Bagian 5

7.1K 597 2
                                    

Seorang pria tampan tengah menikmati pemandangan rintik hujan yang ada di hadapannya. Duduk di dalam kafe berkawan sepotong kue cokelat dan kopi pahit. Sempurna. Beberapa kali dia mendapat lirikan dari wanita yang mengharapkan perhatiannya, namun, semua wanita cantik itu tidak mampu mengalihkan pandangan pemuda itu dari rintik hujan.

Puas dengan derai air yang turun dari langit, dia pun mengambil buku yang ada dari dalam tas hitamnya. Tanpa ragu dia menuliskan:

Hari ini aku mendengarnya lagi.
Nyanyian sendu di antara rintik hujan.
Desau angin yang mengantarkan hawa dingin di telingaku.
Lalu, aku teringat tentang kita.
Usang dan terlupakan.
Di atas segalanya, dirimu adalah hal yang tak berubah.
Ada dalam kotak harta karunku.
Sengaja kusembunyikan hatiku di sana.
Agar suatu saat kau menemukannya.
Dan, jika kita dipertemukan lagi.
Aku akan menganggap dirimu sebagai sesuatu yang konstan.

Kemudian, suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Dia menekan tombol penerima.

″Adrian,″ ucap suara di seberang. ″Lama sekali.″

Yes, Mom. I'll be there.″

***

Risma bersemangat menyambut kedatangan putra tercintanya. Sudah dua tahun, anaknya itu menetap di negeri asing. Dan, sekarang saatnya dia merayakan pertemuannya. Perempuan itu tak bisa menahan semangat, sofa di ruang tamu pun terasa menyesakkan. Rima, sang asisten rumah tangga pun hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan ulah majikannya.

Terdengar suara derap langkah kaki, Risma langsung mengomandokan Rima untuk membuka pintu. Adrian terlihat sumringah menerima penyambutan orangtuanya. Rima segera berinisiatif membawa koper Adrian, melihat itu, Adrian tersenyum dan mengucapkan rasa terima kasihnya. Rima mengangguk dan segera bergegas merapikan barang-barang Adrian, sesuai dengan arahan Risma.

Darling!″ serunya. Risma memeluk Adrian dan menghujaninya dengan ciuman. ″Teganya membuat Mama menunggu.″

I'm sorry. Pemandangan di Jakarta selalu berhasil menarik perhatianku.″

Risma mendengus kesal. ″Pemandangan atau gadisnya?″

″Ayolah, Mama tahu yang kumaksud.″

″Paling-paling, mereka ngiler nglihatin kamu.″

Jika ada sesuatu yang dirindukan Adrian di Jakarta, sudah bisa dipastikan dia akan merindukan celoteh Risma. ″Mom, you are the best.″

″Mandi dulu, baumu itu."

Adrian mengecup singkat pipi Risma. ″Meski bau, aku tetap keren, kan?″

Sure, anak siapa dulu.″

Adrian terkekeh melihat sikap super percaya diri ibunya. Bagaimanapun juga, akhirnya dia bisa kembali ke Indonesia. Dan, kesempatan ini tak akan dia sia-siakan.

***

Suasana kamar yang telah lama Adrian tinggalkan, kamar itu masih sama seperti sebelumnya-tidak ada yang berubah. Meja belajar yang sering dia gunakan untuk menulis puisi terlihat penuh dengan pigura foto, ada beberapa buku yang tertata rapi di atasnya. Lalu, ada dua lemari yang khusus Adrian isi dengan bermacam koleksi buku.

Yah, sebenarnya Adrian memang senang membaca, buku apa pun.

Di rumah, ada sebuah ruangan yang difungsikan sebagai perpustakaan. Biasanya Adrian menyempatkan diri untuk membaca beberapa koleksi milik ayah atau ibunya. Biasanya Adrian menyempatkan diri untuk membaca selama dua puluh menit.

Venus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang