Bagian 29

4.6K 428 0
                                    

Risma hanya bisa menatap jengah putranya yang kini terbaring di ranjang. Kedua tangannya sibuk mengupas apel. Beberapa kali dia ingin mengomentari Adrian, namun niatnya menguap begitu melihat wajah bahagia Adrian.

Hm.... Aneh sekali, pikir Risma.

Darling,″ katanya. ″Apa yang sedang terjadi di sini?″

Nothing,″ jawab Adrian.

Risma menaikkan sebelah alisnya. ″Benarkah? Mengapa rasanya ada sesuatu yang tidak beres?″

Adrian terkekeh. ″Itu hanya perasaan Mama saja.″

″Oh,″ cibir Risma, ″ayolah. Seorang gadis baru saja menolakmu. Dan, kamu merasa baik-baik saja? Sepertinya dokter perlu memeriksa kembali kepalamu.″

Adrian mengambil potongan apel yang disuguhkan untuknya. Mengunyah dan merasakan manisnya sari buah yang keluar.

″Hei. Mama tidak bisa percaya. Adrian, pasti ada sesuatu yang kamu sengaja sembunyikan dari Mama.″

″Tidak ada. Ma, sungguh aku sudah menerima keadaan ini.″

″Maksudmu, tak masalah jika dia memilih pria lain? Begitu?″

Adrian mengedikkan bahu. ″Lalu, mau Mama apa? Aku terus mengejarnya hingga dia menyerah, begitu?″

″Selama janur kuning belum melengkung, dia masih milik umum.″

″Ma, sudahlah, aku saja yang ditolak merasa baik-baik saja. Kenapa Mama heboh begitu?″

Benar-benar. Ingin sekali Risma melakukan sesuatu dengan putranya.
Okay. Mama nggak bakal maksa kamu lagi.″

Adrian mengembuskan napas. Lega.
″Bagaimana kalau kapan-kapan kamu ketemu dengan putrinya Om Surya?″

Adrian mengerang. Lelah.

***

Venus hendak meninggalkan rumah sakit sebelum dia menyadari bahwa Romeo ada di sana juga. Mereka berdua tidak sengaja berjumpa di lobi rumah sakit. Romeo langsung mendekati Venus dan menyapa, ″Aku baru saja berencana untuk menjemputmu.″

″Kebetulan sekali,″ kata Venus. ″Aku memang berencana pulang.″

Romeo tersenyum. ″Ayo.″

***

Sepanjang perjalanan, Romeo menceritakan bagaimana jalannya sidang, tentu saja dia menceritakan ide mengenai penyamaran Johan. Selama mengenal Venus, inilah kali pertama Romeo berbincang mengenai kegiatannya kepada Venus.

″Jadi,″ ucap Venus, ″Johan benar-benar melakukannya?″

″Tentu saja.″

″Aku kira dia akan menolak. Kamu tahu sendiri, kan, bagaimana kelakuan Johan di kantor? Jadi, aku sedikit meragukan kebenaran ceritamu, khusus untuk yang satu itu. Johan menyamar? Tidak mungkin, bahkan dalam seribu tahun cahaya.″

″Kamu kan tidak tahu. Johan itu bisa diajak bekerjasama asalkan kita tahu cara yang tepat.″

Kedua mata Venus menyipit. ″Dan, kamu tahu caranya?″

Sure,″ jawab Romeo. ″Aku selalu tahu cara terbaik untuk merayu seseorang.″

Venus mendengus. ″Oh, jadi kamu juga bisa merayu?″

Mendengar sindiran Venus, Romeo hanya terkekeh. ″Tenang saja. Aku tidak separah Johan, tidak sembarang wanita yang akan kurayu.″

″Itu kan katamu.″

″Kenapa? Apa kamu juga ingin dirayu olehku?″

Hening.

Venus diam memperhatikan Romeo yang sibuk mengemudikan mobil. Tatapannya menerawang, mencoba membasuh ilusi yang mungkin tercipta di antara mereka.

″Romeo....″

″Kamu besok masuk kerja, kan?″ potong Romeo.

″Ya?″ ucap Venus bingung. ″Kenapa?″

Romeo hanya tersenyum. ″Tidak apa-apa.″

Ucapan Romeo membuat Venus gemas. ″Serius. Apaan sih?″

″Rahasia.″

Venus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang