Chapter 23

3.8K 264 12
                                    

       Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasanya. Tepat waktu, semua berjalan sukses aku tidak mengalami kendala apapun di sekolah. Terlebih saat pelajaran biologi, semua terasa baik-baik saja. Meskipun tanpa dirinya..
       Andrew tidak lagi nampak di sekolah. Aku tahu ia sudah vakum, hari-hariku hanya terasa sepi tanpanya. Maksudku, aku mulai kehilangan sosok yang menganggu ku setiap jam pelajaran. Sosok yang memiliki pandangan paling intens yang hanya dirinya saja yang memiliki itu.

Baiklah sudah cukup aku memikirkannya, tidak ada apa-apa antara aku dan andrew. Dan seharusnya aku tidak perlu repot-repot memikirkan tentang dirinya. Kami hanya.. Sesuatu tanpa ikatan, begitulah. Mungkin..

Tapi sesuatu di benakku berkata lain, mungkin hatiku. Bukan !! Mungkin alam bawah sadarku. Bukan !! Atau bisa jadi, nafsuku. Aku merasa sangat memerlukannya, karena ia bisa membuatku lupa segalanya..

Ciuman kami, pandangan kami, sentuhan kami.. Jadi ini sebabnya, aku tidak bisa menjauh darinya karena ia memberiku kebutuhan fisik dan aku seperti kecanduan berat !! Kecanduan ku melebihi saat aku sakaw, aku lebih sakaw kalau tidak berada disisi nya..

      Aku segera menepis jauh-jauh pemikiran sadisku saat itu. Aku tidak boleh seperti itu, itu kejam. Aku tidak mungkin menganggap andrew adalah seseorang yang bisa memuaskan nafsu ku..
       Tidak mungkin, aku rasa ia lebih dari itu !! Tapi aku tidak berani untuk mengakui nya. Sesuatu di dalam hati mengatakan kejujuran, tapi aku justru membaliknya menjadi kebohongan !! Aku tidak memiliki keberanian..

Aku segera meninggalkan sekolah dan buru-buru pulang. Entah mengapa aku mulai tidak suka jalan-jalan, aku merindukan rumahmu melebihi apapun. Seolah-olah di rumah suram itu ada permata yang menanti kedatanganku setiap waktu..

Tapi sudah jelas, tidak ada siapa-siapa disana. Aku hanya mendapati diriku berdiri mematung di ruang tengah rumahku, semua nampak familier. Aku sendirian itu faktanya..

Tokk.. Tok.. Tok...
Seseorang mengetuk pintu depan dengan perlahan. Aku terkesikap kemudian berahli dan membukakan pintu, ini dia. Seseorang yang seharian aku pikirkan, seseorang yang selalu aku nantikan kedatangannya di sekolah dan di rumahku. Andrew..
"Hai ?!" sapanya ramah.
"Hai ?" balasku, aku masih teperangah.
"Baru pulang sekolah ?" tebaknya.
"Baru sampai. Ayo masuk !!" sahutku, ku persilahkan ia masuk dan aku segera menutup pintuku.
"Aku bawakan kau makanan, kau pasti lapar" ucapnya saat ia duduk di sofa kecilku.
"Thanks" aku mengambil bungkusan makanan itu. Aku duduk di sampingnya dan membuka bingkisan itu.

"Kau tidak lapar ?!" tawarku, aku gigit sedikit roti burger yang ia berikan padaku.
"Sudah makan saja. Aku sudah makan siang di kantor" balasnya, kemudian ia melepas jasnya yang tebal dan menaruhnya di sisi sofa.
"Bagaimana pekerjaanmu ?!"
"Membosankan"
"Hmm, apa ayahmu tidak memarahimu karena insiden tadi malam ?!" tanyaku penasaran, aku mendapat kabar dari phil kalau pengiriman ku baik-baik saja. Dan tepat waktu, itu hal yang bagus.
"Tidak, ia pikir itu kejadian murni. Ya, seolah-olah penjahat yang kita lawan sangat tangguh !!" ucapnya sambil mengedipkan matanya padaku. Aku penjahat tangguh ? Sudah jelas..
"Hah, sudah pasti !!" jawabku setuju.

"Shy, boleh aku bertanya sesuatu ?!" ucapnya beberapa menit kemudian.
"Hmm, silahkan" balasku senang hati.
"Tapi kali ini tentang keluargamu lagi ?!!" ia terdengar ragu-ragu. Aku menatap kedua matanya, dan menunjukkan padanya bahwa aku baik-baik saja.
Aku sudah mulai terbuka dengannya, dan kali ini aku tidak merasa keberatan. Andrew sudah menjadi bagian hidupku, jadi akan lebih baik kalau ia tahu aku secara perlahan..
"Ok baiklah, aku sedang baik-baik saja. Apa pertanyaannya ?" ucapku, ku gigit lagi burgerku.
"Apa nama ayahmu Mr. Frendy juans peter ?" ia menyebut nama lengkap ayahku.
"Ya kenapa ? Kau bertemu dengannya di kantor ?!" tebakku.
"Tidak. Aku hanya melihat arsip kerjanya di dokumen penting milik ayahku. Ayahmu sudah bekerja sangat lama, 62 tahun. Kau umur berapa saat itu ?" ia mulai bercerita.
"Aku belum lahir. Entahlah, yang aku ingat bahwa saat umurku 10 tahun ayah merayakan pesta di kantornya. Saat itu dia bilang itu 42 tahun masa kerjanya" balasku.
"Bagaimana dengan ibumu ?"
"Well, ibuku seorang perancang busana. Tapi bukan seorang desainer terkenal, ia hanya bekerja di perusahaan kecil" aku menjelaskan tentang ibuku sekarang.
"Sekarang dimana ia tinggal ?" andrew masih penasaran.
"Aku tidak tahu" suaraku terdengar lemah. Ibuku tinggal dimana saja aku tidak tahu, sangat menyedihkan.
"Dia tidak berkunjung ?!" andrew menatapku dengan lembut, seperti ada kesedihan juga di dalam kedua matanya.
"Hanya beberapa kali, kemudian ia kembali kerja sampai sesuka hatinya. Menurutnya melihat kondisiku adalah hal yang tidak penting" ucapku, kini aku mengutarakan argumenku selama ini.
"Sangat tragis. Maaf sudah mengunkitnya lagi" jawabnya muram.

Secret From The BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang