cemburu (19)

8.4K 543 9
                                    

She memakan sarapannya dengan kepala tertunduk, Johan dan Gloria menatap putrinya heran.

Ya kejadia itu sudah tiga hari berlalu, tapi rasa canggung tersebut masih tetap ada. She merasa malu bersitatap dengan Aldo, mengapa ia masih memiliki perasaan ini, padahal ia jelas-jelas tahu kalau Aldo adalah kakak kandungnya sendiri.

"She, apa kau baik-baik saja?" Tanya Gloria sedikit cemas.

"She baik-baik aja kok Mam, memang ada yang aneh ya sama She," jawab gadis itu dengan senyum manis,  menutupi perasaannya.

"Mama hanya merasa kamu sedikit pendiam hari ini," jawab Gloria tenang.

"Itu hanya perasaan Mama aja," jawab She lembut.

"Mungkin saja," jawab Gloria pelan, suasana pun kembali hening.

Gloria yang sudah menyelesaikan sarapannya kembali mendongak.

Gloria menatap suaminya sekilas sebelum bicara, meminta persetujuan lelaki itu yang di balas Johan dengan anggukan samar.

"She kami berdua telah mendiskusikan sesuatu tentangmu semalam, dan kami sudah membuat keputusan, mulai minggu depan kau bisa berkuliah di universitas yang kau inginkan, agar kau dapat bersosialisasi dengan teman-teman barumu nantinya."

"Sungguh Mam," ucapnya girang.

"Tapi dengan syarat, kau akan tetap di dampingi oleh seorang bodyguard."

She yang tadi terlihat senang, langsung memberengut lucu mendengar kalimat lanjutan Gloria.

"Mam..." rajuk She protes.

"Oke, tidak ada bodyguard. Sebagai gantinya, kami akan meminta kakakmu Aldo untuk mengantar jemputmu selama kuliah.

"Dan untukmu Aldo, Papa memintamu  membantu tugas Papa di perusahaan, sampai kau siap untuk menjadi CEO yang handal  menggantikan tugas Papa nantinya."

"Baik pah," jawab Aldo singkat.

"Senin besok kau sudah mulai  bekerja."

"Lantas kalau Kak Aldo kerja, yang antar She ke kampus..."

"Tentu saja Aldo akan mengantarmu dulu sebelum dia pergi ke kantor sayang," potong Gloria lembut.

"Semuanya sudah jelas kan, sekarang Papa harus berangkat ke kantor, ada rapat penting yang harus Papa hadiri pagi ini. Sayang aku pergi dulu," ucap Johan sambil mencium pipi istrinya cepat sebelum berlalu pergi.

Tak lama setelah Johan pergi, Gloria juga bangkit berdiri dari kursinya.

"Mama juga harus mengurus butik hari ini, Mama pergi dulu ya sayang." Ucap Gloria memamerkan senyum lembutnya pada kedua anaknya yang masih tersisa di ruang  makan tersebut.

"Iya Mam," jawab mereka berdua.

Suasana ruang makan kembali hening. Perlahan She mengangkat kepalanya.  memberanikan diri untuk menatap objek tampan di depannya. She kembali tertunduk dengan pipi merona, saat pandangannya bertabrakan dengan Aldo yang hendak meraih gelas minumnya.

Aldo menarik napas pelan dan bangkit dari duduknya,  membuat jantung gadis itu berpacu cepat, sambil membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Tapi kekecewaan menderanya, ketika Aldo malah beranjak pergi meninggalkannya begitu saja.

Cukup lama gadis itu hanya diam dengan kepala menunduk, sampai dia memutuskan untuk pergi meninggalkan ruang makan menuju taman di samping rumah.

Di pertengahan ruangan dapur gadis itu tertegun. Di sana ia melihat Aldo sedang berbincang dengan seorang pelayan berambut pirang dengan jarak yang cukup dekat. Pemuda itu mengalih-kan pandangannya karna  merasa di perhatikan. Tatap mata mereka kembali bertemu, raut datar lelaki itu berubah dingin. Aldo mempalingkan wajahnya, tanpa memperdulikan kehadiran She, ia kembali berbincang dengan pelayan cantik tadi.

Hati She berdenyut sakit, ia sedih Aldo sudah tidak menganggapnya lagi. dengan wajah tertunduk, She melanjutkan langkahnya kembali menuju taman.

==========

Tidak terasa sudah seminggu berlalu, She sudah bersiap-siap berangkat menuju kampus barunya. rambut hitamnya di jepitnya ke samping, menyisakan sedikit anak rambut. Yang justru membuatnya semakin menawan. Pagi ini She mengenakan  jeans biru muda, dipadukan dengan atasan katun putih lengan tiga perempat yang sedikit di kerutkan.

Aldo sudah menunggunya di dalam mobil, pemuda itu mengenakan setelan kerja berwarna gelap, wajah tampannya makin terlihat sempurna.

Mereka hanya diam sepanjang perjalanan. Lelaki itu masih bersikap dingin padanya, tak sekalipun ia menoleh atau menatap She, dan itu membuat She semakin sedih.

"Kak Aldo," She memberanikan diri memanggil nama pemuda yang masih serius menatap jalanan di depannya.

"Ada apa," jawab Aldo datar, sambil tetap menghadap ke jalanan.

"Kak Aldo marah ya sama She?" Tanya gadis itu takut-takut, dengan suara sedikit bergetar.

Aldo menghela napas kasar, pemuda itu akhirnya memperlambat laju mobilnya, sebelum menepikan kendaraan tersebut di pinggir jalan yang cukup sepi.

"Aku tidak marah padamu, jangan berprasangka yang aneh-aneh," ucapnya datar tanpa menatap She.

Aldo kembali melajukan mobilnya tanpa menunggu reaksi She, keduanya kembali diam, hingga mobil yang di kendarai Aldo sampai di parkiran kampus. Aldo ikut turun menemani She menuju kantor rektor.

"Aldo!" teriak seorang gadis cantik yang mengenakan skiny jeans dengan atasan katun tanpa lengan.

Vera menghampiri Aldo yang menatapnya datar. Gadis itu tanpa canggung memeluk Aldo erat, yang membuat She melotot kaget.

"Aldo, aku kangen sekali sama kamu," ucap Vera manja, Gadis itu akhirnya melepaskan pelukannya dan kini bergelayut manja di lengan kekar Kakaknya itu.  She seketika memalingkan wajahnya, hatinya terasa panas.

"Sedang apa kau di sini Do?" Tanya Vera lagi, dengan suara manjanya yang menggoda.

"Aku mengantar She, dia akan kuliah di sini," jawab Aldo datar sambil melirik tangannya yang dipeluk erat oleh Vera, namun tidak berusaha melepaskan diri.

"Oh, kamu mau kuliah di sini juga She, kuharap kita berdua akan menjadi teman baik nantinya," Vera berucap ramah pada She, tapi dengan tatapan yang tak lepas dari Aldo, dan itu membuat She semakin kesal.

"Ayo kak," ucap She sambil menarik lengan Aldo sedikit kasar, sehingga terlepas dari rangkulan Vera.

"Kami duluan Ver," ucap She sambil berjalan dengan masih mengenggam jemari lelaki itu, meninggalkan Vera yang memberengut sebal.

TBC

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang