cemburu 2 (20 )

8.2K 539 9
                                    

"Hai, lo anak baru yah?"

She yang sedang asyik membaca buku seketika kaget dan secara tidak sengaja melempar benda yang di bacanya tadi, hingga mengenai wajah pemuda berparas manis yang menyapanya barusan.

"Waduh, kira kira dong, baru nyapa udah dilempar buku, apalagi ngajak kenalan," jawab pemuda itu sambil mengusap dahinya yang sedikit benjol.

"Maaf kak, aku nggak sengaja," jawab She sambil meringis takut, gadis itu  segera meraih bukunya kembali yang tergeletak tak berdaya di atas rumput.

"Nggak usah gitu juga kali ekspresi lo, kayak gue mau ngapa-ngapain lo aja," jawab lelaki berparas manis tadi,  yang segera mendudukkan pantatnya pada bangku taman di samping She, yang terletak di belakang kampus.

"Nama gue Vion, nama lo siapa?" Tanya lelaki itu lagi, She hanya tersenyum geli mendengarnya.

"Kenapa lo senyam senyum nggak jelas gitu?" Tanyanya penuh selidik.

"Nama kakak unik ya, jadi keinget sama permainan catur." Jawab She santai, sambil sibuk merapikan rambutnya yang di terpa angin.

Gila, ni cewek cakep banget.

"Elo adalah cewek pertama yang bilang nama gue mirip olahraga otak itu." Jawabnya tidak percaya sambil menggeleng pelan.

"Maaf... "

"Gak pa pa," balas Vion singkat, sambil tersenyum geli menatap paras She yang tampak cemas.

"Eh, lo belum jawab tadi waktu gue tanya siapa nama lu, kasih tahu dong." Ucap Vion lagi, ketika sadar gadis itu belum menjawab pertanyaan yang tadi sempat di lontarkannya.

"Sheron." Jawab She singkat.

"Ooooh...." balas Vion singkat.

"Udah dulu ya Kak, She ada kelas sebentar lagi." Ucap She sambil berdiri, dengan gerakan santai gadis itu mengaitkan sebuah tas besar di bahu kecilnya.

Vion hanya mengangguk pelan, sambil tersenyum.

"Sampai nanti She." Balasnya  ceria.

"Iya Kak." Jawab She sambil berbalik sebentar untuk menghadap Vion yang masih duduk santai di bangku taman dengan senyum ramahnya, She membalas senyum Vion, sebelum melanjutkan langkahnya lagi.

+++

She tersenyum lebar ketika melihat cadillac hitam milik Aldo sudah menanti di dekat gerbang kampus, gadis itu pun segera mempercepat laju langkahnya.

"Hei She, buru-buru amat lo," tanya Vion, sambil menepuk bahu She pelan. Refleks She menghentikan langkahnya,  dan menoleh menatap Vion yang tersenyum jenaka kepadanya, memperlihatkan kedua lesung pipinya yang membuat paras manis itu makin terlihat manis.

"Eh kak Vion mau pulang juga, aku udah di jemput nih." Jawab She santai.

"Yah, padahal gue mau ngajakin lo bareng She," ucap vion sedikit kecewa.

"Maaf ya kak," jawab She dengan perasaan tidak enak.

"Ya, udah masih ada hari lainkan," jawab Vion lagi dengan kembali memasang senyum lebar.

"Sampai nanti She," ucap Vion sambil mengacak rambut She gemas.

"Kak Vion." Ucap She dengan wajah cemberut.

Vion hanya tertawa melihatnya.

"Maaf, sini gue rapiin lagi," ucap Vion sambil merapikan helai rambut She hingga kembali rapih.

"Tuh udah gue rapiin lagi kayak semula," ucap Vion santai, ia lalu berbalik pergi setelah melambai sekilas pada gadis itu.

"Oh iya kak Aldo," ucap She saat tersadar sesuatu,  seketika gadis itu berbalik dan melanjutkan langkahnya dengan cepat.

Aldo menatap kejadian tadi dengan ekspresi keras dan dingin, mata tajamnya tak lepas menatap She yang tengah tertawa lepas dengan pemuda asing yang baru di lihatnya, sampai akhirnya ia melihat She yang sudah berbalik melangkah menuju ke arahnya.

"Kak Aldo, maaf ya lama," ucap She setelah membuka pintu mobil dan duduk manis di sebelah Aldo.

"Sudah pacarannya." Ucap Aldo dingin sambil menatap She tajam, ada kemarahan dimata kelam itu."

"Eh," jawab She kaget, tidak menyangka akan mendapat komentar pedas seperti itu.

"Waktuku itu padat She, tidak hanya untuk mengurusimu saja, aku bahkan sampai menunda rapat untuk menjemputmu,  tapi apa ..." Aldo menghentikan ucapannya dan menatap She yang tertunduk takut.

"Dengar She kau tanggung jawabku, Papa telah menyuruhku untuk menjagamu, jadi tolong hargai waktuku, aku bisa saja menyuruh supir kantor untuk menjemputmu tadi, tapi ini adalah masalah tanggung jawab She, tanggung jawab," ucap Aldo dengan nada lebih tinggi.

She tetap terdiam di tempatnya, pemuda itu menghembuskan napas kasar, sebelum akhirnya melajukan mobilnya meninggalkan area kampus.

Mobil terus melaju membelah kemacetan kota, sesekali Aldo mengumpat kasar kepada kendaraan yang menyerobot antrian jalan, melampiaskan amarah yang sejak tadi di tahannya.

Setelah melewati kemacetan yang panjang, akhirnya mereka sampai juga, mobilpun memasuki gerbang mewah yang menjulang tinggi dengan angkuhnya, She tetap terdiam di dalam mobil, perlahan dia mendongakkan kepalanya memberanikan diri menatap Aldo.

"She akan bicara pada Papa untuk meminta seorang bodyguard menjemput She, sehingga kak Aldo tidak
perlu lagi mengorbankan waktu kakak yang sangat berharga itu untuk She." Ucap She dengan suara bergetar, gadis itu segera membuka pintu, tapi tangan Aldo menahan lengannya.

"She, bukan itu maksudku." Ucap Aldo dengan suara rendah.

"She mengerti kak, maafkan She," ucap gadis itu pelan sambil melepaskan tangan aldo di lengannya, She berlari menuju mansion tanpa memperdulikan teriakan Aldo yang memanggil namanya.

"Sial," Aldo mengumpat kesal, ingin ia menjelaskan semuanya dan mengakhiri kesalah pahaman tadi, tetapi ponsel sialannya itu tidak berhenti berdering sedari tadi, membuat kepalanya semakin pusing. Dengan kesal Aldo kembali melajukan kendaraannya melewati gerbang kokoh, yang sudah di buka oleh para pengawal yang dua puluh empat jam berjaga di sana.

She menangis di kasur king size-nya, hatinya benar-benar sakit ketika mengetahui kalau semua perhatian Aldo adalah atas dasar tanggung jawab yang di berikan Papa.

Oh betapa bodohnya kau She, Aldo bahkan tidak pernah menyatakan cinta padamu, justru kau yang selalu mengucapkannya.   Bagaimana bisa kau berpikir untuk dapat meraih hatinya, ucap She dalam hati dengan perasaan sedih, ya Tuhan,  perasaan ini sungguh menyiksanya.

Aldo melajukan kendaraannya dengan emosi yang belum juga reda,  sampai tanpa terduga matanya menangkap sosok pemuda yang tadi sempat tertawa lepas bersama She di kampus, dan kini tengah berada di persimpangan lampu merah.

Aldo menatap tajam sosok  pemuda yang mengenakan helm tanpa penutup, dan kini tengah menunggu lampu lalu lintas berubah warna.

Aldo menyeringai licik, ia segera memutar arah dan langsung mengikuti kendaraan roda dua di depannya,

Terus menguntit hingga sampai di jalanan kompleks satu arah yang nampak sepi. Aldo segera mempercepat laju kendaraannya,  menyerempet motor di depannya hingga oleng dan jatuh membentur aspal.

Aldo terus melajukan mobil yang di kendarainya, sambil menatap melalui kaca spion miliknya untuk melihat keadaan korban.

Lelaki itu tersenyum puas, saat menyaksikan korbannya yang terduduk lemas di atas trotoar, dengan anggota tubuh yang dipenuhi luka dan lebam.

Itu akibatnya karena berani menyentuh milikku.

TBC

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang