Bagian 14

5K 516 13
                                    

Adrian Wijaya Kusuma. Tampan, berpenghasilan, dan populer di kalangan wanita. Putra dari Risma Amirta sang pianis handal, sudah tidak diragukan lagi kemampuan Risma dalam merombak lagu-lagu bernada melankonis yang begitu menggugah hati. Terlebih lagi, ayah Adrian, Pandu Wijaya Kusuma merupakan pemilik belasan hotel megah yang tersebar di Bandung, Semarang, Jakarta, dan Bali. 

Seharusnya, Adrian bisa memilih setiap wanita yang ingin dinikahinya. Itu bukan perkara sulit untuk dilakukan. Benar. Seharusnya, itu bukanlah perkara sulit.

Banyak wanita yang berusaha mengambil hati seorang Adrian, namun tak seorang pun dari mereka yang berhasil melakukannya. Karena, semenjak sosok Hana menghilang dari kehidupannya, Adrian tidak tahu ke mana hatinya harus berlabuh, kecuali pada seorang Venus.

Memang ini kedengaran picik. Mencintai dua orang wanita di saat bersamaan. Haruskah Adrian menyesali pertemuanya dengan Venus?

Bodoh sekali jika Adrian harus menyesal karena jatuh cinta. Tidak ada yang salah dengan mencintai seseorang. Tidak ada yang salah, hanya saja cinta yang dipilih oleh Adrian yang terdahulu—ketika dirinya masih begitu hijau dan tak mengerti tentang sebab dan akibat—merupakan bentuk cinta yang membuat hati menjadi merah meradang. Tak pernah terbersit niatan untuk menyakiti Venus. Tidak pernah, sekalipun itu di dalam pikiran Adrian yang terdalam.

Venus. Adrian masih tak bisa menggantikan sosok itu dari relung hatinya. Tak peduli caci dan maki yang ia dapatkan dari Venus. Adrian hanya ingin mencoba kesempatan kedua bersama Venus.

Kesempatan yang sepertinya sangat sulit untuk Adrian dapatkan.

Cinta itu tidak pernah disangka kehadirannya, kadang tidak pernah diharapkan kedatangannya, dan yang paling meresahkan adalah sulit untuk mengusirnya.

Cinta. Dibentuk oleh lima huruf berbeda yang memiliki arti saling mengasihi. Lalu, kenapa yang dirasakan Adrian malah sebaliknya? Di mana letak kasih yang harusnya hadir itu?

Semakin Adrian berusaha mendekati Venus, semakin dalam pula rasa sakit yang harus diterimanya akibat dari sikap acuh seorang Venus.

Semuanya tidak semudah yang dibayangkan Adrian pada awalnya.
Banyak orang akan berkata bahwa Adrian bodoh sekali jika tetap berusaha mengejar Venus, mengingat masa lalu di antara mereka berdua terbilang tidak terlalu baik. Malah, sangat tidak baik. Atau lebih tepat disebut dengan hubungan yang tidak sehat. Adrian tidak akan menemukan ujung yang dicarinya dalam hubungan ini. Berapa kali pun dia berusaha membentuk awal yang diinginkannya, hasilnya tetap sama: Venus tidak akan pernah bersedia membuka hati.

Inilah kenyataan yang ada.
Jika Adrian mengambil selangkah mendekat, maka Venus akan mengambil dua langkah untuk menjauh. Hubungan macam ini—di mana masing-masing pihak memilih untuk saling tolak—akan sulit untuk diwujudkan.

Adrian tidak peduli.

Mungkin Adrian merasa sosok Venus-lah yang paling mendekati Hana. Karena mereka berdua berteman, dan karena Venus merupakan bagian dari Hana yang masih hidup. Sebab itulah Adrian merasa pantas untuk memperjuangkan Venus.

Benar. Apa salahnya memperjuangkan cinta? Tidak ada yang tahu akhir dari cerita yang dipilih Adrian. Bisa saja, suatu saat nanti Venus akan sedikit melunak dan bersedia menerima kehadiran Adrian kembali. Semua kemungkinan layak untuk dicoba. Hanya pencundang saja yang menyerah sebelum mencoba, dan Adrian bukanlah seorang pecundang.

Darling,″ panggil sebuah suara, ″apa kamu ada di dalam?″

Suara Risma membangunkan Adrian dari renungannya.

Dengan suara berat Adrian menjawab, ″Come in.″

Malam ini, Risma mengenakan baju berwarna biru. Dengan langkah pelan, dia mulai memasuki ruang pribadi Adrian. Risma selalu terlihat cantik untuk wanita berusia empat puluhan, ada sesuatu yang membuatnya terlihat mengagumkan.

Venus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang