Chapter 30

3.2K 125 0
                                    

Seminggu sudah berlalu. Aku menunggu hasil ujianku di tempel di mading sekolah, dan bagiku hasilnya sangat penting. Entah mengapa, tapi yang jelas itu semua karena satu orang. Aku tidak perlu sebut nama, ia akan selalu ada tiba-tiba tanpa di sebut atau di butuhkan..
Aku meminum sodaku yang hampir habis, di cafetaria hari ini sangat ramai. Beberapa diantaranya banyak yang beristirahat karena lelah seusai olahraga. Dan beberapa lagi karena memang ingin pergi makan.

Aku melihat chole di meja paling ujung bersama teman dekatnya, beberapa hari ini kami memang berjauhan. Tapi kami saling tegur sapa. Itu hal biasa bagiku.

Rose dan emily baru datang ke cafetaria, ia melihatku duduk sendiri. Aku memanggilnya dengan melambaikan tangan pada mereka. Mereka berlarian dan langsung menyerangku..

"Shy, kita sudah selesai ujian bagaimana dengan rencana ke florida ?" tanya emily, ia langsung duduk di sebelahku.
"Kita tinggal pergi saja, tidak perlu rencana" rose menyahut, aku hanya mengangguk sekali. Itu benar.
"Bagaimana bila polisi mencium gerak gerik kita ?" tanya emily lagi.
"Agen CIA tidak akan menangkap aksi kita di florida. Tenang saja !!" sahutku yakin. Aku belakangan hari ini memang belum bilang soal ini ke andrew, jadi ia pasti tidak tahu kalau aku akan florida.

"Kau sudah lihat hasil ujianmu di papan mading ?!" tanya rose.
"Belum. Tadi pagi aku sana, tapi masih kosong !!" balasku.
"Kau payah shy, aku melihat namamu di urutan paling bawah !!" emily mengejekku. Di tambah wajahnya terlihat konyol di depanku.
"Hasilnya sudah keluar ??" tanyaku panik.
"Nomermu memalukan. Kalau aku berada di posisimu aku tidak akan berani melihat !!" rose ikut mengejek ku.
"Kalau kalian berbohong, akan ku pukul pantat kalian satu-satu !!" tuduhku, tidak mungkin hasilku jelek. Aku sudah belajar pada orang yang handal. Kepada polisi mesumku yang paling cerdas, tidak mungkin aku mengecewakaan nya.
"Takut.." emily dan rose tertawa bersama. Dasar menyebalkan.
"Aku pergi melihatnya dulu" pintaku, sambil beranjak.
"Okay.." balas mereka.

Aku berlari di sepanjang koridor sekolah, di ujung sana ada banyak anak yang menutupi hasil mading. Aku berusaha menerobos dan melihatnya, mencari-cari namaku. Shyrena dwylan.

Hatiku berdebar-debar, aku tidak menemukan namaku di pengumuman itu. Aku mulai cemas, kemudian aku melihatnya dengan teliti.
Aku nomer 4, namaku uratan ke empat !!! Astaga aku ingin menjerit seketika. Aku berhasil.

Aku keluar dari kerumunan, aku berjalan kembali ke cafetaria. Hatiku sangat senang, bahagia. Terlebih rasanya aku ingin menjerit..
Sebelumnya aku tidak pernah dapat nomer 20 besar, dan sekarang. Ini rekor murniku.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri ?!" tanya emily kesal.
"Aku masuk 5 besar" balasku bangga.
"Iya aku tahu. Bagaimana bisa ? Kau les private di rumah ?" rose mulai curiga, kalau les sebenarnya tidak. Aku hanya punya guru private paling tampan dan paling mengairahkan, Andrew.
"Tidak. Aku tidak ikut les" jawabku sedikit tersenyum.
"Hmmm, itu mungkin hanya kebetulan" rose mulai kesal.
"Tidak mungkin. Aku memang pintar, jangan sirik kalian !!" balasku, ku ukir senyum terbaikku di wajahku.
"Kalau begitu traktir kami atas kemenanganmu ini !!" emily mulai merengek dengan sebal.
"Baiklah. Ayo kita ke cafe !!" ajakku. Hari ini aku tidak ada jadwal apapun di sekolah.
"Cafe di Port Angles ya ?" pinta rose.
"Terserah kalian" balasku.

Kemudian kami sudah menuju ke port angles mencari cafe paling nyaman dan paling sesuai suasananya. Kami memesan apa saja dan bercanda gurau.

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~

Emily mengantarkan aku pulang, kami berhenti di depan rumahku. Dan kemudian aku mengucapkan selamat malam padanya dan segera masuk ke dalam rumah.
Aku menyalakan lampu depan rumahku, sebenarnya ini hal yang sangat jarang aku lakukan. Tapi entah mengapa, aku merasa senang hari ini. Aku berjalan ke ruang tengah tidak ada siapa-siapa, kemudian ke dapur. Sama di sana tidak ada seorangpun.

Ahkirnya ku putuskan untuk naik ke atas dan masuk ke kamarku, tapi tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Kemana ia ? Pikirku.

Apa hari ini ia tidak datang mengunjungiku ? Atau memang belum waktunya ia datang ? Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul 10 malam. Aku melempar tasku ke meja, dan menghempaskan tubuhku. Mungkin ia tidak datang, aku mulai kesal.

Aku bangkit dan menuju ke kamar mandi, menyalakan air panas dan mulai mandi, aku mandi sangat lama kali ini. Ku guyur seluruh badanku bahkan rambutku sampai basah, rasanya hangat dan aku mulai tenang.

Ku sambar kemeja panjang putih itu, dan memakai celana pendek usangku. Sekarang aku sudah siap untuk tidur, aku masuk ke dalam kamar. Hasilnya masih tidak ada orang, aku berjalan ke depan jendela mencari sosok itu di bawah sana ? Tapi malam semakin lama semakin sunyi.
"Kau tidak ingin merayakan keberhasilan ku hari ini ?" bisik lirih, hanya angin yang mengerti kegundaan ku. Malam ini aku sendirian seperti malam-malam sebelumnya..

"Aku datang untuk merayakannya" bisik seseorang, ia melingkarkan kedua tangannya dari belakang. Nafasnya menganggu tengkukku.
"Andrew ?!" bisikku, aku merindukan sentuhannya seperti ini. Ia berbalik dan memandang wajahnya.
"Selamat ya !!" ucapnya lembut.
"Aku pikir kau tidak akan datang ?" gerutuku. Aku menyentuh wajahnya dan turun ke lengannya. Aku sangat merindukannya.
"Memangnya kenapa ? Aku sudah punya jadwal disini setiap malam. Bersama gadis nakalku" ucapnya lagi sedikit menggoda.
"Aku tidak menyangka, terima kasih ya" balasku.
"Untuk apa ?!" ia bingung.
"Sudah membantuku belajar. Menjadi guru private ku" ujarku kemudian ia menempelkan bibirnya itu di dahiku.
"Okay, bukan masalah" bisiknya lagi.

Aku buru-buru menciumnya, seperti biasa. Ia akan sangat tenang dan membiarkan aku menciumnya sampai puas. Kali ini ia langsung mengangkat tubuhku dan berpindah ke ranjangku.

Aku sibuk dengan bibirnya, ia mulai menindihku dengan tubuhnya yang lebih besar dari pada aku. Aku suka seperti ini, aku berahli ke lehernya menciumnya. Kemudian tangannya bergerak-gerak di antara dadaku.

Ia sudah berhasil membuka kemejaku, dan aku tidak melawan sedikitpun. Ia menciumku sebentar kemudian berahli ke dadaku, ia mencium dengan lidahnya. Sensasi ini membuatku merasa terbang..

"Aahhss.." desahku, ia mulai kuat mencium dadaku. Aku sampai mengeliat kenikmatan.
"Malam ini kau wangi sekali" bisiknya, aku sampai kewalahan menerima reaksi dari ciumannya kali ini.
"Aku tadi barusan mandi" balasku sambil mengerjap kehabisan nafas.
"Emmhh, mandilah setiap malam" ucapnya lalu kembali mencium bibirku. Ia semakin kuat mencengkram kedua bahuku, aku bisa merasakan suhu badan kami yang semakin panas.

Malam ini bukan aku yang memuaskan nya dengan caraku. Tapi justru ia yang membuatku seperti cacing kepanasan, ia terus memainkan bibirnya di dadaku. Aku tahu ia tidak membuka braku sama sekali, tapi cara ia menciumi dadaku rasanya seperti lebih.. Dan aku seperti tidak tahan lagi..
"Andrew bisakah kau berhenti ?" pintaku. Ku tarik kuat-kuat rambutnya.
"Kenapa ?!" ia berbisik di telingaku.
"Aku tidak tahan lagi" jawabku menyerah. Rupanya jawabanku itu membuatnya semakin semangat menciumi leherku.
"Kumohon" bisikku lagi. Kemudian ia mencium dahiku dan ia berhenti. Ia memakaikan kemejaku lagi.

"Baik, sudah cukup. Waktunya tidur" ucapnya lalu menarik selimut menutupi tubuh kami.
"Thank's. selamat malam" bisikku, aku mencoba tidur di pelukannya.
"Malam" balasnya.

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang