Dikamar, Alex duduk disofa berwarna putih sambil mengingat kembali perkataan dari teriakan Jany tadi.
"aku memang bodoh Jan, kamu benar" ucap Alex menatap lurus entah kemana. "Tapi, kenapa kamu tidak bahagia Jan? Aku mendengar semua tentang bagaimana kamu saat masih diAmrik, aku dengar semuanya dari ayah. Kamu bahagia Jan, bahkan saat aku disini tidak bahagia sama sekali mengetahui apa dan bagaimana rahasia besar keluarga ini. Kamu pasti tidak percaya saat mengetahuinya" Jelas Alex seperti berkata ke Jany padahal Alex sadar bahwa Jany tidak akan bisa mendengarnya, walau kamar Alex dan Jany bersebelahan, tapi kamar mereka telah dipasang dinding kedap suara.
*****
Alex berdiri dari sofa yang didudukinya dan berjalan mengarah ke balkon kamarnya.
Lampu taman belakang telah menyala, kolam dengan lampu berwarna warni pun telah menyala sangat terang tapi tidak dengan hati Alex. Ini masih sangat gelap, hingga membutuhkan sedikit saja cahaya untuk menembus kegelapan itu.
Alex menghela nafas panjang dan melihat ke balkon sebelahnya, balkon tempat Jany tadi berdiri. Balkon Alex dan Jany terpisah hingga tidak bisa untuk ke balkon Jany ataupun Alex. Kalaupun salah satu dari mereka ingin ke balkon sebelah tanpa melewati dalam kamar terlebih dahulu, mereka harus melompati satu balkon dengan balkon sebelah yang kira-kira berjarak satu meter setengah dan hanya dengan nekat penuh baru bisa sampai kebalkon lain.
Alex terus melihat ke kamar Jany dari balkon kamarnya berharap dapat melihat Jany malam ini karena setelah kejadian teriak-teriakan Jany tadi, ia masih belum bertemu dengan Jany juga.
Alex tau, Jany menghindari Alex. Alex tau benar itu.
Alex merasa putus asa karena tak mendapatkan sedikitpun pertanda bahwa Jany akan keluar.
Alex pun membuka pintu balkon kamarnya dan langsung masuk.
Saat Alex menutup pintu kamarnya, saat itu juga pintu kamar balkon Jany terbuka.
Benar-benar tidak jodoh!!
Jany berdiri bersandar di dinding balkonnya, memerhatikan taman belakang yang sangat indah.
Tidak seperti Alex, Jany sama sekali tidak melihat sedikitpun ke arah balkon kamar Alex. Ia hanya memandang nanar ke taman dibawah sana
Kkrrrrrrttt
"Aaah gue lapar" ucap Jany saat mendengar suara yang berasal dari bunyi perutnya.
Sedari tadi Jany terus menahan diri dikamarnya untuk tidak keluar kalau-kalau bertemu Alex nantinya.
Ia tidak menangis. Hanya beberapa tetes saat dibalkon tadi sore saja ia menangis, didalam kamar ia hanya terbaring membayangkan masa lalunya.
Kkrrrrrrttt
Lagi - lagi suara itu terdengar
"Aaakh gue benar-benar lapaaaaar" teriak Jany sambil memegang perutnya merasakan lapar yang benar-benar tak tertahan.
"heeuh, udah jam berapa ini? Gue gak mau keluar kalau masih belum tengah malam. Entar aja deh" gumam Jany menahan lapar
Jany belum mau keluar sebelum tengah malam karena ia tahu jam tidur kakaknya itu sekitaran jam 10 malam. Alex masih sama dengan kebiasaan satunya ini saat masih kecil.
Jany meluncurkan dirinya hingga terduduk dilantai yang dingin. Meratapi nasib bodoh akibat kelakuannya sendiri dan mencoba melupakan dirinya yang sedang kelaparan.
*****
Jany terdiam dengan menyandarkan kepalanya ke dinding dan tak lama kemudian handphone miliknya berbunyi
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, BROTHER! [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku sangat-sangat mencintainya sampai-sampai dulu aku sempat berpikir akan mengungkapkan kalau aku bukan anak kandung ayah dan bunda agar aku bisa tetap bersama nya bahkan di negara lain sekalipun. Tapi aku masih menyayangi keluarga ini makanya aku...