Chapter 18

1.1K 76 0
                                    

Win tidak mengikuti apa yang di katakan oleh Tori. Win di suruh untuk tidak memarkirkan mobilnya persis di depan rumah Tori, tetapi Win justru melakukannya. Tujuannya hanya satu, agar Tori tidak tidur di rumahnya. Alasannya adalah ia tidak mau masuk dalam berita acara yang berisi rumor tidak benar tentang aktris yang baru-baru ini sedang tenar itu tidur dirumahnya. Itulah resikonya. Jadi ia lebih baik mengantar Tori kembali kerumahnya, urusannya dengan Hans itu adalah masalah bagi Tori bukan bagi Win. Jadi Win tidak ragu untuk melanggar perkataan Tori.

Win dan Tori masih duduk didalam mobil milik Win, sedangkan pintu rumah Tori terbuka lebar, Hans dan Vellian pasti masih didalam, melihat mobil milik Hans yang masih terparkir, itu bisa menjadaikan bukti keberadaan mereka berdua. Tori enggan untuk turun sedangkan Win menyuruhnya agar cepat kembali kerumah sampai-sampai Win membukakan pintu mobilnya untuk Tori.

"Iya iya gue turun," Tori akhirnya pasrah dan melompat turun dari mobil Win.

Setelah Tori sudah keluar dari mobil, Win menutup pintu mobilnya dan hendak masuk kedalam mobilnya karena ia ingin cepat kembali kerumah untuk menikmati nyamannya selimut dan beberapa bantal di kamarnya. Tetapi langkahnya terhenti ketika Tori mengucapkan beberapa kalimat, sehingga ia harus mendengarkan perkataan Tori.

"Win, makasih buat hari ini. Gue tau sebenernya tadi lo berusaha ngehibur gue. Dari makan eskrim sampai main bunga api, itu cukup buat gue ngelupain kesedihan gue. Thanks banget Win," Tori menarik ujung bibirnya agar membetuk sebuah senyuman diwajah cantiknya. Win hanya menganggukan kepala dengan wajah datarnya.

"Win, sebelum lo pulang tolongin gue dulu dong," rengek Tori ketika Win ingin melanjutkan langkahnya yang hendak masuk kedalam mobil.

"Apa lagi sih?"

"Temenin gue masuk ke dalem rumah,"

"Gue ngantuk, gue pengin pulang,"

"Win..."

"Iya!"

Tori dan Win berjalan memasuki rumah Tori dengan beriringan. Ternyata Silvia, mamah Tori, sudah pulang dan sedang berada di ruang tamu bersama Vellian dan Hans. Mereka sedang mengobrol dengan beberapa cemilan di hadapan mereka.

"Tori? Habis dari mana aja kamu? Eh ada Win? Kamu main sama Win?" Silvia memandang Tori dan Win secara bergantian.

"Iya mah. Aku ke atas bentar ya mah, mau bersih-bersih dulu,"

"Nanti aja Tor, sinih duduk dulu. Win juga. Kalian habis dari mana aja? Kok jam segini baru pulang?"

Walaupun Silvia menyuruh Win dan Tori untuk duduk bersama mereka, tetapi Win dan Tori masih tetap berdiri. Karena Win hanya ingin pulang ke rumahnya dan pergi tidur, sedangkan Tori, ia tidak ingin bertemu dengan Hans dan Vellian.

"Engga ah, aku mau ke kamar dulu mah. Tadi aku makan eskrim, pizza, ke bioskop, sama main bunga api bareng Win," Tori berbicara sambil berjalan ke arah tangga untuk menuju ke kamarnya. Silvia pasrah, ia tidak akan menyuruh Tori lagi untuk duduk di ruang tamu bersamanya. Hans mengerti mengapa Tori bersikap acuh terhadapnya saat ini, jadi ia hanya bersikap diam dengan membiarkan Tori pergi.

"Tante, Win pamit pulang, lagian udah malem, besok juga harus sekolah."

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Tori berjalan cepat meninggalkan Hans yang memanggilnya berkali-kali. Bukan berarti Tori membenci Hans, hanya saja ia sedang berusaha melupakan perasaannya kepada Hans dan kejadian semalam. Tetapi Hans tidak mengerti, ia justru selalu ingin mendekati Tori, mungkin ia ingin berbicara sesuatu dan sayangnya Tori tidak peduli itu.

"TORI!!" teriak Hans yang kesekian kalinya. Semua orang memandang kedua orang tersebut dengan heran, karena tidak biasannya mereka berdua bersikap seperti itu, bahkan ini pertama kalinya mereka terlihat tidak akur.

"Tor!! Gue mau ngomong bentar sama lo."

"Gue ada acara, lain kali aja."

"Gue tau lo lagi ngehindarin gue, gue minta waktu lima menit buat ngejelasin yang semalam."

Tori memberhentikan langkahnya. Ia tidak suka dengan pandangan orang-orang yang terlihat penasaran, akhirnya ia lebih memilih untuk memberi kesempatan kepada Hans. Melihat Tori yang berhenti berjalan, Hans semakin semangat untuk mengejar Tori, ia berlari menghampiri Tori yang membelakanginya.

"Kita omongin di depan sekolah, sekalian gue nunggu taksi," Tori dan Hans berjalan berdampingan dengan suasana panas dan canggung yang tidak pernah mereka alami. Biasanya mereka akan saling bertukar senyuman, tetapi kali ini tidak.

Sekarang Hans dan Tori sudah berada di dekat gerbang sekolah, mereka berdiri dibawah pohon agar tidak terkena matahari langsung, karena sore ini panas begitu menyengat. Hans menatap wajah Tori dengan lembut, ia sangat mencintai sosok perempuan didepannya itu. Tetapi ia tidak bisa memilikinya hanya karena beberapa alasan. Tori tidak menatap balik tatapan Hans, ia justru pura-pura sedang mencari taksi.

"Gue tau kemarin lo liat gue sama Vellian pelukan,"

"Terus?"

"Yang mulai bukan gue, tapi Vellian,"

"Trus apa masalahnya sama gue?"

Hans diam, tidak bisa menjawab perkataan Tori. Ia bingung untuk memberikan penjelasan.

"Udah ah!" Tori berjalan pergi meninggalkan Hans menuju jalan raya didepan sekolahnya untuk menghampiri taksi yang berada di seberang jalan. Sayangnya ia terlalu ceroboh dan tidak fokus, sehingga ia..

BRAKK!!

Sebuah mobil menabrak Tori, tubuh Tori terlempar dan saat mendarat kepalanya membentur keras ke aspal, menimbulkan keluarnya darah dalam jumlah banyak.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa tersebut langsung menghampiri Tori yang sudah tidak sadarkan diri, untungnya ia masih bernafas. Hans mematung sejenak karena ia masih tidak mempercayai peristiwa tersebut, sampai seseorang yang sedang berlari untuk melihat keadaan Tori dan mengenai pundak Hans, ia baru tersadar. Hans pun lari menghampiri Tori yang berlumuran darah, bajunya yang putih kini menjadi merah karena terkena darah Tori yang keluar banyak. Hans mengangkat tubuh Tori dan membawanya masuk kedalam lokasi sekolah, beruntung ia membawa mobil, sehingga ia bisa membawa Tori ke rumah sakit.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hans memegang ponselnya dengan panik, ia bingung harus menghubungi siapa lagi selain keluarga Tori? Matanya sudah berkaca-kaca dan wajahnya terlihat merah, ia begitu khawatir dengan keadaan Tori. Perkataan si perawat terus terngiang di otaknya. "Ia kehabisan banyak darah dan harus mendapatkan donor darah dengan golongan darah O. Sayangnya rumah sakit kami sedang tidak ada suplay golongan darah O, tolong hubungi keluarganya untuk mendapatkan darah." Hans merasa bersalah, ia menganggap bahwa peristiwa tadi berawal dari tindakan egoisnya kepada Tori dengan menyuruhnya untuk berbicara.

Hans tau jika satu-satunya keluarga Tori yang memiliki golongan darah O hanyalanya mamahnya, tetapi di saat seperti ini, ia tidak bisa menghubungi mamahnya yang sedang menjadi bintang tamu di acara live, mengingat profesi mamah Tori yang beresiko tidak bisa di ganggu gugat. Vellian dan papahnya memiliki golongan darah A sama seperti Hans.

"WIN!" tiba-tiba Hans mengingat Win dan ia segera menghubunginya.

Beberapa saat kemudian Vellian dan papah Tori datang. Disusul dengan kehadiran Win yang masih memakai seragam sekolah, wajahnya sangat panik, serta dahinya berkeringat.

"Tori butuh pendonor golongan darah O, jadi siapa yang punya golongan darah O?" Hans bertanya kepada Vellian, Ridho (papah Tori dan Vellian), dan Win.

"Gue! Golongan darah gue O!"

TBC

[3] ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang