Chapter 9

1.5K 103 0
                                    

Tori melahap roti yang dilapisi selai kacang yang ada di tangan kanannya, ditangan kirinya digenggamnya sebuah gelas yang berisi susu coklat hangat. Disamping Tori ada Vellian yang aktivitasnya tidak beda dengan apa yang sedang Tori lakukan. Sedangkan di hadapan Tori dan Vellian duduklah laki-laki paruh baya dengan rambut yang beberapa helainya sudah mulai terlihat berwana putih. Beliau tidak makan roti seperti anak-anaknya, beliau lebih memilih makan nasi dengan sayur lengkap dengan lauk-pauknya.

Sebuah ruang makan yang terlihat di isi oleh seorang ayah tanpa istri bersama kedua anak kembarnya yang sedang bersama-sama melahap sarapannya, bukan keluarga yang genap memang, tetapi mereka selalu merasakan kehangatan diantara mereka. Kasih sayanglah yang membuat mereka hangat dan nyaman. Sesekali mereka saling memandang sambil mengunyah makanan kemudian tersenyum bersama.

Tori yang kini sudah menyelesaikan tugas makannya, bersiap untuk kembali ke tempat asalnya. Rumahnya yang ia tinggali bersama Mamahnya dan seorang pembantu rumah tangga.

"Pah, Tori pulang dulu ya, makasih sarapannya," Tori beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Papahnya untuk mengecup kedua pipi laki-laki yang paling ia sayangi tersebut.

"Hati-hati dijalan tor,"

"Oke pah," Tori menunjukan kedua jari jempolnya.

"Vel, yuk anterin gue pulang,"

"Bentar, gue minum susunya dulu,"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Kini Hans sedang menunggu seseorang datang, sudah pukul satu siang siang, itu berarti orang yang ia tunggu sudah telat satu jam.

Vellian meminta Hans untuk bertemu dengannya di cafe coffe. Tentu Hans tidak akan menolak permintaan teman yang sejak kecil sudah ia kenal. Masalahnya, jika Vellian telat datang, maka pertemuan mereka akan semakin singkat, karena Hans juga ada janji untuk pergi bersama Tori seperti yang dijanjikan kemarin sore saat di lokasi syuting.

"HANS!" teriak seorang perempuan yang ternyata adalah Vellian. Hans menghela nafas lega, akhirnya Vellian datang walaupun sudah sangat telat dengan membuat Hans harus menunggu kurang lebih satu jam.

"Maaf gue baru dateng, tadi gue bantuin papah dulu di restoran," Vellian menarik kursi yang hendak ia duduki.

"Iya ngga papa vel. Emang kita mau ngapain ketemuan segala? Ada yang pengin lo omongin?" ucap Hans tanpa basa-basi.

"Engga ko, gue cuma pengin pergi main sama lo aja, kan udah lama nih ngga pergi bareng,"

Hans sedikit bingung dengan dirinya sendiri, jam tiga sore ia harus sudah menjemput Tori di rumahnya, sedangkan Vellian mengajaknya untuk pergi jalan-jalan, apa Hans mengajak keduanya untuk pergi bersama? Itu bukan ide yang baik.

Untuk saat ini Hans akan memilih pergi bersama Tori, bagaimanapun Tori yang lebih dulu mengajak Hans untuk pergi.

"Sorry Vel, sore gue ada acara, jadi gue ngga bisa nemenin lo jalan-jalan,"

Terlihat jelas raut wajah kecewa dari Vellian. Ia ingin pergi bersama dengan laki-laki yang ia cintai di hari Minggu ini, tetapi tenyata rencananya gagal, dan ia tidak mungkin melarang Hans untuk pergi atau memaksa Hans untuk tetepa bersama dirinya.

"Yaahh.. yaudah deh ngga papa, lain waktu juga bisa,"

"Iya Vel, kapan-kapan lagi aja,"

"Emang lo mau kemana?" tanya Vellian yang mampu membuat Hans kehilangan kata-kata. Untuk saat ini ia lebih baik memilih jalan yang buruk, yaitu berbohong, dari pada jujur dan akan menimbulkan masalah.

Tetapi Hans bukan berbohong, dia hanya sedikit menutupi atau merahasiakannya, "Ada deh,".

Jawaban Hans membuat Vellian tidak puas dan sedikit curiga. Apa Hans punya pacar baru dan dia tidak mau memberitahunya?

"Ah yaudah deh. Eh, lo tau Win ngga?" Vellian mengganti topik pembicaran mereka untuk menutupi kekecewaan dirinya terhadap Hans.

"Ohh, Win? Iya gue tau, kenapa?"

"Apa Tori pacaran sama Win? Gue sering liat mereka berdua, dan mereka keliatan deket banget," perkataan Vellian mampu membuat Hans sedikit merasakan sakit hati. Win memang dekat dengan Tori, tetapi mereka tidak pacaran. Dan kedekatan mereka berdua mampu menimbulkan pernyataan-pernyataan bodoh yang tidak ingin Hans dengar dan pikirkan.

"Tori sama Win ngga pacaran, mereka cuma temen. Vel, lo mau pesen minuman apa?" Hans tidak ingin membahas topik yang menyangkut hubungan Win dan Tori, sehingga ia lebih memilih membicarakan topik lain. Karena membicarakan hubungan mereka akan menyakiti hati Hans, walaupun ia tau bahwa mereka berdua memang hanya berteman, tetapi tetap saja ia tidak suka membicarakan hal tersebut.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hans sudah sampai di depan gerbang rumah Tori, keningnya berkerut ketika melihat mobil merah yang terparkir tidak jauh dari mobilnya. Hans menganggap mobil tersebut adalah milik sorang tamu yang datang ke rumah Tori.

Hans yang hendak mengetuk pintu rumah Tori, mengurungkan niatnya ketika pintunya sudah terbuka dengan seseorang yang muncul dari dalam rumah Tori. Ia kenal dengan orang tersebut.

Win.

Hans sedikit bingung dengan Win yang muncul dari dalam rumah Tori. Rasanya wajah Hans hanya ingin menunjukan ekspresi kesal, tetapi ia tetap harus tersenyum layaknya seorang teman.

Hans tersenyum kepada Win, tetapi Win yang dingin tidak membalas senyuman Hans, ia hanya memandang Hans sekilas kemudian berjalan menuju mobil merah yang terparkir di depan mobil Hans.

"Eh Hans udah dateng? Yuk langsung pergi aja, gue udah siap kok," ucap Tori kepada Hans yang masih memikirkan alasan Win pergi ke rumah Tori.

"Win kesini ngapain?" tanya Hans yang sudah tidak sabar ingin mengetahui atas rasa penasarannya.

"Ohh, dia cuma mau kembaliin dompet gue yang ketinggalan di lokasi syuting. Kebetulan waktu dia ke sini, gue lagi di kamar untuk siap-siap pergi sama lo, jadi dia ketemunya sama Mamah, dan ngobrol bentar sama dia di dalem," penjelasan Tori dapat Hans terima, dan tidak membuat hati Hans kecewa atau semacamnya.

Dan, lain waktu, Hans mungkin akan mengajak Win berbicara secara empat mata sebagai seorang laki-laki. Karena Hans sedikit terganggu oleh kehadiran Win di tengah-tengah hubungannya dengan Tori.

"Yuk berangkat sekarang,"

TBC
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Makin gaje???
Maaf maaf maaf :(
Tapi, ttp harus vote ya, sebagai motivasi hehe.

[3] ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang