Hari sudah larut. Sekarang pukul setengah tujuh malam. Win masih menemani Tori di rumah sakit. Sesekali mereka mengobrol ringan sambil menonton televisi.
"Lo ngga cari pacar baru Win?" tanya Tori iseng sambil melahap buah anggur pemberian Win.
"Engga." Jawaban yang singkat dan sangat jelas itu membuat Tori memajukan bibirnya. Ia kesal dengan sikap jutek Win yang sangat keterlaluan. Tidak ada ramahnya sama sekali dan membuat bosan. Setidaknya jawaban yang diberikan ditambah kalimat alasan, itulah yang Tori mau.
CEKLEK
Suara pintu yang terbuka itu membuat Tori dan Win menoleh ke arah datangnya suara. Rupanya Ridho, papah Tori, ia datang. Ia membawa tas berukuran sedang yang mungkin berisi beberapa pakaian serta barang lainnya. Ridho yang melihat laki-laki asing duduk disamping Tori langsung tersenyum ramah sambil berjalan mendekat dengan tangannya yang terulur untuk memberikan jabatan tangan.
"Ini siapa?" Ridho bertanya dan Win membalas jabat tangan Ridho.
"Win om, temennya Tori." Win tersenyum, dan itu membuat Tori yang sedang kesal jadi semakin kesal. Ia tidak suka jika Win tersenyum kepada orang lain, ia sedikit iri karena ia selalu mendapatkan wajah datar dari Win.
"Ohh.. udah lama di sini?"
"Udah om, dari pulang sekolah. Niatnya di sini cuma sebentar, tapi ngga boleh pulang sama Tori."
Tori melotot ke arah Win. Tapi tidak ada yang salah dengan ucapan Win, hanya saja ia terlalu jujur.
"Kalo gitu Win pulang aja, udah ada om kok. Besok bisa ke sini lagi."
"Iya om, Win pamit pulang ya om."
Ridho menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Win membereskan barangnya, ia sempat mengluarkan handphone dan beberapa buku dari dalam tasnya. Setelah selesai, ia menggendong tas ranselnya. Lalu menganggukan kepalanya kepada Ridho sebagai tanda hormat. Ridho membalasnya dengan senyuman. Kemudian Win berjalan menuju arah pintu dan ketika ia hendak membuka pintu, Ridho memanggilnya kemudian berkata, "Eh, Win. Om mau minta tolong."
Win membalikan tubuhnya.
"Ada apa om?"
"Mamahnya Tori kan sibuk sama pekerjaannya, saudara kembar Tori juga sekolah, jadi om yang harus jagain Tori. Sebenernya om punya restoran yang harus om jaga, untuk sementara waktu, om tutup restorannya. Tapi om ngga bisa tutup restoran kelamaan, jadi om harus jaga restoran mulai lusa. Om minta tolong ke kamu untuk jagain Tori dari jam lima sore sampai jam sepuluh malam. Gimana?"
Win sepertinya keberatan dengan permintaan Ridho, buktinya ia hanya diam dan bingung harus menolak dengan berkata apa. Minggu depan ia sedang ada ujian akhir semester, sehingga ia harus fokus belajar. Tori tahu jika Win ingin menolak, kemudian ia membatunya untuk menjawab dengan berkata, "Jangan Win pah, dia kan cowo. Nanti kalo aku mau ke kamar mandi gimana? Aku minta tolong ke temen cewe aku aja pah."
"Justru cowo, dia jadi bisa jagain kamu. Kalo kamu ke wc kan bisa sendiri, ngga perlu minta bantuan orang lain."
"Iya om ngga papa."
Lagi-lagi Tori dibuat bingung oleh Win. Ia selalu memutuskan hal diluar dugaannya. Tidak menyangka jika Win ternyata setuju dengan permintaan Ridho.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Win meletakan beberapa bukunya di atas meja serta mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya. Hari ini ia mulai belajar di rumah sakit. Tori yang melihat Win sedang belajar menjadi merasa bersalah. Ia terlalu merepotkan orang lain. Seharusnya Win menolak permintaan papahnya, itulah yang Tori inginkan.
Saat ini Tori bingung harus melakukan apa, ia ingin sekali menonton televisi, tetapi ia justru akan mengganggu konsentrasi belajar Win. Akhirnya ia membuka beberapa situs jejaringan sosial di handphonenya. Ia membuka BBM, Line, Instagram, dan lain lain, isinya hanyalah status anak pelajar yang menyangkut dengan ujian. Ada yang berkata sibuk, malas, lelah, pusing, bingung, dan masih banyak lagi kicauan para siswa SMA yang sedang di landa ujian.
Sudah lebih dari tiga jam Tori hanya menyentuh layar handphone. Bosan. Satu kata yang menggambarkan Tori saat ini. Dirinya ingin sekali bisa melakukan hal lain sesukanya. Tori mendengus kesal. Ia membuang nafas dengan berat.
Pukul setengah sembilan malam. Nampaknya Win sedang beristirahat, buktinya ia sedang berdiri sambil merenggangkan ototnya dan menguap. Win mengambil laptop dari dalam ransel hitamnya. Ia berjalan ke arah Tori dan memberikannya kepada Tori.
"Di laptop gue ada banyak film, tonton aja biar lo ngga bosen. Oiya, lo nonton pake headset, biar gue ngga ke ganggu."
"Kenapa ngga dari tadi sih Win, gue bosen banget. Tapi, makasih deh.."
Hari berikutnya, Win membawakan novel untuk Tori. Tori terlihat senang dan sangat antusias saat membaca novel dengan jumlah halaman sebanyak lebih dari lima ratus halaman tersebut. Ia langsung tamat membaca pada hari itu juga. Besoknya, Win membawakan beberapa komik yang membuat Tori sering tertawa sampai terkadang Win terganggu.
Win selalu membawakan sesuatu yang membuat Tori senang dan tidak bosan. Itu sangat menguntungan bagi keduanya, Tori yang tidak bosan dan Win yang bisa fokus belajar.
"Tor, lo kapan bisa pulang dari rumah sakit?"
"Kata dokter gue pulang dua hari lagi. Kenapa?"
"Kalo besok gue bawain buku pelajaran buat lo gimana? Kan lo juga harus belajar untuk ujian susulan."
"Bener juga ya.. Oke besok lo bawa buku pelajaran gue aja."
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Win berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dipundaknya terdapat tas ransel yang bermuatan lebih berat dari biasanya. Ia membawa buku-buku pelajaran untuk Tori, itulah yang menyebabkan tasnya menjadi lebih gemuk dari biasanya.
Win sudah berjalan jauh dan hampir sampai, tinggal sepuluh meter lagi ia akan sampai di depan kamar Tori. Dari kejauhan, matanya dapat menangkap sosok manusia yang sedari tadi berjalan bolak-balik di depan pintu kamar bernomor 214 itu. Langkah Win yang semakin dekat menjadi memudahkan matanya untuk melihat siapa seseorang tersebut. Ternyata Hans.
Win memanggil Hans yang tidak sadar dengan kehadirannya. Sepertinya ia sedang tenggelam dalam pikirannya sampai-sampai tidak sadar sama sekali ketika Win berdiri tepat disampingnya.
"Hans?"
"Win?"
"Kenapa lo ngga masuk?"
" E.. gue takut kalo Tori ngga mau ketemu sama gue."
"Kalian berdua masih ngga akur?"
"Iya Win, dan niatnya gue kesini untuk ngomong beberapa hal sama Tori."
"Saran dari gue, lo temuin dia setelah dia selesai ikut ujian susulan. Biar dia fokus sama belajarnya dulu."
"Gue setuju sama lo. Thanks sarannya. Gue pamit Win." Hans memberikan senyuman kepada Win kemudian ia melambaikan tangannya, selanjutnya ia berjalan meninggalkan Win yang sedang berdiri sambil berfikir suatu hal yang sedikit menggangunya beberapa hari ini.
Win kemudian sadar, seharusnya ia masuk ke dalam, bukan berdiri saja di koridor.
Tok tok tok
"Masuk.." terdengar suara Tori dari dalam kamar. Win langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam.
Ia meletakan tas ranselnya yang berat itu dengan pasrah dan kelegaan. Akhirnya ia bisa melepas benda berat itu dari pundaknya. Pundaknya menjadi sedikit terasa pegal karena beban dari tas raselnya.
"Nih gue bawa buku mapel ipa buat lo."
"Ipa? Berarti ada fisika, biologi, kimia?"
"Iya."
"Astaga Win. Buku Ipa gue kan tebel-tebel, pasti lo keberatan."
"Ngga papa. Oiya Tor gue mau tanya." Win menghentikan aktivitasnya yang sedang mengeluarkan buku-buku milik Tori untuk menanyakan hal kepada Tori. Ia menatap Tori dengan wajah datarnya yang biasa ia lakukan.
"Ada apa?"
"Kalo gue suka sama lo gimana?"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Butterfly
Novela JuvenilKupu-kupu adalah mahluk yang rapuh namun sulit digapai. Sama seperti dia.