dia! (17)

7.6K 495 3
                                    

She membuka matanya perlahan. Seketika kegelapan menyergapnya hingga semuanya tampak samar. Jauh di depan sana, ia melihat cahaya lampu di sudut ruangan yang berbeda.

She mengeluh pelan saat mencoba untuk menoleh. kepalanya masih terasa pusing dan berat. She mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan.

She mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi ikatan yang terlalu kuat dari tali yang mengikatnya membuat dirinya tidak dapat bergerak seincipun, gadis itu terikat di atas kursi kayu dengan masing-masing tangan yang juga di lilit kencang pada pegangan bangku.

She mencoba untuk menggali ingatannya kembali, saat itu dirinya tengah tertidur pulas ketika sebuah tangan besar membekap mulutnya dengan saputangan katun berbau menyengat yang telah mengakibatkan kesadarannya menghilang.

"Kau sudah sadar rupanya." Sebuah suara berat menyapanya, membuat tubuh She menegang dengan sikap waspada. Entah kenapa She merasa suara bernada berat itu seperti tidak asing di pendengarnya. She menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan mencoba mencari arah sumber suara.

Tiba-tiba ruangan menjadi terang benderang, membuat She secara repleks memejamkan matanya ketika rasa silau menyergap pandangannya, ia kembali membuka matanya ketika mulai terbiasa dengan cahaya tersebut.

She terbelalak menatap sosok di depannya tak percaya. Seorang pria dengan kekehan dan aura hitamnya menatap Sheron dingin. Tidak ada senyum kehangatan dan tatapan penuh kasih yang biasa lelaki itu berikan padanya.

She merasa, ia seperti bertemu dengan orang yang sangat berbeda, benar-benar berbeda.

"Om Hendra?" Ucap gadis itu tak percaya.

"Apa khabar keponakanku sayang, terakhir kita bertemu pada saat pernikahan anakku Kenzo, kau jahat sekali jarang mengunjungi Pamanmu ini," ucapnya lembut, tapi dengan seringai liciknya.

"Apa maksud darisemua ini Om, kenapa Om tega menculikku?" tanya gadis itu dengan tatapan lemah.

"Tanyakan itu pada Ayah sialanmu, dia yang telah merebut segalanya dariku, cintaku dan semua kebahagiaanku!" teriak Om Hendra murka.

"Ayahmu dengan segala kesempurnaannya telah menghancurkan semua kebahagiaanku, hidupku, dan segala harapanku. Kau pikir apa yang membuatku tetap sendiri setelah kematian istriku, itu semua karna perbuatan dari Ayah brengsekmu!" hardik Hendra sambil menghantam sebuah meja kayu hingga terbelah menjadi dua. sorot mata lelaki setengah baya itu tampak membara, akibat dari memendam semua kebencian dan amarah yang selama bertahun- tahun ini di tahannya dari seorang Johan, saudara kandung yang sangat di bencinya.

"Dan sekarang aku akan merenggut satu-satunya kebahagian lelaki brengsek itu. Maaf ponakanku sayang, sebenarnya Om sangat menyayangimu, tapi karna kau adalah turunan dari Johan maka kau pun harus mati. Jangan takut, setelah ini aku akan mengirim Mamamu juga untuk menyusulmu." Ucap Hendra dengan seringainya kejamnya.

"Cih! padahal aku telah menyewa seorang pembunuh bayaran handal untuk menghabisimu, tapi dia terlalu lamban, oleh karena itu aku menghabisi semua anak buahnya, dan lelaki bodoh itu mungkin tengah sekarat sekarang," ucapnya senang.

"Jadi Om yang melakukan semua ini, Om yang telah menembaknya?" tanya She dengan tatapan terluka.

"Oh sayang jangan bersedih, apa kau mulai mencintainya, aku tidak menyangka kalau dia juga telah mencuri hatimu." Ucap Hendra mendramatisir.

"Baiklah, sudah cukup kita berbincang hari ini. Sekarang saatnya kau untuk mengucapkan perpisahan pada dunia. Om berjanji akan melakukannya dengan cepat, sehingga kau tidak sempat merasakan sakit," ucapnya lembut sambil mengusap pelan kepala She.

Dengan tenang lelaki itu berjalan ke sebuah meja besar lainnya, di sana tampak beberapa anak buahnya yang berdiri sambil berjaga-jaga. Dengan tenang Hendra membuka salah satu laci tersebut dan mengambil sepucuk pistol di sana, kembali berjalan mendekati She dan mulai mengarahkan pistolnya ke kepala gadis itu.

"Ada permintaan terakhir sayang?" Ucapnya sebelum bersiap menarik pelatuk pistolnya.

"Hentikan Hendra!" Teriak Johan menatap tajam lelaki itu.

"Wow, ternyata kau datang juga Johan, kau telah membaca pesanku rupanya, tidak sulit bukan mencari alamat gudang ini?" tanya Hendra senang.

"Mengapa kau melakukan semua ini Hendra, apa salahku?" tanya Johan tidak mengerti.

"Kau bertanya apa salahmu? karna kau Shinta tidak pernah bisa mencintaiku, dirimu selalu menjadi bayang-bayang istriku. Apa tidak cukup semua wanita-wanitamu selama ini, hingga kau merenggut satu satunya wanita yang kucintai!" teriak Hendra murka.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu Hendra, Shinta mencintaimu, dia sangat memujamu." Ucap Johan meyakinkan Hendra.

Hendra menggeleng pelan.

"Dia tidak mencintaiku, Shinta menikah denganku agar selalu dekat denganmu. Kau pikir aku tidak akan pernah tahu, kalau kau memintanya untuk menikah denganku, Shinta sudah mengatakan semuanya, dia berpikir kalau aku yang telah memaksamu untuk dapat menikahinya. Akibat dari perbuatanmu itu, Shinta menjadi sangat membenciku, dia tidak pernah mau kusentuh. Gadis itu bahkan mengancamku akan mengakhiri hidupnya jika aku berani menyentuhnya."

"Tapi Kenzo ..."

"kenzo bukanlah anak kami, aku yang mengambilnya dari rumah sakit. Bertahun-tahun aku menyimpan rahasia ini, menjalani pernikahan yang bagaikan neraka, hingga kau memutuskan untuk menikahi Gloria, membuat hati istriku hancur yang menyebabkan ia mengakhiri hidupnya saat itu juga. Istriku meninggal bukan karna kecelakaan, tapi karna bumuh diri, dan itu semua karna dirimu Johan." Ucap Hendra menatap Johan penuh kebencian.

"Dan sekarang, aku akan merenggut orang-orang yang kau cintai, agar dirimu juga merasakan bagaimana sakitnya kehilangan orang yang sangat berarti di hidupmu, dan itu di mulai dari anakmu." Seringai Hendra menang. Pria itu lalu menarik pelatuknya, seketika peluru itu melesak dengan tajam menuju sasarannya, Hendra tersenyum senang, tapi senyumannya berubah menjadi pias ketika melihat target di depannya.

"Tidaaaaaaak." Teriaknya Frustasi, seketika tubuh Hendra luruh kelantai, menatap nanar sosok di depannya yang telah jatuh terkapar bersimbah darah.

TBC

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang