Alex terus menatap Jany tanpa peduli ketiga orang lainnya
"Aku mencintai Jany" kalimat itu lolos begitu saja tanpa hambatan keluar dari mulut Alex. Jany, Om bram bahkan bunda sekalipun yang sudah mengetahui fakta itu tetap kaget dibuatnya."Aku sangat-sangat mencintainya sampai-sampai dulu aku sempat berpikir akan mengungkapkan kalau aku bukan anak kandung ayah dan bunda agar aku bisa tetap bersama Jany bahkan di negara lain sekalipun. Tapi aku masih menyayangi keluarga ini makanya aku hilangkan niat itu. Dan akhirnya waktu ini tiba juga" Alex tersenyum sumbing menyadari betapa mirisnya berat yang ia tanggung selama ini.
Alex berdiri lalu berjalan mendekat dimana ayahnya tengah duduk dan tanpa mereka bisa cegah, kini Alex setengah berlutut mensejajari ayahnya sambil memegang tangan kanan ayahnya dan menunduk.
"Alex mau minta izin sama ayah untuk membiarkan Alex tetap mencintai Jany. Bukan sebagai adik, tetapi sebagai wanita yang Alex cintai." Alex menatap ayahnya "Ayah mungkin tidak mengetahui kalau selama ini aku sudah mencintai Jany bahkan sebelum Jany juga mencintai aku. Jany baru mengetahui perasaannya saat dia balik kerumah ini lagi, tapi aku? Aku sadar saat aku tau kebenaran aku bukan kakak kandungnya. Aku bahkan...." Perkataan Alex terpotong saat ayahnya langsung menariknya dalam pelukannya.
Pelukan seorang ayah yang baru ini lagi ia rasakan. Ayahnya memang tidak mengeluarkan air mata, tapi Alex tau kalau ayahnya yang sangat terpukul dan sangat sedih disini.
Ayah melepaskan pelukannya
"Sssttt" Ayah memukul-mukul pelan pundak Alex "Kamu tidak perlu menjelaskan semuanya sama ayah. Setelah berapa hari kemarin kamu bilang sama ayah kalau kamu sayang Jany lebih dari seorang adik, ayah sudah memikirkan bagaimana dan seberapa besar beban yang kamu pegang selama ini. Apalagi ditambah ayah memercayakan bunda padamu. Bebanmu tambah besar nak, ayah sadar itu." Alex menggeleng tidak terima dengan pendapat terakhir ayahnya"Bunda sama sekali bukan beban bagiku yah. Malah aku bersyukur karena bunda selalu ada disaat aku rindu Jany walau bunda gak tau fakta itu tapi secara kebetulan bunda selalu saja ada." Alex tersenyum mengingat kejadian yang telah lampau itu.
"Aku sangat mencintai Jany sampai aku tidak bisa menerima orang lain lagi untuk menggantikan posisi Jany" Alex mengucapkan itu tapi sebenarnya ia mengucapkan untuk dirinya sendiri
"Kau betul sekali. Bahkan, cewek kamu yang bunda udah setujui pun kamu putusin padahal dia baik-baik saja anaknya" tambah bunda dengan cepat ditengah tangisannya sambil tertawa pelan.
Seisi ruangan langsung tertawa pelan termasuk Alex. Om Bram hanya tersenyum tulus melihat keluarga ini. Keluarga yang sudah ia bantu menyelesaikan masalah Alex saat mereka masih kecil dahulu.
Ayah memijit pelan pundak Alex hingga Alex yang tertawa kembali terdiam menatap kedua mata ayahnya.
"Ayah dan bunda memercayakan Jany sama kamu. Kamu sudah membuktikan selama ini kamu udah bisa jagain bunda jadi ayah nggak perlu khawatir lagi kalau kamu jagain Jany. Kamu nggak perlu minta izin ayah untuk mencintai Jany karena ayah sudah memberikan izin itu dihari kamu memberitahukan semuanya sama ayah" Jelas ayah dengan tatapan lembutnya dan Alex yang mendengar itu dengan cepat memeluk ayahnya dengan erat dan menghapus air matanya yang sudah berhasil jatuh dipipi nya.Jany kini tersenyum bahagia begitupun dengan bunda yang langsung mencium kening putrinya. Merasa bersyukur kalau Jany dicintai oleh orang yang benar.
"Makasih ayah" Alex menatap ayahnya lalu beralih menatap bundanya "Makasih bun"
Bunda lantas merentangkan tangannya dan Alex langsung mendekat dan mengisi rentangan tangan itu.
"Trus buat apa kamu beli apartemen kalau akhirnya kamu bakal tinggal disini juga Lex?" Tanya Om Bram yang baru sadar fakta yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, BROTHER! [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Aku sangat-sangat mencintainya sampai-sampai dulu aku sempat berpikir akan mengungkapkan kalau aku bukan anak kandung ayah dan bunda agar aku bisa tetap bersama nya bahkan di negara lain sekalipun. Tapi aku masih menyayangi keluarga ini makanya aku...