Dia tahu (10)

7.6K 597 13
                                    

Nik baru saja mengganti perban yang membalut lukanya, setelah selesai berpakaian ia segera membuka pintu kamarnya, tapi kehadiran gadis yang berdiri di depan pintu kamar mengejutkannya.

Dengan sinis ia menatap gadis di depannya, tanpa sedikitpun menyembunyikan kebencian dari tatapannya.

"Ada perlu apa, sehingga nona yang terhormat datang menemuiku," sindirnya halus.

"Bagaimana keadaan bahumu, apa masih sakit?" Tanya She balik menyindir.

"Apa maksudmu?" Tanya pria itu, tatapannya mendadak tajam dan waspada.

"Apa kau sudah lupa, kalau tadi malam kau menyelinap ke kamarku tuan." ucap She dengan tatapan sama tajamnya.

Paras pemuda di hadapannya nampak memucat, dari sudut matanya ia dapat melihat seorang pelayan yang berdiri di pojok lorong, menatap mereka berdua dengan sorot ingin tahu.

Dengan repleks pemuda itu menarik lengan atas sang gadis untuk masuk ke kamarnya, dan segera mengunci pintu dengan sedikit tergesa.

"Darimana kau tahu?" Tanyanya gusar.

Gadis itu tersenyum lembut, ia perlahan menyentuh rahang Arga yang berdiri menghadapnya, tapi segera di tepis pemuda itu kasar.

"Jawab!" Ucap pria itu dengan nada penuh penekanan, ia tidak mungkin membentak Sheron, karna kemungkinan akan di dengar orang lain.

"Apa kau lupa Arga, kalau aku pernah melihat tanda lahir di bahumu, dan itu sama persis dengan yang aku lihat semalam." Jawab She tenang.

Pemuda itu memejamkan matanya frustasi, ia berusaha untuk tetap tenang, tapi keresahan di matanya tertangkap jelas oleh She yang berdiri mengamatinya.

"Apa yang akan kau lakukan, mengadukanku...? kau pikir mereka semua akan percaya, kalau seorang Nikolash volkov akan membunuh orang yang harus di lindunginya.

"Ya mereka tidak akan mempercayaiku jika pria itu adalah Nik, bukan Arga seorang pembunuh bayaran yang terkenal dengan segala kesadisannya," ancam gadis itu dengan senyum sinisnya.

Bagaimana kau bisa tahu tentang aku?"

"Itu mudah saja, aku membayar seseorang untuk mencari tahu siapa dirimu melalui tanda lahirmu itu, bukankah setiap kejahatan selalu meninggalkan jejak."

Dengan marah Arga mendorong gadis itu hingga membentur tembok, pria itu berusaha mencekiknya.

"Kau... a... kan membunuhku, a.. pa kau pi.. kir aku datang ke... sini tan.. pa per.. siapan?" Tanya gadis itu susah payah, sambil menahan tangan Arga yang berusaha mencekiknya.

Pria itu semakin marah, tapi tak ayal ia melepaskan cekalannya di leher gadis itu.

"Uhuk...uhuk...." gadis itu terbatuk setelah Arga melepaskannya, sedang pria itu terduduk prustasi di atas dipan kecilnya, sambil menjambak rambutnya sendiri kasar.

"Apa maumu sekarang?" Tanya Arga lemah dengan pandangan kosong.

Aku tahu saat ini riwayatku sudah tamat. Sangat sulit bagiku untuk bisa lolos karna ketatnya penjagaan, dan juga jumlah mereka yang terlampau banyak. Bodohnya aku karna terlalu meremehkan targetku dan bekerja seorang diri, hanya karna dia seorang wanita lemah yang sangat aku benci.

"Aku tidak akan melaporkan dirimu Arga, jika kau berpikir demikian." Ucap wanita itu tenang.

Pria itu menatap tak percaya pada gadis di depannya, sorot curiga tampak jelas di mata abu-abu gelapnya.

TOK... TOK... TOK....

Suara ketukan di pintu membuat keduanya repleks menoleh ke arah pintu, wajah pria itu tampak semakin tegang.

"Apa kau menunggu seseorang?" Tanya gadis itu curiga.

Pria itu hanya diam saja, ia segera bangkit dan melangkah menuju pintu, walaupun ragu ia tetap membuka pintu itu.

Sesosok pelayan muda berambut tembaga tersenyum manis kepadanya, pemuda itu hanya menatapnya datar, dari tangan pelayan muda tersebut nampak sebuah nampan kecil berisi beberapa potong kue dan segelas coklat panas yang masih mengepul.

Pria itu masih berdiri di depannya, menghalanginya untuk masuk.

"Aku membuatkan kue ini khusus untukmu, ku harap kau menyukainya, boleh aku masuk?" Tanya pelayan muda itu dengan suara sedikit bergetar.

Pria itu akhirnya mundur memberi jalan, dengan senyum ceria ia lalu melangkah masuk, tapi senyuman di wajahnya mendadak pudar menjadi rasa terkejut yang amat sangat, setelah melihat putri majikannya duduk dengan santai di tempat tidur pria itu dengan sorot tak suka menatapnya, seketika pelayan itu tertunduk dalam.

"Apa yang kau lakukan pagi ini dengan memasuki kamar kekasihku Maura, apa kau ingin merayunya?" Tanya gadis itu tajam.

Seketika maura mendongakkan kepalanya kaget, dan menggeleng cepat.

"Ti... tidak nona, saya hanya membawakan tuan Nik sarapan," ucapnya terbata.

"Aku tidak suka, kau memasuki kamar kekasihku tanpa ijin, walau dengan alasan apapun." Ucap gadis itu tegas.

"I... iya... nona," jawabnya gugup.

"Sekarang pergilah, dan bawa kembali makanan itu," usir gadis itu, Maura segera pergi dengan wajah tertunduk sedih.

Nik menatap tak percaya kepada She, ia tak menduga She akan mengatakan hal seperti itu.

Menjadi kekasihnya... ?
Yang benar saja.
Dia pikir aku....
Huh... Benar-benar menyebalkan.

"Mulai sekarang kau adalah kekasihku Nik, dan semua orang harus tahu itu, demikian juga dengan kedua orangtuaku, jika kau masih ingin hidup tentunya," gadis itu lalu beranjak dari duduknya, tapi Arga segera mencekal tangannya, pemuda itu menatap tajam manik biru di hadapannya.

"Katakan, apa alasanmu yang sebenarnya?" Tanya pria itu lagi gusar.

"Alasanku?" Gadis itu tampak berpikir sejenak dengan senyum menggoda.

"Mungkin... karna aku mencintaimu," jawabnya dengan tatapan lembut.

"Aku tidak akan terjebak dengan permainanmu." Ucap pria itu tajam.

"Terserah kau percaya atau tidak, tapi aku benar-benar sangat mencintaimu Arga." Ucapnya dengan tersenyum manis, gadis itu kembali melangkah dengan tenang, meninggalkan Arga yang semakin terlihat kacau, mengepalkan tangan untuk meredam setiap emosi yang siap meledak kapan saja.

"Aaaaaah...., gadis sialan," umpatnya kesal.

TBC

Eng...ing....eng, arganya stres berat tuh, kira kira she beneran cinta gak sama si mr arga ini, kalau kalian gimana? Vomentnya ya guys, aku updates dua cerita sekaligus ni, mumpung lagi ada ide, see you.

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang