Part 11

104 10 0
                                        


“Saem... aku...” Sepertinya Yong Kyung tak sanggup meneruskan ucapannya. “Aigo jinja... kau mau menyalahkanku karena kau dikeluarkan? Sungguh anak kurang ajar. Padahal, yang kutahu ayahmu adalah seorang presdir perusahaan peminjaman uang. Bagaimana bisa anaknya tidak bisa melunasi administrasi hingga dikeluarkan seperti ini?”
Yong Kyung semakin meremas roknya mencoba menahan emosi yang hampir saja keluar.

Bagaimana wanita itu mengenal ayahnya? Itu karena ayahnya pernah menghadiri acara pertemuan wali murid di SOPA dan itu tak pernah menjadi dugaannya. Ayahnya datang ke sekolahnya? Itu hal yang membuat Yong Kyung semakin membenci ayahnya.
Itupun hanya sekali. Walaupun Yong Kyung dan ayahnya tidak pernah berhubungan, tapi sosok pria itu tetap mengawasi anaknya lewat berbagai jalur, hingga ia tahu seluk beluk kehidupan Yong Kyung sekarang.

“Saem... aku menerimanya... aku menerima aku dikeluarkan dari sekolah... tapi...,”
“Tapi, apa? Kau mau menuntutku?” Yong Kyung kembali mengarahkan tatapannya pada guru itu. “Tapi..., kurasa kau salah orang. Dia bukan ayahku. Permisi.” Siswi itu bangkit dan langsung melangkah keluar ruangan. Tapi, sebelum itu,
“Tunggu sebentar. Bawa ini.” Park Saem menyodorkan sebuah amplop lebar, membuat Yong Kyung berbalik menghadap wanita itu. “Aku hanya menawarimu. Tak apa kalau kau tidak mau.” Walaupun tidak mengerti maksudnya, Yong Kyung tetap menerima amplop itu dan segera pergi.

Park Saem terus memandang punggung Yong Kyung hingga tak terlihat. “Hm... Lee Sajangnim bukan ayahnya? Lalu, kenapa dia mengaku sebagai ayahnya saat pertemuan itu?” Otaknya berpikir keras mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan di benaknya. Tak sampai lima belas menit, dirinya sudah kembali disibukkan pada pekerjannya.

Di sisi lain...

Baiklah, ia seperti hantu wanita yang berjalan tak tentu arah menyusuri koridor. Hari ini adalah hari kematian sosok Lee Yong Kyung di sekolahannya. Sekarang, tak ada alasan baginya untuk tetap hidup di SOPA High School. Tangannya meremas amplop cokelat itu tidak peduli ada beberapa dokumen penting di dalamnya.

Kunjungan terakhirnya adalah ruang kepala sekolah yang ia pikir akan membantunya, tapi malah sebaliknya. Tidak ada bedanya dengan keputusan sang bendahara sekolah. Dengan kata lain, ia ditendang dari sekolahnya sendiri. Tak menutup kemungkinan Yong Kyung akan mengurung diri di rumahnya setelah menerima kejadian mendadak ini.

Setelah berganti seragam dan mengemasi barang-barangnya, sebenarnya Yong Kyung ingin memberitahu kepada ketiga temannya, Ri Rin, You Ra, dan Ho Seok. Tapi, saat melewati kelas mereka bertiga yang berbeda tempat, langkah Yong Kyung terhenti ketika melihat ketiganya tengah menatap serius whiteboard kelas masing-masing. Yeoja itu hanya tersenyum asam melihat keseriusan mereka dan tidak mau mengganggunya.
Kini, Yong Kyung kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini, ke arah aula olah raga. Lagi-lagi, ia tersenyum asam melihat pelatih yang memberikan beberapa nasihat untuk pertandingan nanti, para pemain juga tampak serius, sesekali menganggukan kepala karena mengerti dengan penjelasan sang perlatih.

Ingin sekali ia menemui mereka sekaligus berpamitan. Tapi, pikiran tentang ia tidak mau menganggu mereka kembali muncul dan yang ia pilih adalah, berjalan pulang ke rumah tanpa ada yang tahu bahwa ia dikeluarkan. Tapi, ia juga tahu tak akan lama lagi, berita ia dikeluarkan akan meluas ke seluruh sekolah.

***

Tiga hari kemudian...

Kyu Hyun membenahi dasi sekolahnya sebelum ia benar-benar keluar mobil, ia juga siap mental ketika siswi-siswi itu kembali mengerumuninya. Ia keluar mobil dan langsung menghirup udara pagi itu. Ini di luar dugaannya. Tak satupun siswi-siswi mengerumuninya. Malahan tatapan aneh yang ia dapat dari siswa-siswi yang berpapasan dengannya.

Ada yang aneh. Tapi, di satu sisi, ada rasa kelegaan di benak idola itu. Ia tidak harus berlarian menembus kerumunan para siswi juga fansnya. Tanpa perlu berpikir panjang, Kyu Hyun melangkah santai memasuki halaman sekolah. Mungkin yeoja-yeoja itu sudah kena marah guru di sini karena sudah membuatku berlari, pikirnya sembari sesekali memandang siswi-siswi yang sedikit bertingkah aneh di depannya.

Love in High School Mode OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang