Chapter 28 (End)

1.8K 90 1
                                    

Author pov

Jam menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Tori duduk di depan gedung pemotretan sendirian, sebenarnya tidak sendirian, hanya saja ia merasa sendiri, karena tiga orang yang bersamanya tidak ia kenal. Mereka mungkin karyawan di sana. Tori sedang menunggu Win menjemputnya, ia harus menunggu lebih dari setengah jam karena jarak dari rumah Win lumayan jauh dari lokasi pemotretan Tori. Sebuah ujian dimana Tori harus berlatih kesabaran.

Lucunya, Tori bukannya mengharapkan Win cepat datang untuk menjemputnya, melainkan sebaliknya. Alasannya adalah nanti saat ia berada di mobil bersama Win, ia berencana akan mengatakn suatu hal yang seharian sudah ia pikirkan, itu membuat diri Tori merasakan gugup, sehingga Tori mengharapkan Win sampai lebih lama lagi. Suatu hal tersebut berisikan keputusan yang sudah Tori ambil secara matang. Rasa lelah Tori seketika hilang tergantikan oleh rasa gugup yang melanda hatinya, padahal ia sudah beraktifitas dari pagi hingga sekarang, malam yang waktunya orang-orang untuk beristirahat.

Sebuah mobil merah berhenti tepat di depan Tori yang sedang duduk sambil melamun. Sepertinya Tori tidak menyadari kehadiran Win, sampai Win harus membunyikan klaksonnya berkali-kali.

Dinnn!
Dinnn!

Rupanya suara klakson milik mobil Win tidak membantu menyadarkan lamunan Tori, oh salah, sepertinya Tori kini bukan lagi sedang melamun, tetapi ia sedang dilanda gugup yang teramat sangat hingga tidak memperhatikan aktifitas orang lain disekelilingnya. Orang-orang justru terganggu dengan suara klakson mobil Win, sehingga ia sedikit merasa bersalah telah mengganggu kenyamanan pada malam hari dan merasa kesal karena Tori tidak kunjung menghampirinya. Itu adalah peristiwa lanka yang baru pernah terjadi. Biasanya saat mobil Win datang, Tori dengan bergegas langsung menghampirinya, tetapi kali ini berbeda.

Akhirnya Win memutuskan untuk turun dari mobilnya dan menghampiri Tori yang sedang sibuk dengan imajinasinya itu.

"Tor, ayo pulang. Udah malem.." Win menyentuh pundak Tori.

Sepertinya Tori terkejut bukan main, setelah ia merasakan sentuhan tangan seseorang di pundaknya, ia langsung berdiri dan hampir berteriak. Aneh. Tingkahnya malam ini begitu aneh hingga Win saja tidak percaya bahwa di depannya saat ini adalah Tori, ia seperti kerasukan setan.

"WIN? Ahh lo bikin gue jantungan aja.." Tori mengelus-elus dadanya. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, entah karena ia terkejut, atau karena ia merasakan suatu hal yang lain, misalnya karena ia bertemu laki-laki di depannya itu.

"Gue ngga kagetin lo Tor, gue cuma mau manggil lo, cepetan masuk mobil. Udah malem," Win berjalan meninggalkan Tori yang kini hendak membuntuti Win menuju tempat dimana mobil Win terparkir.

Saat ini mereka sudah duduk nyaman di dalam mobil Win yang sedang ia jalankan dengan kecepatan sedang, tetapi, rasa nyaman tersebut sepertinya tidak bagi Tori. Sedari tadi ia seperti kupu-kupu yang hendak keluar dari kepompongnya, tidak bisa tenang karena gelisah.

"Lo kenapa si Tor? Laper? Mau mampir makan dulu?"

"Hah?? E- engga Win. Gu-gue ngga laper.." terdengar sangat aneh di telinga Win saat Tori tergagap saat sedang berbicara.

"Dari tadi gue liat lo ngga bisa diem," ucap Win yang membuat Tori semakin gelisah.

Sepertinya Tori akan mengatakan suatu hal kepada Win sekarang juga, buktinya ia sedang berusaha tenang dengan melakukan aktifitas tarik nafas dan membuang nafas secara berulang-ulang.

"Win, gue mau ngomong penting ke lo. Lo dengerin baik-baik sambil nyetir bisa kan?"

Win menganggukan kepalanya.

"Kemarin Hans nembak gue," kalimat singkat yang Tori ucapkan mampu membuat Win menatap Tori sekilas, hanya sekilas, rasanya Win ingin mendengarkan Tori berbicara dengan kedua matanya yang menatap langsung mata Tori, tetapi keadaan tidak mendukung, sekarang ia sedang menyetir dan tidak boleh memalingkan pandangan dari jalan raya.

[3] ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang