Cut! Cut ..!!
" Li kenapa? Kurang fokus kayaknya ?"
Ali linglung sendiri mendengar pertanyaan dari sang sutradara, " Maaf Om, perut Ali gak enak banget. Kayak di peres gitu rasanya "
" Sakit ?"
Di bilang sakit tapi Ali merasa badannya baik - baik saja, hanya perutnya saja yang selalu terasa mual dan ingin muntah. " baik - baik aja sih kayaknya "
" mau istirahat dulu apa mulai take lagi ?"
" Take aja Om, Bismillah "
Lelaki itu mencoba memfokuskan dirinya, lalu dia bersyukur karena akhirnya scene terakhir bisa ia laksanakan dengan baik. " Maaf ya Om, gara - gara Ali jadi lama "
" gak apa - apa Li ", ucap lelaki paruh baya itu dengan berdiri lalu menepuk pundak Ali.
Ali masuk kedalam rumah tempat para pemain istirahat, dia mengemas barang - barangnya dengan sang asisten. Dia harus pulang, karena semalaman dia tidak pulang.
***
" Assalamualaikum "
Lelaki itu mengerutkan keningnya saat melihat suasana rumah yang begitu sepi seperti tak berpenghuni. " Maa .. "
Kemana pun perginya, yang dicari pertama kali pasti Mama. Tidak melihat Mama sebentar langsung bertanya pada siapapun. Se-spesial itu sosok Mama.
" Mama .. Ali pulang, Yanggg ", lelaki itu tidak berputus asa untuk terus berteriak, padahal dia bisa mencarinya langsung.
" ini orang - orang pada kemana sih? Masa gak ada semua tapi pintu gak di kunci gitu "
Akhirnya lelaki itu mendumel tidak jelas, dengan memainkan ponselnya untuk melihat sosial media miliknya yang sudah lama tak tersentuh. " ini artis - artis tanah air pada kenapa sih? Bulan puasa bukannya taubat malah maksiat. Eh, astaghfirullah "
Ali mematikan ponselnya melemparnya kesamping, jika terus memainkan sosial media dia yakin pasti hati dan mulutnya banyak membicarakan orang lain. Dia tidak ingin amalan puasanya hilang begitu saja hanya karena membicarakan orang lain di belakang.
Lelaki dengan alis tebal itu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, kepalanya menengadah dengan tangan yang menutupi matanya. Dia terpejam, namun tidak dengan telinganya. Sayup dia bisa mendengar langkah seseorang yang sepertinya mendekat kearahnya.
" Li, hey! Bangun Nak ", lelaki itu menggeliat dengan mata yang terbuka sebelah. Sungguh menggemaskan.
" Ma, darimana?"
" dari rumah Ande, tadi katanya Mami jatuh di kamar mandi ", dengan cepat Ali terlonjak kaget. " sekarang keadaannya gimana?"
Belum sang Mama menjawab, Ali sudah lebih dulu berjalan ke belakang rumahnya kemudian membuka gerbang yang menjadi penghubung rumah Mamanya dan sang Tante yang kerap Ali panggil Ande.
" Mii,.. " teriak Ali dengan berjalan tergesa - gesa untuk menemui neneknya yang sedang duduk di sofa yang di kelilingi anak, cucu dan menantu. " Mi, Mami gak apa - apa kan? Apa yang sakit ? Sini Ali pijat "
Semua atensi tertuju pada Ali yang heboh berlutut didepan sang Nenek yang hanya tersenyum sebagai jawaban. " Mami gak kenapa - kenapa Li, tadi sedikit pusing tapi sekarang udah baikan "
Ali menyimpan kepalanya dipangkuan neneknya, dan dengan lembut sang nenek mengelus rambut cucu kesayangannya. Sungguh, Ali begitu menyayangi sosok wanita paruh baya itu, dia adalah Ibu kedua untuk seorang Ali yang sedari kecil lebih sering dititipkan pada neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING LIKE US [ PDF ]
Fanfiction[ HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, SELALU TINGGALKAN JEJAK KOMEN ATAU LIKE ] •Cover mentahan by Pinterest• Find me on Instagram : Msy.susan Twitter : @msysusan_ Copyright msysusan_