat. Aku mengusap kedua mataku berkali-kali, kemudian aku melihat andrew. Ia masih tertidur, diam dan tenang. Astaga aku lupa kalau semalam kami bertemu. Stupid..

Aku berusaha mengumpulkan tenagaku dan beranjak duduk, aku melihat jam dinding yang terpasang di dinding kamarku. Sekarang pukul 9 pagi,

Lumayan pagi untuk bisa bangkit dan beraktifitas, aku masih mengantuk. Kemudian aku berahli menatap andrew yang tertidur di sampingku, dia terlihat tampan saat tidur. Tapi itu bukan sekian kalinya aku menilai dirinya tampan, ia memiliki berbagai cara untuk menunjukkan bahwa dirinya tampan..

Kemudian aku memutuskan untuk ke kamar mandi dan mencuci mukaku, saat menyalakan air. Rasanya sangat hangat, aku segera melepas pakaianku dan mandi. Aku mengguyur tubuhku dengan air panas dan hasilnya aku lebih merasa tenang dan fresh.

Aku segera menyudahi kegiatan mandiku dan turun ke bawa. Di ruang tengah tidak ada siapa-siapa lalu aku beranjak ke dapur, hasilnya masih sama. Tidak ada siapa-siapa.

Aku mondar-mondir di dapur dan bingung akan melakukan apa, kemudian aku membuka kulkas. Di sana hanya ada roti, selai, telur dan tuna. Aku berahli ke lemari yang satunya, ada beberapa sereal, sayur dan minuman kaleng. Aku mengernyitkan dahi, aku akan memasak apa pagi ini ??

Ku putuskan untuk membuat roti bakar isi tuna dengan beberapa salad buah-buahan. Mungkin akan terasa aneh bagiku memakannya, tapi ini bukan untukku. Aku akan membuatkannya untuk andrew, tidak mungkin aku membiarkan nya bangun dengan kelaparan. Setidaknya coba dulu hasil masakanku, aku tersemyum mendengar perkataan itu di dalam otakku.

Aku sudah selesai. Semua terlihat sempurna, hah !! Aku memang tidak pernah melakukan kesalahan. Aku segera naik ke atas dan membuka pintu kamarku, ia sudah berdiri di jendela kamarku.
"Pagi !!" sapaku.
"Pagi ?" balasnya masih mengantuk, ketara sekali dari kedua matanya yang belum terbuka lebar.
"Aku sudah buatkan sarapan, ayo kita makan bersama" ucapku lalu ia berjalan bersamaku.

Ia duduk dengan manis setelah cuci muka. Rambutnya masih terlihat berantakan, tapi aku menyukainya. Aku hanya berdiri di sampingnya melihat reaksinya terhadap makananku.
"Ayo makan !!" perintahku, ia masih menatapku curiga.
"Kau tidak makan ?" tanyanya.
"Aku sudah makan" dustaku, semoga saja perutku tidak bunyi. Aku tidak ingin memakan itu !! Rasanya akan aneh di dalam tubuhku.
"Hmm, baiklah. Kita lihat apa ini ?!" ucapnya sambil memandang masakanku.
"Itu roti bakar isi tuna. Coba saja, dan itu ada salad buah" jelasku.
"Kau makan sebanyak ini di pagi hari ?" ia menatapku lagi.
"Tidak, biasanya aku hanya makan sereal atau spagetthi" ucapku, kemudian ia mulai makan. Aku menunggu dengan tidak sabar, apa reaksinya ??

"Rasanya lumayan !! Kau hanya perlu menambahkan sedikit lada" ucap andrew setelah menghabiskan setengah dari roti bakar itu.
"Oh Benarkah ?!" aku hampir berteriak tidak menyangka. Dan aku bisa merasakan perutku bergetar, aduh.. Jangan bunyi !! Pekikku dalam hati.
"Ya, memang kenapa ?" balasnya sambil mengunyah.
"Tidak papa. Lanjutkan.." balasku, rasanya aku tidak bisa menahan rasa laparku.

"Aku tidak percaya kau sudah makan, lihat !! Cacing di dalam sana mulai meronta meminta makan !!" ucapnya kemudian beranjak mendekatiku.
"Bagaimana kau tahu ?!" sela ku.
"Perutmu bunyi dengan sangat jelas shy, ayo kemari cicipi makananmu sendiri" ia menuntunku duduk di kursi, kemudian ia menyodorkan sisa rotinya dan salad.
"Tidak perlu" aku menggeleng dengan cemberut.
"Jangan keras kepala" ia mulai terlihat memaksa.
"Baiklah" bisikku.
"Sekarang buka mulutmu !!" ia memberikan potongan buah itu ke arahku menggunakan tangannya, seperti hendak menyuapi.
"Aku tidak suka buah" gerutuku kesal.
"Makan saja, coba !!" ia masih memaksa, aku dengan sangat tersiksa mengigitnya dan melahapnya. Hmm, rasanya aneh. Tapi setelah memakan beberapa suap perutku mulai berhenti berbunyi dan aku merasa kenyang.

Kami segera membersihkan dapur, kemudian andrew pergi untuk mandi. Ia bilang akan segera kembali ke kantor, setelah usai membereskan dapur aku beranjak ke ruang tengah. Menunggunya dengan sabar dan aku menyalakan Televisi untuk mengurangi rasa bosan ku..

Entah mengapa aku mulai tertarik dengan tasnya yang tergeletak di sofaku. Rasa penasaranku membuatku mengambilnya dan membuka, melihat apa isinya.

Hanya ada beberapa kertas tugas dan map-map laporan berbagai kasus. Aku membacanya satu persatu, dan kemudian ada salah satu kasus. Kegiatan illegal Michael Paymoon semakin sukses begitu judul dari laporan kasus itu. Aku mengamati setiap penjelasan dan foto-foto dari hasil CCTV.

Aku mengenali setiap tempat yang ada di foto itu. Ada beberapa darinya yang di ambil di brazil dan london, aku memang pernah kesana. Dan itu hampir dua bulan yang lalu, aku membaca keterangan di bawahnya.
Pengeboman terbesar yang merugi hampir 80 triliyun USD.
Aku tersenyum mengingatnya, saat itu kami sedang mengebom pusat pembelanjaan terbesar di london dan beberapa rumah susun di sampingnya mulai ikut terbakar. Kami melakukannya karena polisi mulai mencium aksi dagang narkoba di tempat itu. Aku salah satu pengedarnya..

"Lihat ulahmu ?!! Kau benar-benar mengila di berbagai belahan dunia !!" ucap andrew mengejutkanku. Aku terkesikap dan segera membereskan berkas - berkasnya.
"Hmm, bagaimana bisa kau mengurus arsip kasus ku. Ini sudah lama berlalu" balasku. Sambil menunjukkan tumpukan kertasnya dan kemudian aku membanting nya ke meja.
"Lama ? Bahkan sekarang kasus ini masih hangat-hangatnya" ia membantah.
"Baiklah, bukankah itu menarik ? Aku terkenal sampai di london. Wow.." balasku tersenyum, kemudian andrew duduk di sampingku.
"Terkenal ? Aku benar-benar ingin tertawa. Tapi sebenarnya ada yang janggal di kasus mu" jelasnya sambil mengambil kertasnya lagi.
"Kenapa ?" aku memperhatikan.
"Aku tidak pernah menemukan bukti bahwa dirimu ada sangkut pautnya dengan semua kegilaan ini !!" jelasnya, dahinya berkerut dan ia nampak serius.
"Mungkin gerakan ku begitu cepat, jadi aku tidak tertangkap CCTV" candaku.
"Benarkah, lalu bagaimana dengan foto yang ini ?!!" andrew mulai menunjukkan satu foto. Itu gambar ryan sedang berlari di lorong kereta.
"Ada apa memangnya ?" tanyaku aku ikut memandang foto itu dan aku merasa bingung.
"Perhatikan baik-baik dan coba ingat kejadiannya"

Aku mematuhi ucapan andrew, aku memandang gambar ryan itu lama sekali kemudian aku mengerti. Aku syok dan sangat bingung, seharusnya di belakang ryan itu ada aku. Aku ada di sampingnya dan ikut berlari, tapi kenapa hanya ada ryan saja.
"Aku tidak ada !!" teriakku.
"Tepat sekali !! Aku sudah mengecek semua hasil foto. Dan hasilnya sama, kau dibuat seakan-akan tidak ada !!" andrew menjelaskan. Dan ia sangat khawatir, aku bisa melihat dari kedua matanya.
"Jadi andrew ?" aku ikut bingung.
"Aku menyimpulkan, mungkin sampai saat ini kenapa kau tidak pernah di tangkap karena kau tidak ada di barang bukti !!" ucapnya lagi. Aku mengerti.
"Kenapa bisa ? Jadi maksud semua ini !!" aku bingung, kenapa foto diriku di hilangkan dari semua bukti.

"Kau sengaja di buat seperti tidak pernah ada dalam kasus Michael Paymoon. Seakan-akan ada seseorang yang tidak ingin kau ketahuan !!" andrew menambahi, ia mengeluarkan semua foto. Dan foto itu benar, tidak pernah ada aku.
"Oh.. Hanya ada satu orang. Dan itu kau !!" tuduhku, bisa saja. Hingga saat ini hanya andrew yang ingin melindungi ku dari kejaran polisi atau agen CIA lainnya.
"Sungguh shy, aku tidak melakukan ini. Aku sendiri juga terkejut, semua barang bukti yang tersebar di internet itu palsu" ia menyakinkan. Dan aku mulai bingung, siapa pelaku dari hasil foto ini ?
"Jadi siapa ?" tanyaku lagi.
"Aku masih menyelidikinya" ia menyahut dengan lembut kemudian mengusap punggungku, menyuruhku untuk tetap tenang. Dan aku mencoba mengatur nafasku..

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang