35

8.3K 320 7
                                    

"Bahagia banget. Gue bahagia karena sahabat gue gak bakalan terus terusan terjerat kisah asmara yang dalam hukum terlarang tapi dalam hati gak bisa dilarang. Dan gue bahagia karena sebentar lagi elo juga akhirnya bisa bahagia" jelas Edo terdengar seperti sedang bercanda tapi ia mengucapkannya dengan serius

Alex yang tau maksud dari perkataan Edo tak bisa seratus persen menyalahkan kebenaran itu. Karena mau dicegah selama apapun, semuanya pasti akan terbongkar.

Tapi yang Alex permasalahkan adalah 'sekarang bukan waktu yang tepat'

"Gue tau gak semua yang elo bilang salah, tapi ini belum waktunya do"

"Oh belum waktunya? Terus kapan waktu yang tepat buat elo ungkapin semuanya? Tunggu Jany tau dengan sendirinya? Dia bakal lebih sakit nantinha, Tunggu bokap lo jelasin? Sampai lo tua gak bakalan bokap lo jelasin kalau lo gak maju deluan, Atau tunggu Jany tau dari gue?" Ancam terakhir Edo dengan nada serius

Alex menutup rapat kedua matanya karena merasa cemas dengan keberadaan Edo.

"Oke. Lo stop sampai disini aja. Lainnya biar gue yang urus dengan bokap nyokap gue. Bokap gue seminggu lagi bakal balik ke Amrik dan dalam waktu dekat itu juga Jany bakal nanya langsung ke bokap gue. So, sebelum itu terjadi, gue pengen nyelesein semua dan ngejelasin langsung ke Jany. Jadi elo....." Alex menghela nafas panjang "Elo cukup urus proyek itu sementara gue urus keluarga gue"

"Oke deal! Gue bakal tunggu kabar dari elo. Dan asal lo tau gue seneng kalau Jany tau semuanya!" Edo mengakhiri lebih awal percakapan mereka.

Alex melepaskan ponselnya begitu saja lalu membantingkan tubuhnya ke sofa yang terasa dingin berlawanan dengan hawa tubuhnya yang serasa mendidih karena cemas.

*****

"Gak keluar dengan Niki lagi?" Tanya Ayahnya ke Jany yang baru saja mengambil selembar roti bakar dan duduk dihadapan ayahnya.

Mereka sedang sarapan bersama kecuali Alex yang katanya masih kenyang dan mengurung diri dikamar.

"Niki lagi sibuk ada pertemuan" balas Jany tanpa ekspresi apapun sambil mengoles selai strawberry ke roti nya.

Ingin sekali rasanya Jany bertanya langsung sekarang juga tentang apa yang mengganggunya sejak kemarin malam. Tapi ia menahannya karena perkataan yang ia teriakan kemarin malam ke Alex.

Karena itu juga, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak dan membuat mood nya menjadi jelek.

"Jany udah selesai, bun Jany naik dulu mau mandi. Yah jany naik" Jany berjalan meninggalkan ruang makan dengan malas

"Marahan dengan Alex?" Tanya ayahnya ke bunda dengan pelan saat melihat tingkah Jany seperti itu.

Sebagai jawaban, bunda hanya mengangkat bahunya karena tidak mau ikut campur masalah Alex dan Jany.

"Oh iya, Ayah gimana urusan dengan akte kelahiran Alex? Udah selesai? Bukannya ayah balik mau urus itu?" Bunda duduk dihadapan suaminya

Ayah melipat koran yang dipegangnya lalu menaruhnya di atas meja

"Masih masalah yang sama bun"

"Masalah yang sama? Maksud ayah masalah dari beberapa tahun lalu belum ada penengahnya juga? Bukannya ayah udah ngasih ke pengacara yang bakalan urus dokumen hak asuh itu? Apalagi yah?"

"Ssst jangan keras-keras bun. Nanti anak-anak dengar" ayah memberi kode "Pengacara kita bilang kalau orang tua kandung Alex nggak mau menandatangani dokumen atas hak asuh anaknya karena uang yang kita kasih tidak sesuai dengan yang dijanjikan"

I LOVE YOU, BROTHER! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang