Win terdiam di bangku mobilnya, ia tidak menyalakan mesin ataupun memasanag sabuk pengaman pada tubuhnya. Dia masih berfikir dan mengingat kejadian yang beberapa menit lalu terjadi. Peristiwa dimana hatinya pecah berkeping-keping hingga menjadi bagian yang tidak terlihat. Win tidak bisa berfikir jernih kali ini, yang ia rasakan hanyalah sakit, sakit, dan sakit. Perempuan yang ia cintai selama hampir satu tahun itu telah pergi bersama laki-laki lain. Pergi seenaknya dengan perpisahan yang terbilang buruk. Dalam keadaan saling membenci adalah perpisahan sebuah hubungan yang buruk.
Tori memandang Win dengan kekhawatiran, ia merasa bersalah, jika saja ia tidak kabur, sehingga Om Krisna tidak perlu menyuruh Win untuk mengawasi dan menjaga Tori. Dirinya merasa menjadi momok permasalahan yang mengakibatkan hubungan sepasang kekasih menjadi hancur. Rasa bersalah tentu singgah di hati Tori.
Kini Tori berniat untuk menghibur Win semampu yang ia bisa.
"Win? Gue aja yang bawa mobilnya,"
Waktu masih berjalan, semakin lama semakin menambah sejarah setiap makhluk di semesta alam ini. Tori membelah jalan tol yang sepi menuju sebuah rumah makan atau bisa disebut restaurant milik papahnya. Pukul sudah menunjukan waktunya istirahat, di jam tangan Tori jarum pendek dan panjangnya sama-sama menunjuk angka sembilan.
Mobil merah milik Win memasuki sebuah lokasi parkiran yang tidak jauh dengan pintu masuk restoran.
Kini keduanya sudah duduk disalah satu bangku yang berada disudut ruangan. Win meletakan kedua tangannya di atas meja dengan posisi terlipat, kepalanya menyandar ditangannya tersebut dengan posisi dibenamkan. Begitu memperlihatkan bahwa dirinya sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Tori berjalan menuju dapur tempat papah dan saudara kembarnya biasa memasak untuk dihidangkan kepada para pelanggannya.
"Vel?" Tori menyapa Vellian yang sedang sibuk membereskan peralatan memasaknya, karena sebentar lagi restoran milik ayahnya akan tutup.
"Tori? Ngapain malem-malem ke sini?" Vellian terlihat bingung dengan kehadiran Tori.
"Tolong buatin dua teh anget ya, temen gue ada yang lagi galau, gue kasian sama dia,"
Vellian langsung melakukan apa yang dikatakan Tori.
Tori kembali duduk di hadapan Win yang masih menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya.
"Win? Udah dong jangan sedih lagi,"
Tori menepuk pelan pundak Win. Melihat Win yang masih bersedih, hati Tori jadi ikut merasa sakit, apalagi dirinya merupakan bagian dalam peristiwa tersebut, bahkan bisa dikatakan dialah orang yang merusak hubungan Win dengan Diandra.
Vellian datang dengan sebuah nampan yang diatasnya terdapat dua buah gelas berisi teh manis hangat pesanan Tori. Kemudian ia menarunya diatas meja yang berada di hadapan Tori dan laki-laki yang tidak Vellian kenal.
"Makasih.." Tori berkomat-kamit mengucapkan kata 'makasih', tetapi Vellian bisa mengerti ucapan Tori yang tidak bersuara itu.
Dari kejauhan Vellian mengamati aktivitas Tori dan Win, bukan bermaksud menguping dan bukan bermaksud jahat, ia hanya penasaran dengan laki-laki yang dibawa oleh saudara kembarnya. Dan kenapa laki-laki itu terlihat begitu sedih? Dan mengapa Tori seperti harus bertanggung jawab atas kesedihan laki-laki itu?
"Win? Gue minta maaf ya, gue salah. Seharusnya gue ngga kabur, jadi lo ngga akan di suruh Om Krisna untuk ngawasin gue," keluh Tori yang di susul oleh tatapan datar dari Win. Win mengangkat kepalanya untuk bertatap muka dengan Tori yang barusan mengatakan penyesalannya.
"Gue yakin, di luar sana banyak cewe yang lebih baik dari Diandra," lanjut Tori.
Win terlihat seperti sedang berfikir. Kedua alisnya menyatu dan bola matanya yang bergerak kesana-kemari.
"Tsk.. bhahahahah," Win tertawa. Tertawa terbahak-bahak.
Tori tentu tidak mengerti apa yang sedang Win pikirkan. Bocah di hadapannya itu terlalu aneh dan sering membuat Tori heran dibuatnya.
"Makasih tor,"
"Hmm??" Tori membulatkan kedua bola matanya ketika mendengar ucapan Win yang tidak menyangka akan mengatakan kata 'terima kasih'.
"Makasih udah buat gue putus sama Diandra, dipikir-pikir ngapain gue galau kaya gini?"
Tori terdiam, dirinya masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap dan jelas.
"Gue memang udah ngga nyaman sama dia, dan terbukti hari ini sifat buruknya keluar,"
"Egois," lanjut Win.
"Hhh.. syukur deh kalo gitu. Dan LO! Kenapa manggil gue seolah kita itu seumuran?" Tori yang sekarang ini menjadi Tori yang biasa lagi. Mempermasalahkan segala hal yang mengganggu dirinya.
"Iya iya, sorry!" Win bukan minta maaf dengan tutur kata yang lembut, melainkan sewot seperti biasanya.
Tori yang gemas dengan segala yang ada diri Win kemudian tersenyum senang melihat Win kembali seperti laki-laki yang ia kenal. Menyebalkan, sewot, jutek, kasar, dan semacamnya. Tori mengusap rambut Win seperti sedang mengusap rambut adik laki-lakinya. Dan kali ini Win tidak menggubris apa yang dilakukan oleh Tori.
Vellian yang mengintip dari balik tembok, sulit mengerti dengan apa yang terjadi diantara Tori dan Win. Ia terheran-heran dengan tingkah laku Win juga Tori.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Victoria pov
Libur? Yakin ini gue libur? Woohooo! Akhirnya gue bisa ngerasain yang namanya libur syuting. Jadwal gue hari ini adalah keliling kota cicipin makanan yang belum pernah gue makan, main timezone, berselfie ria, dan lain-lain. Itu semua gue lakuin bareng keempat sahabat gue.
Bahagianya..
Pulang sekolah langsung hang out, dan sebelum itu, kami berlima ganti baju dulu, biar jalan-jalan ngga pake seragam pramuka, karena hari ini adalah hari Jumat.
"Nanti belajar bareng juga yuk? Nginep sekalian di rumah Irene.." usul Wendy yang mampu buat gue, Enelis, dan Krystal heran.
Belajar?
Serius?
"Ngga usah pada masang muka bengong deh.. ngga mikir ya? Kita udah kelas 12, imbangin antara belajar dan main!" nada bicaranya kaya ibu-ibu yang ceramahin anaknya.
Dan dengan kompak, kami bertiga jawab,"Oke mamah!".
TBC
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰Ada yang lagi nungguin konflik?
Vote jangan lupa, kalau bisa komen juga..

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Butterfly
Teen FictionKupu-kupu adalah mahluk yang rapuh namun sulit digapai. Sama seperti dia.