Sadis (1)

26K 913 26
                                    

Aaaaaaaaak ...

Pria itu berteriak kencang, kala belati itu menggores kulit dadanya dalam. Goresan luka itu membentuk lukisan abstrak yang menyeramkan. Cairan pekat berwarna merah mulai mengalir perlahan membasahi lantai kusam yang lembab.

Sosok bersurai hitam itu menyeringai kejam melihat korbannya yang tak berdaya.

Dia berjalan pelan menuju kotak hitam berbahan Kayu yang terdapat di pojok ruangan dengan jendela besar yang sebagian kacanya hancur, di bingkai tirai kusam yang ternoda oleh cairan merah pekat yang telah mengering. Bau anyir darah tercium samar.

Dengan tenang dia mengambil sebuah tang panjang, dan melangkah kembali ke arah korbannya yang tak berdaya. Lelaki itu melebarkan matanya panik, tubuhnya bergerak gelisah, berusaha untuk melepaskan diri dari kukungan tali yang mengelilingi kedua kaki dan tangannya.

Pria itu mencengkram rahangnya keras dan mendongakkannya ke atas. Ruangan itu terlihat gelap dengan cahaya yang sangat minim, wajah sang pria tidak terlihat jelas, karna tertutup jubah hitam bertudung yang menutupi sebagian parasnya.

Sebelah tanganya yang memegang belati, menancapkan sekuat tenaga ke paha sang korban, yang terduduk lemas di kursi kayu dengan kedua tangan terikat ke belakang.

korbannya lalu berteriak keras, seketika pria itu menarik lidahnya dengan tang, hingga pria itu menggelepar dengan mata melotot.

Lidah yang sudah terkoyak dan hampir tidak berbentuk menempel di ujung tang. Dari mulut korbannya, darah menyembur deras.

Korban yang sudah tidak berdaya dan hampir meregang nyawa dengan tubuh bergetar hebat di tatapnya tanpa iba, lalu dengan sekali ayunan, sebuah kampak besar di hantamkannya ke leher lelaki itu hingga terputus dan menggelinding ke lantai.

Darah merah pekat itu membasahi tubuh dan wajahnya. Pria itu membuka tudung yang sejak tadi menutupi kepalanya, wajah tampannya terlihat jelas, dengan sorot dinginnya dia menatap tajam ke arah anak buahnya yang berdiri membisu dengan ekspresi kaku.

"Bereskan mayatnya!" Perintahnya tegas, sambil menjauh meninggalkan pondok tua tersebut, dengan bersiul pelan menyanyikan musik kematian.

TBC

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang