Part 16

109 8 0
                                    

Rumah Sakit...

Sedari tadi tangannya terikat, kakinya tak bisa diam karena terlalu khawatir akan sosok namja yang terbaring lemah di ruangan yang ia belakangi itu. Pikirannya kalut, keringat dingin terua mengalir di dahinya, air matanya juga tak mau berhenti.

Sedari tadi hanya lantunan doa yang ia keluarkan, berharap namja itu baik-baik saja.
Derap langkah kaki beberapa orang tertangkap jelas di telinganya. Mata sembabnya menoleh dan samar-samar terlihat Ho Seok, Ri Rin, Jung Kook, juga Pelatih Kim sedang berlari ke arahnya. “Bagaimana? Dia baik-baik saja, kan?” Bisa ia lihat betapa khawatirnya Pelatih Kim terhadap salah satu anak didiknya itu.

You Ra hanya menunduk tak berani menampakkan wajahnya. “Bagaimana? Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Ho Seok dengan nafas terengah-engah. Beruntung kejadian ini terjadi setelah Ri Rin dan Ho Seok sudah selesai dengan lomba mereka, jadi mereka bisa terfokus pada lomba tanpa memikirkan yang lain. Lagi pula, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit dimana Eomma Choi dirawat.

Jung Kook menempatkan dirinya duduk di samping kakaknya. “Gwaenchanna, Nuna. Ji Min Hyung pasti baik-baik saja,” ucapnya mencoba menenangkan yang sebenarnya tak berpengaruh apapun pada kakaknya itu. Sedari tadi hanya Ji Min yang menghantui pikirannya, ia hanya takut keterangan dokter nantinya hanya akan membuatnya menangis lebih kencang.

Ia juga tidak tahu kenapa ia sekhawatir itu dengan Ji Min yang notabene adalah orang yang paling ia benci. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini ia mulai terbuka dengan Ji Min dan ia baru saja menyadari kalau Ji Min bukanlah orang yang patut menyandang status ‘orang yang paling dibenci’ di hidupnya.

Ceklek... Pintu yang sedari tadi diam kini mulai terbuka dan menampakkan seorang pria umur empatpuluhan dengan setelan jas dokter keluar dari ruangan. “Bagaimana, Dokter? Bagaimana keadaan Ji Min?” Pelatih Kim adalah orang pertama yang menyambut kemunculan dokter dengan pertanyaannya.

Pria itu hanya diam, tapi wajah seriusnya sudah cukup membuktikan kalau Ji Min tidak baik-baik saja. “Mana keluarganya?” tanya dokter. “Kami berdua, Dokter.” Pelatih Kim sedikit terkejut ketika You Ra bangkit dan langsung menunjuk dirinya dan yeoja itu sebagai keluarga dari Ji Min.
“Mari ikut saya ke ruangan.” Pelatih Kim maupun You Ra tampak bergerak mengikuti dokter itu. Sedangkan, Ri Rin, Ho Seok, dan Jung Kook terlihat memasuki ruangan dimana Ji Min terbaring di atas kasurnya.

Mereka bertiga tak dapat menahan keterkejutan masing-masing lagi melihat Ji Min terbaring lemah dengan beberapa alat medis menancap di tubuhnya. Bahkan, untuk hiduppun, namja itu dibantu melalui tabung oksigen juga sebuah monitor penanda detak jantung pasien. Alat-alat itu sudah cukup membuat mereka berpikir kalau Ji Min tidak baik-baik saja.

Ri Rin tak kuasa menahan air matanya lagi. Pasalnya, ia teringat ibunya yang sama nasibnya dengan Ji Min, walaupun sekarang lebih baik daripada yang dulu. “Jung Kook-ah, mianhae. Aku akan mengantar Ri Rin ke bangsal ibunya dulu. Kau tak apa, kan kutinggal?” Jung Kook hanya mengangguk pelan, ia benar-benar tak punya semangat lagi hari ini. Seharusnya ia senang dan mungkin saat ini ia sudah berpesta karena nuna juga teman nunanya itu menang atas kompetisi itu. Tapi, kenapa malah jadi seperti ini?

“Gwaenchanna, Jung Kook-ah. Ji Min namja yang kuat, ia pasti bisa melewati ini.” Ho Seok sempat memberikan ketenangan adik temannya itu, tapi ia juga tak dapat menghindari rasa sedihnya melihat Ji Min. “Kajja, Ri Rin-ah.” Ia juga tak mau melihat Ri Rin terus-terusan menangis di hadapannya.

Taman belakang rumah sakit...

“Uljima. Kau tak mau, kan ibumu melihatmu menangis? Uljima, Ri Rin-ah.” Tak henti-hentinya Ho Seok menenangkan Ri Rin yang terus terisak karena keadaan Ji Min masih terngiang di benaknya. “Melihatmu seperti ini malah membuatku sakit, Ri Rin-ah.” Dan, hanya Ho Seok dan Tuhan saja yang mengetahui kalimat yang diucapkannya itu.

Love in High School Mode OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang