Part 20

88 6 0
                                    

Lima hari kemudian...

Di suatu taman yang terlihat damai, berdirilah sosok namja yang terlihat kebingungan dengan dirinya. Hanya ada dirinya di sana dan sebuah pohon maple yang rindang juga di bawahnya terdapat kursi panjang. Namja itu terlihat kebingungan. Kenapa ia bisa berada di sini? Bukankah taman ini...

“Apa kau benar-benar tak ingat tempat ini, Park Ji Min?” Seseorang berujar di belakang namja itu. Ji Min berbalik dan ia terhenyak melihat seorang namja yang sangat mirip dengannya, benar-benar mirip, bahkan jika mereka jalan beriringan, orang-orang akan mengira mereka anak kembar.

Hanya saja namja itu menggenakan pakaian serba putih, sedangkan Ji Min sendiri memakai pakaian rumah sakit.
“Ka... kau... siapa? Kenapa kau mirip sekali denganku?” ucap Ji Min terbata-bata. Namja itu tersenyum penuh arti. “Aku hanya sebagian dari dirimu yang hilang.” Namja itu berjalan mendekati Ji Min, sedangkan Ji Min sendiri malah terlihat memasang kuda-kuda. “Jangan mendekat atau kubunuh kau!”
Namja itu menghentikan langkah kakinya dan sedikit terkekeh.

“Lihat di belakangmu.” Ji Min menurunkan kepalan tangannya dan berbalik, menghadap pohon maple dan bangku panjang yang sempat ingin ia duduki. Ada dua anak kecil namja dan yeoja yang sepertinya tengah bermain bola di bawah pohon, juga ada seorang anak kecil yang tengah duduk di kursi panjang itu sembari memainkan mobil-mobilannya.

“Chim! Berikan bolanya padaku! Atau akan kuadukan pada Ahjumma.” Yeoja kecil itu terlihat kesal dengan teman namjanya yang tengah asyik menggiring bola, sesekali menghentak-hentakkan kakinya lucu. “Kau harus merebutnya sendiri, You Ra-ah. Itu cara mainnya.” Namja kecil itu tetap menggiring bola tanpa mempedulikan.

“Hyung, Nuna... aku lapar.” Kedua anak itu menoleh pada bocah kecil yang sepertinya lebih muda satu tahun dengan mereka. “Kookie-ah, aku juga lapar. Ayo kita beli tteokbeoki di Ahjumma Kim. Kajja.” Tangan mungil yeoja itu terjulur dan dibalas oleh bocah itu. Kedua anak itu berjalan beriringan meninggalkan namja kecil yang kini meneriaki nama mereka.

“Kalian mau kemana? Tunggu aku!” Namja kecil itu menyusul kedua anak itu. Merekapun berjalan beiringan meninggalkan taman itu. Ji Min tersenyum tipis melihatnya, tampak setetes air mata menghiasi pipinya. “Bogoshippeo, You Ra-ah... Kookie-ah,” gumamnya sembari menghapus air mata itu.

“Sudah saatnya kau mengakhiri sandiwara ini, Ji Min-ah. Berhentilah berpura-pura menjadi orang lain di hadapan mereka dan tunjukkan dirimu sebenarnya.” Ji Min tersenyum tipis begitu ucapan lembut namja di sampingnya itu terdengar di telinganya. “Aku akan mengakhirinya. Hanya itu. Dan, aku akan segera menjauh dari mereka. Aku tidak akan mengatakan siapa diriku, aku hanya akan mengakhirinya. Itu saja.”

“Apa kau akan percaya jika kukatakan kalau You Ra menangisimu saat ini?”
“Tidak. Itu hal yang mustahil. You Ra membenciku dan...”
“Hiks... chim... hiks... eottokhae?... hiks” Ji Min terdiam sembari meresapi isakan tangis seorang yeoja yang menyeruak masuk ke telinganya. Ia kenal suara ini. Siapa lagi kalau bukan You Ra pemiliknya?

“You Ra? You Ra-ah!” Ji Min celingukan mencari sosok yeoja itu, nihil. Hanya ada dia dan namja kembarannya itu. “Aku sudah bilang padamu dia menangisimu. Apa kau masih tidak percaya?”
“Dimana You Ra? Katakan dimana dia?” Raut wajahnya menunjukkan kepanikan. Saat ini, ia benar-benar ingin bertemu dengan yeoja itu dan menenangkannya, berkata padanya bahwa ia baik-baik saja.

“Aku tidak tahu. Kalau kau ingin kembali, percuma saja. Tidak ada cara.”

“Lalu, aku harus bagaimana?”

“Bangunlah.”

“Mwo?”

“Kubilang bangun!”

Love in High School Mode OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang