Chapter 10

1.5K 94 1
                                    

Sekarang Hans dan Tori tengah duduk di kursi bioskop sambil sesekali melahap cemilan yang mereka beli sebelum masuk. Tori sibuk dengan pikirannya yang mengikuti alur cerita dari film yang ditontonnya bersama puluhan orang. Sedangkan Hans sedang dalam keadaan bimbang, ia ingin membicarakan tentang hubungan mereka yang dapat dikatakan tidak jelas statusnya. Hans ingin mereka pacaran, tetapi Tori tidak, ia lebih memilih tidak pacaran dengan Hans daripada melihat Vellian sakit hati dibuatnya.

Hans menyentuh punggung tangan kiri milik Tori, membuat Tori yang sedang serius menatap layar bioskop beralih menatap wajah laki-laki yang duduk disebelah kanannya.

"Tor, apa lo suka sama Win?" pertanyaan Hans membuat kening Tori berkerut, ia bingung kenapa tiba-tiba Hans menanyakan hal tersebut.

"Engga lah, kenapa lo tanya soal gituan? Kalo mau ngobrol di cafe aja, jangan disini," Tori benar, di ruangan gelap ini kurang nyaman untuk mengobrol, apa lagi disekelilingnya ada orang-orang yang sedang memperhatikan jalan cerita dari film yang mereka tonton, pembicaraan Hans dan Tori akan menganggu, meskipun sekecil apapun suara mereka, akan tetap membuat orang lain merasa tidak nyaman. Tetapi Hans tidak peduli, ia ingin rasa bimbang, penasaran, kecewa, dan lainnya segera diselesaikan.

"Apa lo masih cinta sama gue?" Hans menggenggam telapak tangan kiri Tori.

"Lo tau sendiri jawabannya, kenapa harus tanya?"

"Kalo gitu, lo mau kan jadi pacar gue?" Hans menatap wajah Tori dengan penuh harap.

"Hans.."

"Kita sama-sama saling cinta, dan kita juga sama-sama pengin pacaran, kenapa kita ngga pacaran aja si tor?" Hans memotong pembicaraan Tori.

"Dengerin gue dulu! Udah kesekian kalinya lo nembak gue, dan hasilnya akan tetep sama, gue akan nolak lo dengan alasan yang sama! Vellian! Inget itu.." Tori ingin berteriak, tetapi ia sadar, itu akan membuat dirinya malu di depan orang banyak.

Pembicaran mereka memang pelan dan dengan suara yang setengah berbisik-bisik, tetapi akan tetap terdengar oleh orang yang duduk disekitar mereka. Untungnya tidak ada yang menegur ataupun merasa terganggu, mereka semua sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Kita bisa pacaran diem-diem kan tor?" Hans tetap mempertahankan ego-nya. Hans tidak mau jika Tori dimiliki oleh laki-laki selain dirinya.

"Apa lo gila?" sekarang Tori sudah tidak fokus dengan filmnya. Ia sekarang sibuk meladeni Hans yang tengah mempertahankan pendapatnya yang menurutnya sangat benar, dan terdengar nekat.

"Iya, gue gila karena gue cinta sama lo,"

"Apa sih artinya pacar? Kita ngga usah pake status pacar juga bisa kaya orang pacaran, jalan bareng, sering ketemu, gandengan tangan, dan segala macem. Kenapa kita harus pake status pacar?" Hans bungkam dibuat Tori. Nyatanya perkataan Tori memang benar. Mereka berdua sudah terlihat seperti sepasang kekasih meski tidak memiliki status. Jadi untuk apa status?

"Hans.. gue tau lo cinta sama gue, begitupun gue, tapi kita ngga boleh egois. Ada Vellian, dan gue ngga akan tega untuk sakitin hatinya. Kita bisa sama-sama saling menjaga, lo ngga boleh punya pacar, begitupun gue,"

"Jadi kita semacam hungungan tanpa status?"

"Mungkin," Tori tidak lagi menatap wajah Hans, ia menundukan kepalanya. Ia terlalu pusing dengan soal hubungannya dengan Hans.

"Gue akan nurut lo, apapun itu namanya, intinya lo itu punya gue, dan gue itu punya lo," kedua tangan Hans memegang pipi lembut Tori dengan kenyamanan dan kehangatan, membuat Tori tersenyum senang. Laki-laki disampingnya memang sering membuat dirinya ingin meloncat dan berteriak.

Ditengah kebahagian Hans dan Tori, dibelakang bangku mereka justru ada yang sedang bersedih, bahkan menangis sesenggukan. Dan, tidak ada yang menyadari itu.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Malam harinya, Hans meminta Win untuk bertemu di sebuah cafe. Hans dapat menghubunginya karena meminta nomor telepon Win kepada Tori. Untungnya Win tidak menolak permintaan Hans, sehingga dirinya merasa hari ini segala masalahnya akan segara terselesaikan.

Butuh waktu lima belas menit Hans untuk menunggu kedatangan Win. Kini keduanya sudah saling berhadapan dengan dua buah gelas berisi minuman segar sebagai pelengkap pembicaran yang direncanakan oleh Hans.

"Sorry ganggu lo malem-malem gini," Hans mulai membuka pembicaraannya yang diawali dengan sedikit basa-basi agar tidak terkesan terburu-buru.

Win tidak menanggapi ucapan Hans, ia tengah sibuk menyeruput milkshake coklatnya.

"Gue ajak lo ke sini cuma mau tanya beberapa hal,"

Win masih diam, tetapi wajahnya sudah menatap Hans, itu berarti dia sedang menunggu Hans untuk bertanya atau siap menerima pertanyaan dari Hans.

"Apa lo suka sama Tori?"

Pertanyaan Hans justru membuat Win tersenyum. Bukan tersenyum ramah, tetapi tersenyum dengan arti lain.

"Apa kita mau biacarain soal Tori?" Hans mengangguk untuk menjawab pertanyaan Win.

"Emang apa urusan lo kalo gue suka atau ngga suka sama Tori?"

Hans menyatukan alisnya, tidak menyangka jika laki-laki di hadapannya yang lebih muda darinya akan bertanya seperti itu.

"Jelas urusan gue, Tori sekarang punya gue, jadi gue akan menghalangi siapapun cowo yang suka sama Tori,"

"Apa lo cemburu sama gue?" Win berkata seolah sedang membicarakan hal yang tidak penting. Tutur katanya sangat santai dan membuat Hans sedikit kesal. Hans menganggap pembicaran kali ini sedang serius, tetapi Win menganggap remeh.

"Jelas gue cemburu, lo sama Tori keliatan akrab, makannya gue tanya tentang persaan lo ke Tori,"

"Kalo lo mau cemburu, pikir pake otak dulu. Tori anggep gue sebagai apa? Bukan temen apalagi pacar, tadi adik! Liat aja sikap dia ke gue gimana? Dia itu anggep gue sebagai anak kecil,"

Awalnya Win memang tidak apa-apa, tetapi kerena Hans mebuat dirinya terkesan seperti seorang PHO, membuat Win menjadi kesal dan akhirnya sedikit berontak dengan mengatakan hal yang kurang sopan untuk diucapkan dirinya kepada Hans yang umurnya setahun lebih tua.

Hans sedikit terkejut ketika Win dengan lantang mengucapkan beberapa kalimat barusan, tetapi Hans lega, karena ternyata Win tidak memiliki perasaan khusus terhadap Tori.

"Bagus deh kalo lo emang ngga punya perasaan sama Tori,"

TBC
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Keadaan lama-lama jadi panas hadeeh..

Vote + comment jangan sampai lupa!

[3] ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang